• Keliru, KPK Geledah Rumah SBY dan Temukan Uang Rp 177 Triliun

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/08/2021

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan cuplikan pidato Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelada rumah SBY dan menemukan uang Rp 177 Triliun.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 27 Agustus 2021. Akun ini pun menuliskan narasi, "KPK gerak Cepat Geledah Rumah SBY !! Akhirnya KPK Temukan Uang 177 Triliun.”
    Hingga artikel ini dimuat video tersebut telah mendapt lebih dari 2.700 komentar dan dibagikan lebih dari 600 ribu komentar.
    Apa benar KPK geledah rumah SBY dan temukan uang Rp 177 Triliun?
    Tangkapan layar unggahan video klaim KPK Geledah Rumah SBY dan Temukan Uang Rp 177 Triliun

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex.
    Hasilnya, video berdurasi 22 menit 47 detik di atas sama sekali tidak memperlihatkan petugas KPK yang menggeledah rumah SBY dan menemukan uang senilai Rp 177 Triliun.
    Video tersebut diawali dengan menampilkan cupilkan berita dari Metro TV yang diunggah oleh kanal Youtube metrotvnews pada 14 September 2018 dengan judul, “Demokrat Berang SBY Dituding Jadi Dalang Kasus Century.” Video ini juga memuat pernyataan Wakil Ketua umum Partai Demokrat, Syarief Hasan.
    Pemberitaan dalam video tersebut terkait Media asing Asia Sentinel saat menerbitkan artikel yang menuding Presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai dalang utama kasus Century. Artikel media asing yang berbasis di Hong Kong ini pun mendapatkan sanggahan keras dari Partai Demokrat.
    Cuplikan video selanjutnya menampilkan pernyataan SBY yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal CNN Indonesia pada 18 September 2018 dengan judul, “SBY Singgung Pemberitaan Asia Sentinel.”
    Menurut CNN Indonesia, Masih terkait artikel di Asia Sentinel. Senin malam lalu, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, menyinggung soal pihak asing yang mengarang cerita yang tidak mengandung kebenaran.
    Pernyataan itu disampaikan dalam pidato politik di ulang tahun Partai Demokrat ke-17 kemarin malam. Meski SBY tak menyebut langsung pihak mana yang dimaksud. Sebelumnya media massa berbasis di Hongkong, Asia Sentinel, menyebut SBY menggunakan Bank Century untuk mencuci uang negara.
    Cuplikan video lainnya identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal resmi situs berita BeritaSatu pada 2 Mei 2014 dengan judul, “Anas Minta KPK Periksa SBY dan Ibas.” Video ini memuat pernyataan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Kantor KPK.
    Dalam pernyataannya kepada wartawan, tersangka kasus pencucian uang dan gratifikasi Hambalang Anas Urbaningrum meminta KPK memeriksa SBY dan Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Anas menegaskan kesaksian SBY dan Ibas sangat penting dalam kasus yang menjeratnya tersebut.
    Selanjutnya video yang memuat pernyataan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal yang sama yakni BeritaSatu pada 18 September 2018 dengan judul, “SBY Sebut Dirinya dan Demokrat Jadi Korban Fitnah Keji.”
    Pemberitaan dalam video ini masih terkait dengan pemberitaan yang dimuat media Hong Kong, Asia Sentinel.
    Terdapat juga cuplikan pernyataan Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal metrotvnews pada 25 September 2018 dengan judul, “ Ketua DPR Desak KPK Tuntaskan Kasus Century ”.
    Bambang Soesatyo bertemu dengan sejumlah inisiator hak angket kasus Bank Century. Para inisiator mendesak KPK untuk menuntaskan kasus Century sesuai rekomendasi yang diserahkan DPR.
    Video lainnya memuat beberapa kegiatan SBY, di antaranya saat mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya Jawa Timut pada Maret 2014. Video yang identik juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal metrotvnews pada 13 Maret 2014 dengan judul, “ Presiden SBY Jalan-jalan di Mal."
    Saat itu, Presiden SBY dan Ibu Negara berjalan-jalan di sebuah mal di Surabaya, Jawa Timur. Pengunjung mal berebut bersalaman dan berfoto, Kamis (13/3).
    Dikutip dari Kompas.com, Asia Sentinel, media asal Hong Kong, pada Rabu (12/9/2018) memuat artikel soal dugaan konspirasi kejahatan keuangan di era pemerintahan SBY.
    Pada artikel yang ditulis editor yang juga pendiri Asia Sentinel, John Berthelsen, disebut bahwa Bank Century digunakan untuk merampok uang negara. Menurut tulisan tersebut, Century direkayasa sebagai bank gagal pada 2008.
    Belakangan, Asia Sentinel menarik artikel tersebut dan meminta maaf kepada SBY dan Demokrat. Pernyataan maaf itu dimuat Asia Sentinel pada 20 September 2018 dengan judul, “Apology to President Yudhoyono and the Democrat Party of Indonesia.”
    Asia Sentinel mengakui bahwa pihaknya secara tidak adil telah menyampaikan berbagai tuduhan terkait dengan gugatan yang sedang berlangsung atas dampak dari Bank Century.
    “Kami mengakui bahwa kami tidak meminta komentar yang adil dari orang-orang yang disebutkan dalam artikel tersebut dan bahwa artikel tersebut sepihak dan melanggar praktik jurnalistik yang adil. Itu juga membawa berita utama yang menghasut dan tidak adil bagi mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono,” bunyi pernyataan Asia Sentinel.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan Fakta Tempo, video dengan klaim KPK geledah rumah SBY dan temukan uang Rp177 Triliun, keliru. Video tersebut sama sekali tidak memperlihatkan petugas KPK menggeledah rumah SBY dan menemukan uang senilai Rp 177 Triliun, melainkan memuat pernyataan SBY dan sejumlah pihak terkait artikel sebuah media asal Hongkong bernama Asia Sentinel yang menuding SBY terlibat dalam kasus korupsi Bank Century.
    Belakangan, Asia Sentinel menarik artikel tersebut dan menyampaikan permintaan maa pada SBY dan partai Demokrat.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru, WHO Mengakui Vaksin Nusantara Aman Digunakan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/08/2021

    Berita


    Unggahan dengan klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui vaksin Nusantara asal Indonesia, diunggah di beberapa situs dan beredar di Facebook dalam sepekan terakhir. Vaksin Nusantara besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Putranto itu disebut mendapat pengakuan WHO setelah merilis jurnal terkait vaksin tersebut di situs resminya, clinicaltrials.gov.
    Dalam postingan yang beredar, memuat tangkapan layar dari situs Jaktimnews.com berjudul Masih Digantung Pemerintah, WHO Justru Telah Akui Vaksin Nusantara Aman Digunakan, Tinggal Tunggu Ijin BPOM. Artikel itu dipublikasikan pada 22 Agustus 2021.
    Selain tangkapan layar, akun yang mengunggah gambar itu menyertakan isi artikel yang tertulis:
    Organisasi kesehatan dunia atau WHO, telah mengakui keamanan Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto. Namun, Vaksin Nusantara ini masih menunggu ijin resmi Badan Pemeriksa Obat dan Makanan ( BPOM ).
    Diakuinya Vaksin Nusantara oleh WHO, setelah merilis jurnal terkait Vaksin Nusantara di situs resminya, clinicaltrials.gov.
     Tangkapan layar unggahan klaim bahwa vaksin Nusantara telah diakui WHO

    Hasil Cek Fakta


    Hasil penelusuran Tempo, menunjukkan bahwa publikasi hasil penelitian di situs clinicaltrial.gov bukan berarti menunjukkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengakui vaksin Nusantara untuk Covid-19. Sebab situs clinicaltrial.gov adalah website database yang memuat hasil penelitian.
    Mula-mula, Tempo mengecek keaslian tangkapan layar tersebut di situs Jaktimnews.com. Namun thumbnail tautan Masih Digantung Pemerintah, WHO Justru Telah Akui Vaksin Nusantara Aman Digunakan, Tinggal Tunggu Ijin BPOM, telah berisi artikel dan judul yang berbeda. Saat dibuka, artikel tersebut memuat judul Vaksin Nusantara Masih Digantung Pemerintah, Tinggal Tunggu Izin BPOM.
    Pada bagian isi, juga terdapat perbedaan. Pada artikel yang dimuat, tidak ada tulisan terkait WHO telah mengakui keamanan vaksin Nusantara.
    Belum ada penjelasan apakah redaksi mengubah judul dan isi berita tersebut. Tempo sudah berupaya meminta konfirmasi dari redaksi Jaktimnews.com sejak Jumat 27 Agustus lalu melalui email. Tapi hingga Senin sore, 30 Agustus, belum ada jawaban. Nomor telepon yang tertera dalam situs juga tidak bisa dihubungi.
    Tentang situs clinicaltrials.gov
    Hasil riset vaksin Nusantara yang termuat dalam situs clinicaltrials.gov itu berjudul Preventive Dendritic Cell Vaccine, AV-COVID-19, in Subjects Not Actively Infected With COVID-19 yang diunggah pada 16 Agustus 2021. Riset ini dilakukan oleh PT AIVITA Biomedika Indonesia, Rumah Sakit Kariadi dan RSPAD Gatot Soebroto.
    Riset itu berisi tentang uji klinis fase 2 kandidat vaksin Covid-19 menggunakan sel dendritik autologus dan limfosit (DCL) yang sebelumnya diinkubasi dengan sejumlah protein lonjakan SARS-CoV-2.
    ClinicalTrials.gov adalah website yang menyediakan database informasi bagi publik tentang studi medis yang dilakukan pada manusia atau studi intervensi terkait berbagai penyakit dan kondisi. Situs ini dikelola oleh National Library of Medicine (NLM) di National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat.
    Menurut Epidemiologi dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman, situs clinicaltrials.gov berisi database riset-riset yang telah dilakukan. Tapi dengan dimuatnya hasil riset di situs tersebut, bukan berarti sebuah vaksin akan disetujui oleh WHO. “Itu (penelitian vaksin Nusantara) masih riset, belum tentu berhasil,” kata Dicky dihubungi Tempo, Jumat 27 Agustus 2021.
    Terkait Klaim WHO mengakui vaksin Nusantara
    Dalam dokumen vaccine tracker and landscape pengembangan kandidat vaksin Covid-19 yang dibuat WHO, kandidat vaksin tipe Dendritic cell vaccine AV-COVID-19 yang dikembangkan Aivita Biomedical (sponsor vaksin Nusantara) berada di urutan 51. Dokumen tersebut memuat 112 kandidat vaksin lain dari berbagai negara yang sedang dikembangkan atau diuji.
    Dalam keterangannya kepada Tempo, Tim Komunikasi WHO menegaskan bahwa dokumen lanskap hanya bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pandemi virus corona baru. Pencantuman produk atau entitas tertentu dalam dokumen lanskap tidak menunjukkan persetujuan atau pengesahan dari WHO.
    “Pencantuman produk atau entitas tertentu dalam dokumen lanskap ini bukan merupakan, dan tidak boleh dianggap atau ditafsirkan sebagai, persetujuan atau pengesahan oleh WHO atas produk atau entitas tersebut,” tulis WHO kepada Tempo, Senin 30 Agustus 2021.
    Selain itu WHO menyatakan, tidak membuat pernyataan dan jaminan mengenai keakuratan, kelengkapan, kesesuaian untuk tujuan tertentu, kualitas, keamanan, kemanjuran, dapat diperjualbelikan dan/atau tidak melanggar informasi apa pun yang disediakan dalam dokumen lanskap ini dan/atau produk apa pun yang dirujuk di dalamnya.
    Tahapan pengembangan vaksin
    Pengembangan vaksin baru membutuhkan sejumlah tahapan kesepakatan internasional. Dikutip dari Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit Amerika Serikat, CDC, tahapan pengembangan vaksin baru adalah tahap eksplorasi, tahap pra-klinis, perkembangan klinis, peninjauan dan persetujuan peraturan, manufaktur dan kontrol kualitas.
    Dalam tahapan klinis atau uji coba pada manusia memuat sejumlah fase. Selama Fase I, sekelompok kecil orang menerima vaksin percobaan. Pada Fase II, studi klinis diperluas dan vaksin diberikan kepada orang-orang yang memiliki karakteristik (seperti usia dan kesehatan fisik) yang serupa dengan mereka yang menjadi sasaran vaksin baru tersebut. Pada Fase III, vaksin diberikan kepada ribuan orang dan diuji kemanjuran dan keamanannya. Banyak vaksin menjalani studi formal Fase IV yang sedang berlangsung setelah vaksin disetujui dan dilisensikan.
    Vaksin Nusantara sendiri masih berada di Fase II dan masih harus menjalani fase III dengan uji pada lebih banyak orang. Padahal pada April lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan vaksin Nusantara belum bisa lanjut ke tahap uji klinis selanjutnya karena beberapa syarat belum terpenuhi di antaranya Cara Uji Klinik yang Baik (Good Clinical Practical), Proof of Concept, Good Laboratory Practice dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (Good Manufacturing Practice). Berdasarkan hal itu, BPOM belum mengeluarkan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II untuk vaksin Nusantara.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah mengakui vaksin Nusantara asal Indonesia adalah keliru. Pencantuman nama kandidat vaksin tipe Dendritic cell vaccine AV-COVID-19 yang dikembangkan Aivita Biomedical (sponsor vaksin Nusantara) pada dokumen vaccine tracker and landscape yang dibuat WHO, tidak menunjukkan persetujuan atau pengesahan dari badan PBB tersebut.
    Demikian juga dengan hasil riset yang dimuat di situs clinicaltrials.gov, tidak menunjukkan bahwa vaksin Nusantara disetujui WHO. Sebab clinicalTrials.gov merupakan website yang menyediakan database informasi bagi publik tentang studi medis yang dilakukan pada manusia atau studi intervensi terkait berbagai penyakit dan kondisi.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Sesat, Pria Keluar Gua Setelah 20 Tahun Hanya Untuk Mendapatkan Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/08/2021

    Berita


    Foto seorang pria berambut putih dan berjenggot berdiri di tepi gua, diklaim sebagai seorang pria yang keluar dari persembunyiannya setelah 20 tahun, hanya untuk mendapatkan vaksin Covid-19 beredar di Instagram. Foto tersebut diunggah akun ini pada 21 Agustus 2021. 
    Pada unggahannya akun ini menambahkan narasi sebagai berikut:
    “Setelah 20 tahun bertapa di sebuah gua, pria asal Serbia yang bernama Panta Petrovic keluar dari persembunyiannya untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Petrovic takut virus corona yang menyebabkan Covid-19 itu datang ke gua dan menginfeksi dirinya.
    "Itu (virus) tidak memilih. Itu akan datang ke sini, ke gua saya juga", kata pria berusia 70 tahun itu kepada AFP. Petrovic mengaku tak paham dengan orang-orang yang menolak vaksin. Petrovic yang sudah bertapa mengasingkan diri selama dua dekade itu mengaku yakin dengan kekuatan vaksin melindungi dari Covid-19. Dia mengajak agar semua orang mau divaksinasi agar pandemi bisa segera berakhir. #faktanyagoogle #fgtrivia”
    Hingga artikel ini ditulis unggahannya sudah mendapat respons 33 ribu disukai. 

    Hasil Cek Fakta


    Untuk membuktikan klaim di atas, cek fakta TEMPO mula-mula menelusuri informasi terkait sosok Panta Petrovic, pria asal Serbia yang tinggal di gua selama 20 tahun. 
     Hasilnya informasi terkait dengan pria ini pernah diunggah AFP dalam bentuk video pendek di akun twitternya pada 14 Agustus 2021, dengan menambahkan narasi dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan berarti, vidoe hampir dua puluh tahun yang lalu, Panta Petrovic pindah ke gua gunung kecil di Serbia untuk menghindari masyarakat. 
    Tahun lalu, dalam salah satu kunjungannya ke kota, dia mengetahui ada pandemi yang sedang berkecamuk. Sekarang, dia telah mendapatkan suntikan Covid-19 dan mendesak semua orang untuk melakukan hal yang sama.
    Dikutip dari The Mirror, Panta Petrovic adalah pria yang berasal dari Kota Pirot, Serbia. Dulunya Ia bekerja sebagai buruh di pasar gelap di beberapa negara. Ia memilih tinggal di Gua setelah menyadari jika dirinya lebih senang mengasingkan diri dari masyarakat. Ia pun mengenang kalau tetap tinggal di Kota pasti dihadapkan dengan perdebatan atau konflik, baik dengan istri, tetangga, atau polisi. Saat memutuskan untuk tinggal di gua, Petrovic menyumbangkan semua uang yang dihasilkannya dari kerja di luar negeri kepada masyarakat untuk mendanai pembangunan tiga jembatan kecil di Pirot.
    Selama di Gua, Ia lebih banyak memakan jamur dan ikan dari sungai setempat, tetapi juga kerap pergi ke kota untuk mencari sisa makanan.
    Dilansir dari dailystar, selama memisahkan diri dari masyarakat 20 tahun, Panta Petrovic mengaku tak mengetahui tentang virus COVID-19. Ia baru mengetahui tentang COVID-19 saat perjalanannya ke Kota pada suatu hari. Ia terkejut dan terpukul saat mengetahui dengan sebaran virus COVID-19 di Kotanya.  Saat melakukan perjalanan yang tidak biasa ke supermarket lokal, Panta Petrovic kemudian mendapat kesempatan suntikan vaksin setelah mengetahui apa itu COVID-19.
    Dilansir dari france24, dalam salah satu kunjungannya ke kota, pria berambut gimbal dengan jenggot panjang itu menemukan bahwa ada wabah virus yang sedang berkecamuk. Setelah vaksin melawan Covid-19 tersedia, Ia memilih untuk disuntik. Panta Petrovic juga mendesak semua orang untuk melakukan hal yang sama.

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, foto seorang pria berambut putih dan berjenggot berdiri di tepi gua, diklaim sebagai seorang pria yang keluar dari persembunyiannya setelah 20 tahun bertapa di gua *hanya* untuk mendapatkan vaksin Covid-19, sesat. Pria yang diketahui bernama Panta Petrovic ini memang diketahui sudah 20 tahun memilih tinggal di gua dan hampir tak pernah keluar.
    Namun beberapa kali ia keluar dan berkunjung ke kota tempatnya tinggal dulu. Pada satu kunjungannya, ia mengetahui sedang ada virus yang menyebar. Ia sempat mencari tahu terkait Covid-19 yang tengah menjadi pandemi ini. Ia pun mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 saat berkunjung ke supermarket lokal. 
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru, Foto Perbedaan Penampilan Perempuan Afghanistan Tahun 1970 dan 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/08/2021

    Berita


    Dua foto dengan klaim sebagai kondisi dan penampilan perempuan Afghanistan beredar di twitter. Foto pertama memperlihatkan sekelompok wanita dengan rok pendek terlihat memegang buku dan sambil membaca di sebuah bangku diklaim sebagai foto perempuan Afghanistan tahun 1970. 
    Foto kedua memperlihatkan sekelompok wanita menggunakan burkak biru tengah duduk berjajar sambil mengasuh anak diklaim sebagai penampilan perempuan Afganistan tahun 2021. Foto itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas hak-hak perempuan di Afghanistan setelah kembalinya Taliban.
    Foto-foto tersebut dibagikan akun ini pada 16 Agustus 2021 dengan narasi dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan berarti “2 gambar wanita Kabul & 2 realitas mereka 1970 - 2021 Wanita Afghanistan melakukan perjalanan kembali ke masa lalu dan hanya Tuhan yang tahu kesengsaraan apa yang akan terbentang di depan mereka ..”
    Hingga artikel ini ditulis, unggahannya telah  34 kali di retweet dan 113 disukai. Benarkah foto tersebut adalah kondisi perempuan di Afghanistan?
    Tangkapan layar foto yang diklaim sebagai perbandingan penampilan perempuan Afghanistan. (Kiri: 1970, Kanan: 2021)

    Hasil Cek Fakta


    Untuk membuktikan klaim di atas, Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri foto-foto tersebut dengan menggunakan tools seperti reverse image tools Google, TinEye Reverse Image Search dan Yandex.
    Hasilnya, foto itu diketahui merupakan kondisi perempuan di dua negara berbeda. Foto pertama merupakan foto mahasiswa perempuan dari Universitas Teheran, Iran pada tahun 1971. Foto ini muncul pada dokumentasi foto sejarah Iran dengan judul “ Once Upon a Time in Tehran ”. 
    Foto yang memperlihatkan sekelompok wanita dengan rok pendek terlihat memegang buku dan sambil membaca di sebuah bangku itu diberi judul : Ruang tunggu mahasiswa Universitas Teheran pada tahun 1971. Universitas Teheran dibuka untuk wanita pada tahun 1934, ketika perguruan tinggi itu didirikan, jauh sebelum sebagian besar universitas di Amerika Serikat mengintegrasikan wanita ke dalam kelas. Setelah revolusi, perempuan masih diizinkan untuk hadir universitas, tetapi mereka duduk di area terpisah.
    Dikutip dari BBC, sebelum revolusi terjadi, banyak kaum perempuan di Iran sudah menjalani dunia pendidikan tinggi, termasuk mengenakan pakaian gaya Barat, seperti jins ketat, rok mini dan atasan lengan pendek. Mahasiswa perempuan di Teheran, Iran di waktu itu bahkan selalu meluangkan waktu berkumpul pada hari Jumat bersama keluarga. Namun setelah revolusi terjadi, pemimpin tertinggi Iran yang baru, Ayatollah Ruhollah Khomeini, menerapkan kebijakan bahwa semua perempuan di Iran harus mengenakan jilbab.
    Sementara foto kedua, yang memperlihatkan sekelompok wanita yang menggunakan burkak biru duduk sambil mengasuh anak merupakan foto jepretan fotografer AFP, A. Majeed. Foto itu diambil pada 19 Juni 2012 dan tidak terkait dengan kondisi perempuan Afganistan saat pendudukan ibukota kabul oleh milisi Taliban pada Agustus 2021. 
    Foto karya A.Majeed ini diberi judul, ' Wanita Afghanistan dan Anak-anak Mereka ' ini diambil di pusat pendaftaran Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di pinggiran Peshawar pada 19 Juni 2012, saat mereka bersiap untuk kembali ke negara asal mereka setelah melarikan diri dari perang saudara dan pemerintahan Taliban. Sekitar 20 persen dari populasi di Afghanistan adalah pengungsi. Dari mereka yang berada di luar negeri, ada 1,7 juta warga Afghanistan di Pakistan dan satu juta di Iran. 
    Untuk kumpulan foto karya A.Majeed yang lain dapat dilihat di sini

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta TEMPO, dua foto yang diklaim merupakan kondisi dan penampilan perempuan Afganistan pada tahun 1970 dan 2021, Keliru. Foto pertama yang memperlihatkan sekelompok wanita dengan rok pendek terlihat membaca buku merupakan foto mahasiswa perempuan dari Universitas Teheran, Iran pada tahun 1971. Foto ini muncul pada dokumentasi foto sejarah Iran dengan judul “Once Upon a Time in Tehran”.
    Sedangkan. foto kedua yang memperlihatkan sekelompok wanita mengenakan burkak biru tengah duduk sambil mengasuh anak merupakan foto jepretan fotografer AFP, A. Majeed. Foto itu diambil pada 19 Juni 2012 dan tidak terkait dengan kondisi perempuan Afganistan saat pendudukan ibukota kabul oleh milisi Taliban pada Agustus 2021. 
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini