(GFD-2019-1184) Prabowo menyebut Indonesia sebentar lagi 100% impor BBM
Sumber: Debat Capres 2019Tanggal publish: 17/02/2019
Berita
JAKARTA. Calon Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia sebentar lagi akan impor minyak 100%. Untuk itu kelapa sawit bisa menjadi tambahan bahan bakar kita. "Kita dalam waktu dekat akan menjadi net importir. Kita akan impor 100% bahan bakar minyak kita," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa sawit bisa menjadi biodiesel dan bisa meningkatkan pendapatan petani yang sekarang sedang jatuh. "Kita bisa meningkatkan harga dan juga harus konsekuen untuk meningkatkan kesejahteraan Perkebunan Inti Rakyat," ujarnya.
Hasil Cek Fakta
Adhityani Putri dari Yayasan Indonesia Cerah menyatakan Indonesia merupakan produsen minyak, sehingga tidak dapat dibayangkan bahwa Indonesia akan 100% impor minyak bagi kebutuhan konsumsi BBM bagi transportasi dan ketenagalistrikan dalam negeri.
Selain itu, Indonesia akan mulai melakukan elektrifikasi transport secara bertahap, yaitu dengan mendorong manufaktur dan penjualan kendaraan listrik (mobil dan motor) dan ada substitusi parsial BBM dengan BBN.
Selain itu, pemerintah juga sudah secara agresif menurunkan penggunaan diesel untuk pembangkitan listrik. Sedangkan pemanfaatan untuk kebutuhan rumah tangga (cooking fuel) juga sudah disubstitusi dengan gas.
Sehingga ada indikasi bahwa di jangka menengah akan terjadi stabilisasi permintaan BBM dan bahkan berbagai proyeksi menunjukkan penurunan di jangka panjang.
Selain itu, mengacu data dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 menyebutkan bahwa pada tahun ini, pemerintah menargetkan lifting hanya 750.000 barel per hari (bph). Padahal tahun ini target lifting minyak 800.000 bph.
Bukan hanya di 2019, dalam jangka menengah yakni 2020 hingga 2022, target bawah lifting minyak juga cenderung semakin rendah.
Pada tahun 2020, misalnya, target lifting minyak berkisar 695.000–840.000 bph. Sedangkan target di 2021 hanya 651.000–802.000 bph, dan di 2022 turun lagi menjadi 589.000–800.000 bph. Sehingga impor 100% BBM belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Selain itu, Indonesia akan mulai melakukan elektrifikasi transport secara bertahap, yaitu dengan mendorong manufaktur dan penjualan kendaraan listrik (mobil dan motor) dan ada substitusi parsial BBM dengan BBN.
Selain itu, pemerintah juga sudah secara agresif menurunkan penggunaan diesel untuk pembangkitan listrik. Sedangkan pemanfaatan untuk kebutuhan rumah tangga (cooking fuel) juga sudah disubstitusi dengan gas.
Sehingga ada indikasi bahwa di jangka menengah akan terjadi stabilisasi permintaan BBM dan bahkan berbagai proyeksi menunjukkan penurunan di jangka panjang.
Selain itu, mengacu data dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 menyebutkan bahwa pada tahun ini, pemerintah menargetkan lifting hanya 750.000 barel per hari (bph). Padahal tahun ini target lifting minyak 800.000 bph.
Bukan hanya di 2019, dalam jangka menengah yakni 2020 hingga 2022, target bawah lifting minyak juga cenderung semakin rendah.
Pada tahun 2020, misalnya, target lifting minyak berkisar 695.000–840.000 bph. Sedangkan target di 2021 hanya 651.000–802.000 bph, dan di 2022 turun lagi menjadi 589.000–800.000 bph. Sehingga impor 100% BBM belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Kesimpulan
Impor BBM memang semakin naik lantaran produksi minyak Indonesia setiap tahun menurun. Namun tidak mungkin dalam waktu dekat Indonesia akan impor 100% BBM.