A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/var/lib/php/sessions/ci_session3d5t8psj329hmsi5jnqs186rnf39qghj): failed to open stream: No space left on device

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 172

Backtrace:

File: /var/www/html/kalimasada/application/third_party/MX/Loader.php
Line: 173
Function: _ci_load_library

File: /var/www/html/kalimasada/application/third_party/MX/Loader.php
Line: 190
Function: library

File: /var/www/html/kalimasada/application/third_party/MX/Loader.php
Line: 153
Function: libraries

File: /var/www/html/kalimasada/application/controllers/Home.php
Line: 20
Function: library

File: /var/www/html/kalimasada/index.php
Line: 315
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /var/lib/php/sessions)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 143

Backtrace:

File: /var/www/html/kalimasada/application/third_party/MX/Loader.php
Line: 173
Function: _ci_load_library

File: /var/www/html/kalimasada/application/third_party/MX/Loader.php
Line: 190
Function: library

File: /var/www/html/kalimasada/application/third_party/MX/Loader.php
Line: 153
Function: libraries

File: /var/www/html/kalimasada/application/controllers/Home.php
Line: 20
Function: library

File: /var/www/html/kalimasada/index.php
Line: 315
Function: require_once

Benarkah Polisi Menembak ke Arah Masjid Al Ma'mur, Tanah Abang? - Cek Fakta

(GFD-2019-2953) Benarkah Polisi Menembak ke Arah Masjid Al Ma'mur, Tanah Abang?

Sumber: Sosial Media
Tanggal publish: 01/08/2019

Hasil Cek Fakta

tirto.id - Salah satu kabar berkabut dari kerusuhan Rabu dini hari, 22 Mei lalu, adalah narasi yang menuduh polisi “menyerang” Masjid Jami Al Ma’mur, Kebon Kacang. Letak masjid ini hanya berjarak 180 meter dari Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, titik didih konsentrasi massa selepas dihalau dari Bawaslu oleh pasukan Brigade Mobil. Aksi kekerasan pada dini hari itu merembet ke Petamburan dan lain-lain—total ada 9 titik rusuh selama aksi 21-22 Mei. Masjid ini pernah menjadi pusat konsentrasi massa Aksi Bela Islam 411 dan 212 yang menuntut pemenjaraan terhadap Gubernur Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama dalam panggung politik Pilkada DKI 2017. Kepanikan, teriakan, lemparan, kekalutan—; Anda bisa menontonya dari video amatir yang direkam lewat kamera ponsel yang diunggah ke media sosial dari lokasi masjid tersebut. Seseorang berteriak: “Woy masjid mau dibakar woy! Masjid mau dibakar!” Lalu, lewat sudut kameranya, Anda bisa melihat orang lain melempar kayu ke arah polisi dan berteriak bahwa masjid diserang. Ada juga yang membagikan video yang sudah disunting berjudul “Siaga Jihad” dengan seruan segera berkumpul di Petamburan. “Ayo ngumpul semuanya,” teriak seorang kakek berbaju putih. “Masjid ditembaki!” Bapak berpeci dan berbaju cokelat di sampingnya menimpali. “Masjid diancam, Masjid Al-Makmur, semuanya ngumpul, ayo! Allahuakbar!” kata si kakek. Kemudian muncul Fachry Al Habsyi, keturunan Abu Bakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Habsyi, tokoh masyarakat Tanah Abang yang berjasa mengembangkan masjid itu sejak awal abad 20: “Pertahankan Tanah Abang! Tanah Abang ini bentengnya umat Islam. Saya mengajak semua—SEMUA—malam ini, masjid ditembaki. Masjid Al-Makmur kebanggaan umat Islam Tanah Abang; bukan hanya Tanah Abang saja, Sumatera Barat pun kenal ini masjid. Kalian berani ngacak-ngacak masjid ini … umat Islam semuanya akan turun! Lailahailallah!” Di YouTube, akun bernama 'Pendukung Prabowo Sandi' gencar membagikan video demo 22 Mei, dari aksi di KPU dan Bawaslu hingga video di Masjid Al-Makmur. Di video itu tidak tampak ada personel polisi ataupun TNI yang menyerang masjid atau bahkan masuk ke halaman masjid. Orang-orang terlihat panik karena gas air mata. Polisi Membantah dan Pemerintah Membatasi Medsos Isu ada masjid “diserang”, terdistribusi dan teramplifikasi via media sosial, menjadi perhatian serius Mabes Polri. Dalam konferensi pers di kantor Kementerian Polhukam, Rabu pagi, Kadiv Humas Mabes Polri Inspektur jenderal Muhammad Iqbal menegaskan tidak ada satu pun pihak kepolisian atau TNI yang menyerang masjid. “Brimob tidak pernah menyerang masjid. Rekan kami, TNI juga tidak pernah menyerang masjid,” katanya. Kepala Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono juga membantah ada penyerangan ke Masjid Al-Makmur . Menurutnya, pukul 21.30, massa aksi di KPU dan Bawaslu sudah bubar dengan lancar, aman, dan damai. Sekitar pukul 23.00, lanjut Argo, muncul massa yang lantas melawan personel Brimob lewat lemparan kayu dan bom molotov. “Lalu ada juga isu yang berkembang bahwa polisi masuk ke masjid, menyerang pengunjuk rasa. Itu saya nyatakan tidak benar,” kata Argo. Kementerian Komunikasi dan Informatika bahkan membatasi pemakaian platform media sosial dari 22 Mei hingga 25 Mei. Kementerian menyebut ada 30 hoaks yang beredar pada 22 Mei, termasuk kabar bohong bahwa polisi menembaki masjid. Provokasi Amien Rais Bagaimanapun, kabar “masjid diserang” atau “polisi mengarahkan tembakan ke arah masjid” Al Ma’mur—yang belum terkonfirmasi itu—telah tersebar cepat. Amien Rais, politikus dari kubu Prabowo Subianto, secara provokatif menuding “pertanggungjawaban” polisi, yang bisa mendorong kesimpulan bahwa ada tembakan ke arah masjid. Memberi keterangan nama masjid bertanggal 22 Mei 2019, akun Instagram atas nama ‘Amien Rais’ mengunggah dua video (pukul 06:44 & 06:51) dan satu foto (pukul 06:56)—secara demonstratif menunjukkan selongsong peluru dan kaleng gas air mata. Dalam video, Amien secara serampangan menyebut “polisi-polisi … berbau PKI menembaki [secara] ugal-ugalan”. Ia juga mengancam Kapolri Tito Karnavian agar “jangan buat marah umat Islam.” Dalam video satunya, Amien berkata kepada kepolisian Indonesia bahwa “seragam Anda, senjata Anda, tank Anda, panser Anda, semuanya dari rakyat”. Dari tiga unggahan itu, Amien membenturkan polisi dan “umat Islam”. Dua video itu diihat lebih dari 150.000 kali dan postingan foto disukai oleh lebih dari 14.000 akun. Meski begitu, mayoritas komentar justru menyudutkan Amien yang disebut punya niat jahat “mengadu domba” rakyat. Sjafrie Samsoeddin Menenangkan Massa Pada Rabu pagi, Sjafrie Sjamsoeddin—juga dari kubu Prabowo—mendatangi masjid itu. Bersikap sangat berbeda dari Amien Rais, ia berusaha menenangkan orang-orang yang mengerubunginya, sesekali ditimpa teriakan takbir. Kehadiran Sjafrie itu diunggah oleh akun Twitter atas nama dirinya pada Rabu malam, pukul 20:15. Berdurasi 2:19, di antara hal lain, mantan Pangdam Jaya (1997) dan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia (2010-2014) itu berkata: “Ini adalah tempat yang kedua kali saya salat di sini. Jadi saya datang untuk menyampaikan semangat. Tetap tenang. Jangan melakukan tindakan yang melanggar hukum. Kita akan melakukan upaya-upaya hukum. Tapi, umat diharap tenang. Jangan terpovokasi. Saya datang ke sini untuk melihat apakah ada rumah Allah yang rusak atau tidak? Ternyata tidak ada. […] Nanti malam tetap gunakan tempat ini sebagai tempat ibadah. Kalau mau beristirahat, silakan.”

Kesaksian Dua Warga: 'Semua berlangsung cepat' Reporter Tirto, dalam tiga kesempatan berbeda, mendatangi Masjid Al Ma’mur pada Jumat (24/3) serta Senin sore dan malam (27/5). Kami bertemu Rahman, warga Jatibaru, Tanah Abang, yang saat kerusuhan tengah beriktikaf di masjid. (Rahman rutin iktikaf di masjid ini saban 15 hari terakhir bulan Ramadan.) Sesaat setelah menyelesaikan ayat terakhir Surat Maryam, Rahman dikagetkan oleh kegaduhan di luar masjid, Rabu dini hari. Ia yang duduk di dekat mimbar tersentak saat melihat puluhan orang berlarian mendekatinya. Selang beberapa detik, suara keras tembakan menyalak. Asap mengepul di halaman masjid, terbawa angin hingga ke dalam ruangan masjid. ”Waktu itu saya masih bingung, dipikir ada bom. Tapi, setelah ada suara dar-der-dor puluhan kali, saya yakin itu bukan bom, tapi tembakan,” katanya. Beberapa jam sebelumnya, saat hendak ke masjid, ia tahu aksi demo pada Selasa malam (21/5) di depan Gedung Bawaslu belum berakhir. Tepat ketika pukul 00.00, ia juga tahu kerusuhan telah pecah di sana—ia melihat ratusan orang berkumpul di luar masjid, bersiap mengadang polisi. “Saya enggak peduli,” katanya. “Saya waktu itu cuma untuk ibadah. Jadi enggak peduli dengan hal begituan.” Rahman saat itu meyakini kerusuhan di Blok A Tanah Abang tak akan merembet sampai masjid. Namun, perkiraanya keliru. Ia masih ingat kegaduhan yang menurutnya berselang lima menit: Jemaah berteriak, berlarian, suara tembakan dari kejauhan. “Semua berlangsung cepet,” ujarnya. “Tiba-tiba saja banyak orang tepar. Lari ke dalam karena gas air mata.” Saksi lain bernama Haji Anton, orang yang dianggap dituakan di Tanah Abang, berada di luar masjid saat kerusuhan itu. Ia berkata sebagian massa yang berlari ke arah masjid setelah Brimob memecah arus massa dengan sepeda motor. Polisi-polisi itu lantas menembakkan gas air mata ke halaman masjid, tetapi tak sampai mengejar sampai ke dalam masjid. “Polisi juga tentu masih mikir, enggak mungkin berani kalau kejar ke dalam,” ujar Haji Anton. “Mereka memukul massa hanya sampai gerbang.” Polisi-polisi itu bertindak “relatif cepat” dan tak sampai lima menit lalu pergi lagi, ujarnya. Saat polisi menembakkan gas air mata, massa kalut dan panik. Bahkan, kata Haji Anton, seorang marbut mengambil alat pengeras suara; mengiba agar polisi jangan berbuat “anarkis” di dalam masjid.

Kesaksian Koordinator Keamanan Masjid Kami juga bertemu seorang tokoh Tanah Abang sekaligus koordinator keamanan Masjid Al Ma’mur bernama Anang. Ia mengisahkan seusai masa demo damai pulang pada Selasa malam, sekitar pukul 20:30, ia menerima kabar ada “kerusuhan” di depan Bawaslu. Kabar itu sempat membuat massa masjid ingin kembali ke Bawaslu, tapi Anang mela

Rujukan