(GFD-2024-23795) Keliru, Klaim Angka 19 pada Nama COVID-19 Bermakna Artificial Intelligence
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ] memuat klaim bahwa angka 19 pada nama penyakit Covid-19 punya artiartificial intelligenceatau kecerdasan buatan.
Video itu memperlihatkan Dharma Pongrekun yang kini menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, menjadi pembicara dalam sebuah siniar ataupodcast. Dharma mengatakan kata Covid adalah singkatan daricertificate of vaccine identity digital. Sementara angka 19 dalam kata Covid-19, angka 1 mewakili huruf A dan sembilan menandakan huruf ke-19, yakni I. Sehingga angka 19 dalam nama Covid-19, sebenarnya adalah AI atauartificial intelligence.
Namun, benarkah angka 19 dalam kata Covid-19 berarti AI?
Hasil Cek Fakta
Video lengkap siniar tersebut bisa ditemukan di saluran YouTube Merry Riana ( arsip ), yang diunggah tanggal 30 Oktober 2024. Dalam siniar, Merry mewawancarai Dharma sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Dalam siniar itu, Dharma menyatakan ketidakpercayaannya pada keberadaan virus dan pandemi COVID-19. Dia mengklaim pandemi COVID-19 telah didesain elit global untuk mengintervensi bangsa Indonesia, dan masyarakat dianjurkannya tak khawatir virus akan mengganggu kesehatan mereka.
Namun, sesungguhnya penamaan COVID-19 berdasarkan nama virus dan tahun kemunculan virus tersebut. Menurut Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), virus tersebut pertama kali merebak di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir tahun 2019. Sehingga saat itu, virus disebut sebagai “2019 novel coronavirus”. Kemudian nama virus dan penyakit yang ditimbulkannya mendapatkan namanya masing-masing.
Nama virusnyasevere acute respiratory syndrome coronavirus2 atau disingkat dengan SARS-CoV-2. Nama ini dipilih karena virus ini secara genetik terkait dengan virus corona yang bertanggung jawab atas wabah SARS pada tahun 2003.
Sedangkan penyakit yang disebabkan virus tersebut disebutcoronavirus disease(COVID) yang memiliki arti ‘penyakit dari virus Corona’. Dengan demikian, COVID-19 merupakan kependekan dari ‘CO’ merupakan singkatan dari ‘Corona’, ‘VI’ merupakan singkatan dari ‘virus’, ‘D’ merupakan singkatan Disease (penyakit), sedangkan ‘19’ merujuk pada ‘2019’.
Namun kemudian WHO menyebut virus itu dalam berbagai publikasi sebagai virus COVID-19, tanpa menyertakan SARS. Hal itu bertujuan menghindarkan masyarakat dari kepanikan berlebih dan kenangan pahit merebaknya wabah SARS pada tahun 2003, terutama di Asia yang menerima dampak paling parah.
Penamaan virus dilakukan sebuah lembaga internasional bernama Kelompok Studi Virus Korona dari Komite Internasional Taksonomi Virus (International Committee on Taxonomy of Viruses/ICTV). Mereka memberi nama untuk virus yang baru ditemukan, berdasarkan hirarki taksonomi alias pemeringkatan berbagai kelompok atau taksa, yang menjadi dasar klasifikasi organisme.
Mulanya penamaan SARS-Cov-2 menimbulkan pro-kontra di kalangan peneliti dan ahli kesehatan. Beberapa peneliti meminta lembaga tersebut mengubah nama SARS-Cov-2 sebab SARS adalah nama penyakit. Nama virus SARS-CoV-2 dapat menyiratkan bahwa ia menyebabkan SARS atau yang serupa, terutama bagi para ilmuwan yang tak mendalami virologi maupun publik. Argumen lain karena nama tersebut tidak konsisten dengan nama penyakit yang dipilih oleh WHO, COVID-2019. Secara ilmiah, urutan genom virus SARS-CoV-2 berbeda dari virus korona seperti SARS atau terkait SARS lainnya.
Sementara sejumlah pakar lainnya menganggap penamaan SARS-CoV-2 sudah tepat. Dalam artikel tanggapan mereka, Penggunaan SARS dalam penamaan SARS-CoV-2 tidak berasal dari nama penyakit SARS tetapi merupakan perluasan alami dari praktik taksonomi untuk virus dalam spesies SARS. Penggunaan SARS untuk virus dalam spesies ini, terutama mengacu pada hubungan taksonomi mereka dengan virus pendiri spesies ini, SARS-CoV. Dengan kata lain, virus dalam spesies ini dapat diberi nama SARS terlepas dari apakah virus tersebut menyebabkan penyakit seperti SARS atau tidak.
Hubungan antara nama patogen virus dan penyakit terkaitnya bersifat kompleks. Meskipun Komite Internasional Taksonomi Virus bertanggung jawab untuk menamai spesies virus, WHO bertanggung jawab untuk menamai penyakit yang disebabkan oleh virus yang baru muncul tersebut. Karena berbagai alasan, nama penyakit dan patogen virus penyebabnya dapat berbeda, seperti yang dicontohkan oleh sindrom imunodefisiensi (AIDS) dan virus imunodefisiensi manusia (HIV).
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan angka 19 dalam kata Covid-19 bermakna AI adalah klaimkeliru.
Covid adalah singkatan dari Coronavirus Disease dan 19 bermakna virus tersebut ditemukan pada tahun 2019.
Rujukan
- https://www.instagram.com/reel/DBxtnJrp_BU/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://mvau.lt/media/bfbd69df-d8e2-428d-b037-76a73bcbff71
- https://www.youtube.com/watch?v=AgOx6XqPzbs
- https://megalodon.jp/2024-1101-1752-44/
- https://www.youtube.com:443/watch?v=AgOx6XqPzbs
- https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7133598/#bib1
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7133598/#bib1 /cdn-cgi/l/email-protection#ef8c8a84898e849b8eaf9b8a829f80c18c80c1868b