KOMPAS.com - Tersiar pesan berantai mengenai kasus kematian pasien akibat "demam berdarah dengue (DBD) shock".
Narasi yang beredar menyebutkan, pasien mengalami peningkatan konsentrasi sel darah merah atau hematokrit dan trombosit menurun hingga 3.000 per millimeter.
Pasien juga mengalami sesak napas, pembuluh darah pecah, demam disertai muntah, sampai akhirnya meninggal.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut perlu diluruskan.
Pesan berantai soal penyakit "DBD shock" ditemukan di akun Facebook ini, ini, dan ini.
Berikut penggalan narasi yang ditulis salah satu akun pada Kamis (14/3/2024):
Tapi setelah Trombosit nya terjun sampai tinggal 3000, dokter mulai panik. Pembuluh darah di tangan pecah sampai kulit biru² dan bengkak. Dia langsung masuk ke intermedite.Di rawat disana 2 hari, pd hari ke 3 shock lekosit nya naik, dan dia mulai sesak. Lalu di masukkan ke ICU. Hari ke2 di ICU - besok nya tgl 2 subuh lewat.
...
Tapi ternyata kena DBD shock. Yg menyebab kan sesak napas dan paru² ke tutup darah dan air. Karena pecah pembuluh darah nya. Dokter juga terkejut. katanya,.... Kasus seperti ini terjadi 1 banding 1000. Ternyata besoknya ada anak muda juga kena DBD shock dan lewat juga.
Hati2 jangan anggap remeh kalau demam disertai muntah. Harus segera periksa darah. Adik ku yg suaminya meninggal hari ini juga demam. Nggak mau kecolongan, Dr Gunawan lgsung masukin di Medistra.. Berdua sama anak nya. Mereka berdua demam. Tapi mereka trambosit nya masih 200 ribu dan di pantau terus. Jadi hati2 ya dengan demam disertai muntah dan trombosit turun. Dokter sampai kaget banyak yg kena DBD shock. Dan juga rumah sakit saat ini banyak yg kena DBD.
akun Facebook Tangkapan layar konten sebagian benar di sebuah akun Facebook, Kamis (14/3/2024), soal penyakit DBD syok.
(GFD-2024-16803) [KLARIFIKASI] Penjelasan Kemenkes soal Pesan Berantai "DBD Shock"
Sumber: kompas.comTanggal publish: 20/03/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklarifikasi soal istilah "DBD shock". DBD memang dapat menyebabkan sindrom syok jika terjadi komplikasi pada tingkat yang sudah parah.
Gejala utamanya, yakni peningkatan hematokrit mendadak lebih dari 20 persen dan trombosit hingga dibawah 100.000 per milimeter.
Kondisi tersebut dapat memicu kebocoran plasma dan kegagalan organ.
Cirinya pasien yang mengalami sindrom syok, antara lain, muntah terus menerus, kaki dan tangan terasa dingin, nyeri perut, dan mulut kering.
Selain itu, denyut nadi melemah, tekanan darah menurun, serta jumlah urine berkurang.
Kompas.com melansir, sindrom syok DBD atau dengue shock syndrome (DSS) adalah komplikasi infeksi DBD yang memiliki tingkat kematian tinggi.
Demam pada DBD umumnya terjadi selama 2 sampai 7 hari dan menurun setelahnya. Namun, komplikasi biasanya terjadi pada fase ini.
Komplikasi paling banyak terjadi pada hari ke 3 dan 4 sejak hari pertama sakit. Jika tidak segera ditangani, maka komplikasi ini akan mengakibatkan syok yang berisiko kematian.
Dikutip dari Science Direct, sindrom syok dengue biasanya terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Ada lebih dari 500.000 kasus sindrom syok terkait DBD yang terjadi setiap tahunnya dengan tingkat kematian berkisar antara 1-10 persen.
Kematian dapat terjadi jika kadar plasma darah yang rendah tidak segera diatasi dengan penggantian cairan.
Seperti diberitakan Kompas.id, pada 5 Maret 2024, jumlah penderita DBD di Jawa Timur melonjak tajam.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mendata, sepanjang tahun 2024 hingga pekan ketiga Februari, jumlah kasus DBD mencapai 3.638 kasus.
Penyakit demam berdarah di Jatim banyak menyerang anak-anak dan memicu terjadinya dengue shock syndrome yang berakibat pada kematian.
Di Kabupaten Jombang, sembilan anak dilaporkan meninggal karena DBD.
Gejala utamanya, yakni peningkatan hematokrit mendadak lebih dari 20 persen dan trombosit hingga dibawah 100.000 per milimeter.
Kondisi tersebut dapat memicu kebocoran plasma dan kegagalan organ.
Cirinya pasien yang mengalami sindrom syok, antara lain, muntah terus menerus, kaki dan tangan terasa dingin, nyeri perut, dan mulut kering.
Selain itu, denyut nadi melemah, tekanan darah menurun, serta jumlah urine berkurang.
Kompas.com melansir, sindrom syok DBD atau dengue shock syndrome (DSS) adalah komplikasi infeksi DBD yang memiliki tingkat kematian tinggi.
Demam pada DBD umumnya terjadi selama 2 sampai 7 hari dan menurun setelahnya. Namun, komplikasi biasanya terjadi pada fase ini.
Komplikasi paling banyak terjadi pada hari ke 3 dan 4 sejak hari pertama sakit. Jika tidak segera ditangani, maka komplikasi ini akan mengakibatkan syok yang berisiko kematian.
Dikutip dari Science Direct, sindrom syok dengue biasanya terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Ada lebih dari 500.000 kasus sindrom syok terkait DBD yang terjadi setiap tahunnya dengan tingkat kematian berkisar antara 1-10 persen.
Kematian dapat terjadi jika kadar plasma darah yang rendah tidak segera diatasi dengan penggantian cairan.
Seperti diberitakan Kompas.id, pada 5 Maret 2024, jumlah penderita DBD di Jawa Timur melonjak tajam.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mendata, sepanjang tahun 2024 hingga pekan ketiga Februari, jumlah kasus DBD mencapai 3.638 kasus.
Penyakit demam berdarah di Jatim banyak menyerang anak-anak dan memicu terjadinya dengue shock syndrome yang berakibat pada kematian.
Di Kabupaten Jombang, sembilan anak dilaporkan meninggal karena DBD.
Kesimpulan
Pesan berantai mengenai "DBD shock perlu diluruskan. DBD dapat menyebabkan sindrom syok ketika terjadi komplikasi yang sudah parah.
Ini ditandai dengan hematokrit meningkat lebih dari 20 persen, dan trombosit di bawah 100.000 per milimeter.
Ada lebih dari 500.000 kasus sindrom syok dengue per tahun dengan tingkat kematian 1-10 persen.
Ini ditandai dengan hematokrit meningkat lebih dari 20 persen, dan trombosit di bawah 100.000 per milimeter.
Ada lebih dari 500.000 kasus sindrom syok dengue per tahun dengan tingkat kematian 1-10 persen.
Rujukan
- https://www.facebook.com/maria.wijaya.3956690/posts/pfbid0iRBYpc84Gpd6TNTpBKF5X5MnaTJvDkMCBe3JUcpCko9Gesza5N5CJvBTuRjwJ5nel
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02hi1W2ygrr9qrM1vN6mJAT8Rx5kw31ykDZgG55Ksm5JbjCvn66RcZP2A8yhftcgaFl&id=100095282747900
- https://www.facebook.com/bennyanto.surya/posts/pfbid02sPgDoJHmT6PRxMukf2DeDC1h6hLgPTdbhdFS8PaFXP7fx2KeYjBpXwRVsf2gJrFVl
- https://p2p.kemkes.go.id/hoaks-dbd-syok-beredar-melalui-whatsapp/
- https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/17/203000823/dengue-shock-syndrome-komplikasi-dbd-yang-bisa-menyebabkan-kematian
- https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/dengue-shock-syndrome#:~:text=Dengue%20Hemorrhagic%20Fever%20and%20Dengue,this%20rate%20may%20approach%2030%25.
- https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/05/kewaspadaan-dini-hadapi-lonjakan-dbd-di-jatim
- https://t.me/kompascomupdate