(GFD-2021-7965) [SALAH] Bandara Kualanamu Telah Dijual

Sumber: Facebook
Tanggal publish: 08/12/2021

Berita

Beredar di media sosial postingan terkait Bandara Kualanamu di Sumatera Utara telah dijual. Postingan itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang mengunggahnya berada di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 23 November 2021.

Dalam postingannya terdapat narasi:

"25 July 2013 SBY meresmikan Bandara Kuala Namu Medan Sumut

25 November 2021 denger Khabar Bandara tersebut di jual di era JOKOWI ?"

Hasil Cek Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel berjudul "AP II Bantah Tudingan Jual Bandara Kualanamu" yang tayang di Liputan6.com pada 26 November 2021.

Dalam artikel tersebut terdapat penjelasan dari Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis PT Angkasa Pura II (Persero) Armand Hermawan. Berikut isi artikel selengkapnya:

"Liputan6.com, Jakarta -Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis PT Angkasa Pura II (Persero) Armand Hermawan membantah terjadi penjualan saham atau penjualan aset Bandara Kualanamu di Sumatera Utara.

Dia pun menjelaskan jika AP II menggandeng GMR Airports Consortium mengelola dan mengembangkan Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara.

GMR Airports Consortium dikatakan dipilih sebagai mitra setelah melalui serangkaian proses tender secara profesional dan transparan.

Adapun PT Angkasa Pura II (Persero) dengan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu.

AP II sebagai pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham.

"Saat ini pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan oleh AP II. Sejalan dengan adanya mitra strategis, pengelolaan selama 25 tahun akan dilakukan oleh AP II dan GMR melalui JVCO yang 51 persen sahamnya dimiliki AP II. Nantinya pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu akan kembali seluruhnya kepada AP II setelah masa kerjasama berakhir," tegas dia, seperti dikutip Jumat (26/11/2021).

Adapun soal penjualan Bandara Kualanamu dicetuskan Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu melalui cuitan di media sosial miliknya.

"Baca penjelasan resmi AP II bhw pengelolaan bandara kualanamu berbentuk Joint Venture dan membetuk perusahaan baru, artinya sdh ada penjualan saham. Kalau JO tidak ada penjualan saham," cuit dia dalam akun twitter @@msaid_didu, seperti dikutip Jumat (26/11/2021).

Armand Hermawan memastikan jika tidak ada penjualan aset atau penjualan saham Bandara Internasional Kualanamu. Kepemilikan Bandara Internasional Kualanamu beserta asetnya 100 persen tetap milik AP II.

"JVCo hanya akan menyewa aset kepada AP II untuk dikelola selama 25 Tahun. Setelah periode kerja sama berakhir, JVCo tidak berhak lagi mengelola Bandara Internasional Kualanamu dan semua aset hasil pengembangan akan dikembalikan kepada AP II. Kemitraan dapat dianggap seperti perjanjian sewa menyewa dengan para tenant di terminal Bandara,” ujar Armand Hermawan.

Dikatakan jika kemitraan strategis ini merupakan inovasi model bisnis yang menarik minat investasi pihak swasta untuk dapat turut berkontribusi dalam mengembangkan infrastruktur di Indonesia dan menyediakan layanan bagi kepentingan umum.

“Tujuan dari kemitraan strategis ini adalah mengakselerasi 3E yaitu Expansion the traffic (memperluas penerbangan), Equity partnership (menambah permodalan) dan Expertise sharing (berbagi teknologi dan keahlian), sehingga daya saing Bandara Internasional Kualanamu dapat lebih cepat ditingkatkan.”

Terkait Expansion the traffic, Armand Hermawan mengungkapkan Bandara Internasional Kualanamu akan dijadikan hub penerbangan internasional khususnya di wilayah barat yang akan mendatangkan banyak penerbangan dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

Adapun GMR Airports Consortium yang sebagian sahamnya juga dimiliki Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis termasuk jaringan operator bandara dengan total jumlah penumpang terbanyak di dunia.

“Pada tahun 2020 jumlah pergerakan penumpang pesawat di Bandara Internasional Kualanamu sekitar 3 juta penumpang per tahun. Melalui kemitraan strategis AP II dan GMR Airports Consortium, JVco menargetkan jumlah pergerakan penumpang menjadi sekitar 54 juta penumpang per tahun di akhir Kerjasama kemitraan,” ungkap Armand Hermawan.

Sementara itu, terkait dengan Equity partnership, AP II dan GMR Airports Consortium akan berbagi pendanaan sehingga pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dapat diakselerasi dan pengelolaan dapat menerapkan best global practice.

Adapun di dalam kemitraan strategis ini, mitra strategis akan menanamkan investasi sedikitnya Rp15 triliun untuk pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Di samping itu, mitra strategis juga akan memberikan upfront payment kepada AP II, yang dapat digunakan bagi AP II untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan.

Direktur Operasi dan Layanan AP II Muhamad Wasid mengatakan kemitraan strategis ini juga mendatangkan Expertise sharing atau alih teknologi dan keahlian dalam pengoperasian bandara serta pelayanan kelas dunia.

“Kemitraan strategis berkontribusi dalam memberikan global best practice kepada AP II, baik itu dalam aspek operasional bandara dan penerbangan maupun layanan disamping pengembangan aktivitas ekonomi dan area komersial non-aeronautika,” jelas Muhamad Wasid.

Kemitraan strategis ini akan mengakselerasi pengembangan dan pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu sehingga dapat optimal dan maksimal mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia."

Selain itu ada artikel lain berjudul "Stafsus BUMN Buka Suara Soal Kabar Bandara Kualanamu Dijual" yang tayang di Liputan6.com pada 26 November 2021.

Berikut isi artikelnya:

"Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero) menggandeng perusahaan asal India bernama GMR Airport Internasional membentuk Joint Venture Company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengembangkan Bandara Kualanamu di Sumatera Utara.

AP II sebagai pemegang saham mayoritas dengan menguasai 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham.

Nantinya, GMR akan mengelola Bandara Kualanamu berjangka waktu 25 tahun dengan nilai kerja sama sekitar USD 6 miliar, termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp 15 triliun.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga angkat suara terkait ini. Dia membantah kabar yang menyebut Bandara Kualanamu dijual. Dia memastikan pengelolaan Bandara Kualanamu ini tidak ada kaitan dengan penjualan aset.

Aset Bandara Kualanamu tetap milik AP II bukan dijual kepada GMR Airport. "Jadi keliru kalau mengatakan terjadi penjualan aset," ujar dia, Jumat (26/11/2021).

Menurut dia, negara tetap untung dari aksi langkah AP II terkait pengelolaan Bandara Kualanamu.

"Angkasa Pura II mendapatkan dua keuntungan, yaitu dana sebesar Rp 1,58 triliun dari GMR serta ada pembangunan dan pengembangan Kualanamu sebesar Rp 56 triliun dengan tahap pertama sebesar Rp 3 triliun," jelas dia.

Dia memastikan jika aksi melepas 49 persen saham itu membuat perseroan tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 58 triliun untuk pengembangan Bandara Kualanamu, karena proyek pembangunan bandara justru ditanggung oleh mitra.

Bahkan dana sebesar Rp1,58 triliun bisa dipakai oleh Angkasa Pura II untuk pengembangan dan pembangunan bandara baru di Indonesia.

"Ini namanya memberdayakan aset tanpa kehilangan aset, bahkan asetnya membesar berkali-kali lipat," jelasnya."

Kesimpulan

Postingan yang mengklaim Bandara Kualanamu di Sumatera Utara telah dijual adalah tidak benar.

Rujukan