(GFD-2024-23927) [HOAKS] Kasus Mpox Tinggi di Negara dengan Vaksinasi Tinggi

Sumber:
Tanggal publish: 11/11/2024

Berita

KOMPAS.com - Tersiar narasi yang mengeklaim kasus penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox) banyak ditemukan di negara-negara dengan cakupan vaksinasi Covid-19 yang tinggi.

Mpox diklaim terjadi sebagai efek samping suntikan vaksin Covid-19.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.

Informasi mengenai kasus Mpox tinggi ada di negara dengan cakupan vaksinasi Covid-19 tertinggi, disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini. Arsipnya dapat dilihat di sini.

Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 16 September 2024:

So jangan percaya info yg nakut2 in itu yaaMeskipun yg nyebarin dari dinas kesehatan.

Kalau.pola hidup kita sehat, aman donk.No need vaxin anymore !

Sementara berikut penggalan narasi yang disebarkan:

Menurut ahli virologi terkemuka Dr. Poornmina Wagh, kita tidak mengalami wabah cacar monyet di seluruh dunia, seperti yang diklaim oleh WHO.

Seperti yang dijelaskan Dr. Wagh, gejala yang dialami oleh mereka yang didiagnosis dengan cacar monyet sebenarnya merupakan efek samping yang diketahui dari injeksi Covid: Penyakit Melepuh Autoimun.

...

Kasus cacar monyet saat ini dilaporkan di negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi di seluruh dunia, sementara negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah tidak melaporkan kasus apa pun.

Hasil Cek Fakta

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendata total populasi yang telah mendapat vaksinasi Covid-19 di semua negara.

Berdasarkan data yang dihimpun WHO per Desember 2023, berikut negara dengan cakupan vaksinasi mencapai 100 persen:

Namun, kasus Mpox tertinggi tidak ditemukan di negara-negara tersebut.

Kasus Mpox tertinggi yang dilaporkan didominasi negara-negara di Benua Afrika.

Negara yang paling banyak kasus Mpox pada 2024 berdasarkan catatan WHO, yakni:

Mpox bukanlah penyakit yang ditimbulkan akibat vaksin Covid-19 atau vaksin apa pun.

Mpox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox dari genus Orthopoxvirus

WHO mencatat, sumber alami virus masih belum diketahui, tetapi diduga bersumber dari monyet dan tupai.

Narasi yang beredar mengaitkan Mpox, vaksin Covid-19 dengan penyakit kulit akibat autoimun, seperti pemfigus dan pemfigoid bulosa.

Dilansir situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pemfigoid bulosa disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang berbalik menyerang jaringan kulit yang menghubungkan lapisan kulit terluar (epidermis) dan tengah (dermis). Sehingga, kulit menjadi ruam dan melepuh.

Ahli mikrobiologi dan imunologi Johns Hopkins Bloomberg, Kari Moore Debbink membantah kaitan vaksin Covid-19 berbasis mRNA dengan Mpox.

"Vaksin COVID mRNA digunakan secara global, sedangkan kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan jumlah kasus yang rendah di luar wilayah tersebut," kata Debbink dilansir DW.

Sehingga, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin Covid mRNA dan kasus Mpox.

Pendapat serupa disampaikan oleh profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, William Schaffner.

"Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin untuk melawan Covid tidak ada hubungannya dengan Mpox," ujarnya.

Sebelumnya Tim Cek Fakta Kompas.com telah membantah narasi mengenai WHO mengakui Mpox adalah efek samping Covid-19.

Kesimpulan

Narasi mengenai kasus Mpox tinggi ada di negara dengan cakupan vaksinasi Covid-19 tertinggi merupakan hoaks.

Kasus Mpox tertinggi sebagian besar dilaporkan di negara-negara di Benua Afrika, seperti Kongo, Burundi, dan Nigeria. Cakupan vaksinasi Covid-19 di negara tersebut bukan yang tertinggi.

Sumber alami virus masih belum diketahui, tetapi secara geografis tidak memungkinkan virus monkeypox di Afrika terkait dengan vaksin Covid-19.

Rujukan