(GFD-2021-6021) [SALAH] Tulisan Najwa Shihab soal Covid-19

Sumber: Facebook
Tanggal publish: 07/01/2021

Berita

Beredar kembali di media sosial postingan beberapa klaim terkait covid-19. Terbaru postingan ini mengatasnamakan presenter Najwa Shihab.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Cherry Umburuhingide Rasuh. Dia mengunggahnya di Facebook pada 3 Januari 2020.

Berikut isi postingannya:

*PENTING DIBACA DAN DIPAHAMI UNTUK DIKETAHUI.*‼*_NAJWA SIHAB KOMEN_**

KITA BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN, KITA TIDAK MISKIN TAPI DIMISKINKAN OLEH SEBUAH SISTEM.

**Rapid tes itu cek darah, sedangkan covid-19 tidak masuk ke DARAH

**Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif bukan cek VIRUS.

**Jika antibodi muncul /reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan tidak tahu itu Virus atau Bakteri apa langsung vonis hasilnya POSITIF.**Orang FLU kalo ikut rapid tes hasilnya pasti POSITIF karena antibodinya reaktif muncul.

**Jadi hasil rapid tes POSITIF belum tentu kena CORONA Itu hanya menunjukkan ANTIBODINYA reaktif/muncul.

**PCR tes pun hanya menunjukkan/mengindikasi keberadaan adanya VIRUS tapi gak bisa mejunjukan itu virus apa dan juga gak bisa Membedakan antara virus hidup dan virus mati akibat sudah di bunuh sama antibodi kita.

**Tes PCR akan memberikan petunjuk hasil positif jika ada virus tapi tidak bisa nengidentifijasi virus jenis apa dan virus hidup atau virus mati.**Selama ini tidak ada yang meninggal disebabkan murni karena Virus Corona.

**Kalau penyebabnya dikarena terlalu banyak bermacam² virus yang ada didalam tubuh sehingga antibodi kalah dan tidak mampu mengalahkan virus yang terlalu banyak dan bermacam² itu adalah benar.

**Jika ada ribuan yang meninggal itu menunjukkan sebelum adanya covid-19 banyak ribuan orang sudah terjangkit virus lain.

**Sehingga ketika kena covid kondisi tubuh semakin parah antibodi yang ada didalam tubuh tidak sanggup melawan dan mengatasi lagi.

**Jadi kemungkinan yang kata media bertambah banyak yang kena corona / covid 19, diliat dari hasil rapid tes itu belum tentu kena covid-19, Sekali lagi rapid tes cuma mendeteksi antibodi seseorang muncul / reaktif apa tidak, Sedangkan orang flu aja antibodinya pasti muncul /reaktif jika dikakukan rapid tes dengan hasilnya pasti akan positif.

**Jadi waspada boleh, Takut juga boleh, Tapi tidak perlu berlebihan sampai ketakutan akut / depresi, Sebab itu akan mempengaruhi imun kita menurun dratis / drop.

**Semisal contoh kasus pertama beberapa hari yang lalu ada orang waktu malam tubuhnya panas, deman, batuk², muntah², sesak nafas dan besoknya meninggal Ternyata orang ini kena typus.

**Contoh kasus kedua, seseorang panik ketakutan kena corona otomatis jantungnya berdebar kencang mengakibatkan sesak nafas dan besok meninggal.

**Contoh kasus ketiga seseorang dengan aktifitas tinggi bekerja terlalu keras lupa istirahat badannya kelelahan jadi lemah, sress dari tes medis meninggalnya bukan karena virus corona tapi karena masuk virus lainya disebabkan imun turun karena kelelahan dan stress berat.

**Semoga kita semua semakin paham tentang Covid-19 ini. Dan mindset / pola pikirnya berubah menjadi tenang dan selalu positif menghadapi segala situasi dan kondisi yang tidak menentu saat ini.*

Hasil Cek Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi akun resmi Najwa Shihab di Instagram, @najwashihab yang sudah bercentang biru atau terverifikasi. Di sana terdapat bantahan terkait postingan soal covid-19 tersebut.

"Beredar info di WAG yang mengatasnamakan saya. Itu tidak benar, saya tidak pernah membuat tulisan ini," ujar Najwa dalam Instagram stories yang diunggah 6 Januari 2021.

Terkait isinya, postingan serupa pernah ditulis Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Viral Postingan Berisi Klaim terkait Covid-19, Simak Fakta Sesungguhnya" yang tayang 29 Desember 2020.

Di sana terdapat penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD. Dia membantah semua klaim dalam postingan tersebut.

"Tidak benar kalau covid-19 tidak masuk ke darah. Beberapa bukti jurnal sudah dipublikasikan kalau covid-19 masuk ke darah kita," ujar dr Adaninggar, Selasa (29/12/2020).

Terkait rapid test antibodi reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan dianggap positif juga merupakan misinformasi.

"Rapid test antibodi memang memeriksa antibodi yang terbentuk di dalam tubuh manusia sebagai wujud respons tubuh terhadap infeksi. Antibodi yang terbentuk bersifat sangat spesifik tergantung infeksi kuman yang menyerang."

"Alat rapid test yang dibuat juga bersifat spesifik artinya hanya bisa mengikat antibodi yang spesifik terhadap SARS CoV2. Hasil reaktif palsu memang bisa terjadi pada infeksi virus yang strukturnya mirip dengan SARS CoV2 jadi antibodinya bisa salah mengenali. Tapi kejadian ini sangat jarang tergantung akurasi alat juga," ujar dr Ning menjelaskan.

"Hasil reaktif antibodi tidak pernah dianggap positif. Ini adalah suatu misinterpretasi di masyarakat akibat kurang pengetahuan yang akhirnya mengakibatkan stigma."

Untuk klaim yang menyebut orang flu kalau dirapid test akan positif, dr Adaninggar menjelaskan hal itu tidak selalu.

Ia menyebut virus yang bisa menyebabkan hasil reaktif palsu pada pemeriksaan antibodi covid adalah infeksi oleh virus corona jenis lain dan virus dengue. Sehingga jika flunya disebabkan coronavirus jenis lain maka terdeteksi.

Sedangkan jika penyebab flu adalah virus influenza atau bakteri maka tidak akan bereaksi silang dengan antibodi covid karena struktur virus dan bakteri sangat berbeda.

Ia juga membantah klaim yang menyebut PCR hanya bisa mendeteksi ada tidaknya virus tapi tidak bisa membedakan virus apa.

"PCR betul bisa mendeteksi materi genetik virus tapi tidak bisa melihat apakah virus masih aktif atau tidak. Namun PCR didesain dengan sangat spesifik. Pemeriksaannya menggunakan reagen cetakan primer gen dari virus/bakteri yang akan diperiksa."

"Jadi bila akan memeriksa virus SARS CoV2 ya yang digunakan adalah cetakan gen SARS CoV, demikian juga kalau mau memeriksa TBC/virus yang lain, digunakan cetakan gen masing-masing. Jadi sangat spesifik. Bila hasil positif, ya 99-100 persen memang didapatkan gen SARS CoV2 sesuai primer gen yang dipakai," ujarnya.

Terkait klaim yang menyebut tidak ada yang meninggal dunia murni karena covid-19 adalah tidak benar. Dalam penelitian otopsi di luar negeri banyak bukti bahwa seseorang meninggal dunia murni karena covid-19, hal ini bisa dilihat pada tanda-tanda khas yang tidak ditemukan pada infeksi lain.

Dalam data statistik di www.covid-19.go.id juga menunjukkan tidak 100 persen pasien meninggal dunia dengan penyakit penyerta. Berikut link untuk melihat statistik lengkapnya...

Terkait media yang menambah data positif setelah melihat rapid tes antibodi reaktif juga tidak benar. Pasalnya yang dikelompokkan sebagai kasus konfirmasi adalah kasus yang dikonfirmasi dari hasil swab PCR bukan dari hasil rapid test antibodi.

Kesimpulan

Postingan soal covid-19 yang mengatasnamakan Najwa Shihab adalah hoaks. Isi dalam postingan tersebut juga tidak benar.

Rujukan