(GFD-2019-3059) Heboh Cacar Monyet, Kemenkes: Belum Ditemukan Kasusnya di Indonesia
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 11/09/2019
Berita
narasi:
Virus cacar monyet sdh msk Indonesia ... waspadalah
Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia meminta masyarakat tidak perlu panik terkait ditemukannya penyakit cacar monyet di Singapura.
"Sampai saat ini belum ditemukan kasus Monkeypox di Indonesia," kata Anung Sugihantono, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes.
Meski begitu, Kemenkes tetap meminta masyarakat agar tetap waspada dan menjaga kebersihan.
Dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu (15/5/2019), Anung mengatakan bahwa cacar monyet bisa dicegah dan sembuh dengan sendirinya dalam 14 sampai 21 hari.
Untuk pencegahan, masyarakat diminta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan dengan sabun. Selain itu, hindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi paparan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
Hasil Cek Fakta
Anung menjelaskan bahwa cacar monyet adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang. Penularan bisa terjadi melalui kontak darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dan mukosa dari binatang terinfeksi.
Hindari juga kontak fisik dengan orang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. Jangan lupa untuk tidak melakukan kontak atau mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar.
Sementara, untuk masyarakat yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet, segeralah memeriksakan diri jika mengalami demam tinggi mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan.
Kepada petugas kesehatan, Anung mengingatkan agar menggunakan alat pelindung, seperti sarung tangan dan masker, saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
Cacar monyet juga hanya bisa didiagnosis lewat pemeriksaan laboratorium.
"Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus cacar monyet. Pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul," Anung menjelaskan.
Secara global, wilayah yang terjangkit cacar monyet adalah Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan).
Untuk manusia, penularan bisa terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia, dan tupai, serta konsumsi daging binatang terinfeksi. Biasanya, virus berada dalam hewan pengerat seperti tikus. Namun, penularan antar manusia jarang terjadi.
Hindari juga kontak fisik dengan orang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. Jangan lupa untuk tidak melakukan kontak atau mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar.
Sementara, untuk masyarakat yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet, segeralah memeriksakan diri jika mengalami demam tinggi mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan.
Kepada petugas kesehatan, Anung mengingatkan agar menggunakan alat pelindung, seperti sarung tangan dan masker, saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
Cacar monyet juga hanya bisa didiagnosis lewat pemeriksaan laboratorium.
"Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus cacar monyet. Pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul," Anung menjelaskan.
Secara global, wilayah yang terjangkit cacar monyet adalah Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan).
Untuk manusia, penularan bisa terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia, dan tupai, serta konsumsi daging binatang terinfeksi. Biasanya, virus berada dalam hewan pengerat seperti tikus. Namun, penularan antar manusia jarang terjadi.