(GFD-2019-2973) [BERITA] KawalPemilu & KawalPilpres yang Hadir di Tengah Delegitimasi KPU
Sumber:Tanggal publish: 22/04/2019
Berita
Dalam melakukan usahanya, KawalPemilu dan KawalPilpres memanfaatkan formulir C1, catatan hasil penghitungan suara di TPS, untuk melakukan tabulasi hitung nyata yang diperoleh dari relawan-relawannya. Elina Ciptadi, salah seorang di balik hadirnya KawalPemilu.org, mengungkapkan bahwa situsweb KawalPemilu lahir pada Pilpres 2014. Ketika itu, KPU tidak merilis data hasil hitung nyata sementara. Di sisi lain, kedua kubu capres, Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta, saling mengklaim kemenangan. Bermodal formulir C1 yang diunggah KPU, KawalPemilu melakukan tabulasi suara. “Waktu itu kita hadir sebagai data tengah yang mengetengahi,” tutur Elina. Lima tahun berselang, KPU kini memiliki situsweb hitung nyata yang beralamat di pemilu2019.kpu.go.id. Sayangnya, kini, KPU punya masalah baru: delegitimasi. Akibatnya, menurut Elina, "publik masih menginginkan data pembanding". Bermodal partisipasi publik, dengan memanfaatkan hobi foto banyak orang yang kini tengah populer, KawalPemilu tetap hadir meskipun KPU memiliki fasilitas serupa.
Kehadiran KawalPemilu dan KawalPilpres membantu meredam gejolak di akar rumput. Menurut Hanhan, beberapa pendukung 02 meneriakkan kecurangan terjadi pada pesta demokrasi ini. “Daripada menyerang kecurangan dengan cara yang tidak jelas, pendukung yang merasa dicurangi bisa menggunakan data (dengan menggunggah C1 ke KawalPemilu atau KawalPilpres),” katanya. Sayangnya, karena KawalPemilu dan KawalPilpres kini dianggap tempat yang lebih terpercaya untuk mengklaim kemenangan, pengguna yang tidak bertanggungjawab mulai mengganggu. “Kini sudah mulai banyak manipulasi data yang dikirim pengguna ke situsweb swadaya ini,” Hanhan menceritakan pengamatan dan pengalamannya.
Meski begitu, karena KawalPemilu dan KawalPilpres mengusung sistem terbuka, pengguna lain bisa melakukan tinjau-data atas kekeliruan tersebut. Adanya upaya manipulasi yang mengganggu situs KawalPemilu diakui oleh Elina Ciptadi. Relawan KawalPemilu menemukan beberapa foto C1 yang dikirim memuat data jumlah pemilih yang melebihi daftar pemilih tetap (DPT). Akibatnya, KawalPemilu harus bekerja ekstra keras, memverifikasi data yang masuk tanpa henti. Proses verifikasi ini membikin tabulasi KawalPemilu terhambat. “[Data aneh yang masuk] kami kumpulkan jadi satu supaya tidak mengotori data utuh,” tegas Elina. “Kami melakukan verifikasi berlapis,” paparnya kemudian. Secara umum, data yang diproses KawalPemilu masih minim. Sukar bagi kedua pendukung capres untuk mengklaim kemenangan jika memanfaatkan data dari KawalPemilu. Menurut Elina, siapa yang menang pilpres 2019 akan bisa diketahui manakala data yang masuk telah berjumlah setidaknya 80-90 persen. Selain minim, data yang masuk ke KawalPemilu pun masih belum tersebar merata. Data C1 dari TPS-TPS di Jawa Barat dan Banten masih mendominasi, sekitar 8 dan 12 persen. Sementara itu, data dari wilayah-wilayah lain baru berkisar antara 1 hingga 4 persen. “Kalau data berbondong-bondong dari Jateng, trennya Jokowi menguat. Sebaliknya, jika dari Jabar, trennya Prabowo menguat,” papar Elina. KawalPemilu dan KawalPilpres sangat berperan dalam membantu proses transparansi pesta demokrasi kali ini. Namun, perlu diingat, siapa yang menang pilpres tetap berada di tangan KPU.
selengkapnya di bagian REFERENSI.