(GFD-2017-1496) “bijaksana memilih sumber berita online”

Sumber:
Tanggal publish: 25/10/2017

Berita

“bijaksana memilih sumber berita online
JULY 13, 2014 BY TENIA·



You are what you read.

Anda adalah apa yang anda baca. Begitu kata pepatah. Lalu, bagaimana menilai sumber bacaan yang sesuai dengan Anda dan dapat dipercaya? (*terutama sumber berita online secara bijak?).

Hasil Cek Fakta

Begitu mudahnya orang membuat website, hanya berbekal uang sekitar Rp. 80-100 ribu, kita sudah dapat memiliki sebuah domain sendiri (misalkan st3telkom.com). Kalau mau membuat web gratisan juga bisa. Saat ini ada banyak CMS yang digunakan untuk membuat web gratis. Ada tomatocart atau magneto untuk membuat toko online, ada pula atutor dan moodle untuk membuat e-learning, juga ada blogspot dan wordpress untuk membuat blog.



Produk utama website adalah informasi, baik itu informasi barang dagangan (toko online), informasi perusahaan/sekolah/perguruan tinggi (company profil), ataupun informasi kegiatan sehari-hari layaknya buku diary (blog). Lalu, jika membuat web saking mudahnya, hingga mahasiswa, dosen, polisi, wartawan, politikus maupun penipu sama-sama bisa membuat website, maka berita mana yang benar dan mana tulisan yang salah? Website ini mengatakan A, sementara website itu mengatakan B. Dari 10 situs yang anda baca mengatakan C. Sekarang anda berada di pihak yang mana ? A, B, C atau menggabungkan ketiga berita tersebut ?



Saat ini justru banyak orang yang tidak mau sedikit meluangkan waktu untuk memeriksa kredibilitas sumber informasinya. Entah tidak mau atau mungkin tidak memiliki kemampuan (skill, kesabaran) untuk melakukan itu. Dia tidak sadar bahwa orang dapat menilai kualitasnya berdasarkan sumber informasinya itu.
Oke, berikut ini adalah ciri-ciri situs berita yang kredible versi saya.

1. Mencantumkan nama perusahaan, alamat, admin, telepon yang jelas saat kita cek di WHOIS domain tool.

Whois berguna untuk melihat informasi pemilik domain. Inilah langkah pertama yang selalu saya lakukan, membuka whois.domaintools.com dan mencari tahu nama pemilik domain, alamatnya dan tanggal pembelian domain tersebut. Kegunaan whois antara lain : mempermudah penegakan hukum dalam investigasi pelanggaran hukum dalam suatu negara, seperti terorisme, pornografi, perdagangan organ dan illegal content. Situs yang baik pasti mencantumkan informasi yang benar untuk memberikan kontribusi pada kepercayaan pengunjung ketika mengunjungi suatu situs.

Nah, bagaimana cara mengecek kredibilitas website dengan menggunakan whois ?
1. Masuk ke whois.domaintools.com
2. Masukkan nama domain yang ingin di cek
3. Klik LookUp dan muncullah informasinya

Berikut ini saya coba mengecek kepemilikan domain dari 3 situs yaitu vivanews.com, kompas.com dan st3telkom.ac.id



oke, orang mungkin bisa mengelabuhi kita dengan menggunakan data palsu, tapi, saya yakin, situs berita kredible tak akan mempertaruhkan nama baiknya dengan menggunakan nama palsu, atau email palsu. Pada situs vivanews.com dan kompas.com, terlihat jelas alamat dan no telepon serta kontak person dalam whois domain tool. Begitu juga situs st3telkom.ac.id, jadi, pengguna bisa mengecek langsung keberadaan kantor/lokasi/perusahaan yang dimaksud, yang menandakan bahwa perusahaan tersebut bukan perusahaan palsu.

Bandingkan dengan situs berikut ini :



Meskipun dibuat sudah lama, tahun 2008, tapi mengapa mereka menyembunyikan identitasnya? lihat alamat dan email contact nya? aneh bukan? situs berita kredible tak akan melakukan hal ini tentunya. Jika memang yang disampaikan benar adanya, lalu, kenapa bersembunyi?

ini pendapat teman saya tentang fenomena ini :

Setahu saya bagi pemilik domain itu memang mendapatkan fasilitas whois protection, alias informasi kepemilikan domain bisa disembunyikan. Salah satu pihak yang menyediakan layanan whois protection tadi dan bekerjasama dengan banyak layanan domain registrar adalah Privacy Protect (http://www.privacyprotect.org/). Bagi pengguna individu (seperti saya ini), layanan tersebut seringkali diaktifkan lantaran untuk melindungi berbagai informasi pribadi (seperti nomor telepon dan email) supaya tidak menjadi bulan-bulanan para scammer dan spammer. Tapi bagi pengguna korporat (seperti kantor berita, agensi iklan atau biro pemerintahan) justru fasilitas itu tidak pernah dipakai supaya menunjukkan kredibilitas mereka. Makanya saya sendiri menjadi heran (dan agak curiga), manakala ada situs berita yang justru menyembunyikan informasi whois-nya. Kalau katakanlah berita yang mereka siarkan itu memang benar adanya, mengapa harus takut? Sekarang ini kan toh kita tidak hidup di era represif (seperti Orba dulu) kan?



2. Situs berita yang baik, mencantumkan nama redaksi, penanggung jawab, bahkan nama-nama reporter sekaligus penulis berita di salah satu menu (entah di contact us, tentang kami, atau redaksi), alamat, no. telepon redaksi.

Contoh di situs berita vivanews milik keluarga Bakrie, menjelaskan kemana seharusnya kita melaporkan, memberi kritik dan saran jika ada berita yang tidak sesuai dengan UU Pers. di link ini kontak kami dan tentang kami.

3. Situs berita yang baik, biasanya memiliki versi cetaknya. Seperti kompas, republika, suara merdeka, dll.

4. Terlepas dari maraknya media yang memihak kepada salah satu kandidat capres, atau golongan tertentu, setidaknya situs berita online yang baik memiliki contact person, siapa orang yang bertanggung jawab terhadap kebenaran isi berita, kemana seharusnya pembaca mengadu, dan bagaimana caranya.

5. Dengan demikian, sebaiknya kita lebih bijak mencermati isi berita, kemudian mencari kebenarannya, sebelum akhirnya percaya, lalu membagikannya pada orang lain.

Demikian sekilas info dari saya. Bisa jadi situs-situs berita online abal-abal dibuat untuk mengacaukan suasana yang tengah memanas, atau punya motivasi lain, entahlah. Apa yang saya tulis ini, merupakan sebuah opini. Jadi, jangan semata2 dijadikan acuan dalam bertindak, berpikir dan berperilaku. Setidaknya saya dan Anda, belajar, bagaimana sebuah berita begitu mudah di rekayasa, sehingga mungkin akibatnya tidak pernah terbayangkan oleh kita, seperti perpecahan, atau adu domba, padahal maksud tulisannya tidak begitu. Sebagaimana biasa, saran dan kritik membangun, tetap saya buka selebar-lebarnya. Terima kasih dan tetap semangat! salam damai indonesiaku!”

Rujukan