(GFD-2023-13213) Cek Fakta: Tidak Benar Cacar Monyet Muncul Setelah Vaksin Covid-19 AstraZeneca Dipasarkan
Sumber: liputan6.comTanggal publish: 31/07/2023
Berita
Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim cacar monyet muncul setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca dipasarkan. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 28 Juli 2023.
Unggahan klaim cacar monyet muncul setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca dipasarkan berupa foto tulisan yang mengulas vaksin AstraZeneca dan pada tulisan "chimpanzee adenovirus" ditandai dengan lingkaran merah.
Unggahan foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
"Suatu kebetulan yang aneh.
• Vaksin CVD¹⁹ AstraZeneca mengandung adenovirus simpanse.
• Beberapa saat setelah V AstraZeneca muncul dipasaran, cacar monyet muncul.
#SadButTrue"
Benarkah klaim cacar monyet muncul setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca dipasarkan? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim cacar monyet muncul setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca dipasarkan, dalam artikel berjudul "Ahli Pastikan Vaksin COVID-19 Bukan Penyebab Cacar Monyet" yang dimuat situs Liputan6.com 4 Juni 2022. Peneliti dari Indian Institutes of Science Education and Research, Vineeta Bal mengatakan, kandungan adenovirus dalam vaksin COVID-19 tidak menimbulkan infeksi penyakit apa pun.
"Meskipun adenovirus dan monkeypox adalah virus DNA, yang satu tidak dapat menyebabkan yang lain," kata Vineeta dikutip dari thehindu.com.
Vineeta menambahkan, tidak ada efek samping dari suntikan vaksin COVID-19 hingga menimbulkan penyakit seperti cacar monyet.
"Sepengetahuan saya tidak ada efek samping dari vaksin covid seperti yang diklaim tersebut," ujarnya.
Bantahan yang sama juga disampaikan Satyajit Rath, seorang dosen di Institut Pendidikan dan Penelitian Sains India. Ia mengatakan, teori konspirasi yang menghubungkan cacat monyet dengan vaksin COVID-19 adalah tidak berdasar.
"Bahkan untuk teori konspirasi itu konyol. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa karena kita semua sering terinfeksi adenovirus manusia, kita berisiko terkena cacar," ucap Satyajit Rath.
Dalam tulisan berjudul "Multi-country monkeypox outbreak in non-endemic countries" yang dimuat situs resmi WHO, pada 22 Mei 2022 menyebutkan, Monkeypox adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang sangat mirip dengan yang terlihat di masa lalu pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili Poxviridae.
Ada dua clades virus monkeypox: clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Nama monkeypox berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada tahun 1958. Kasus manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.
Penelusuran dilanjutkan menggunakan Google Search dengan kata kunci 'astrazeneca chimpanzee adenovirus'. Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Fact Check-Chimpanzee adenovirus vector in the AstraZeneca COVID-19 vaccine does not cause monkeypox" yang dimuat situs reuters.com, pada 24 Mei 2022.
Dalam situs reuters.com profesor virologi di University of Reading Ian Jones mengatakan, meskipun benar bahwa vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse dalam formulanya. Ini sepenuhnya berbeda dari Monkeypox dan tidak ada kemungkinan apa pun bahwa keduanya terkait.
"Virus yang digunakan dalam vaksin AZ adalah adenovirus yang telah bermutasi untuk mencegahnya (dari) tumbuh di sel manusia," kata Jones.
Karena ada sedikit jika ada kekebalan terhadapnya di antara manusia, itu dapat digunakan sebagai vaksin, atau vektor vaksin, katanya. "Yang dilakukan vektor hanyalah membawa komponen vaksin ke dalam sel manusia, itu tidak menimbulkan infeksi apa pun."
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim cacar monyet muncul setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca dipasarkan tidak benar.
Kasus cacar monyet manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970, sedangkan Covid-19 baru muncul pada akhir 2019. Kandungan adenovirus dalam vaksin COVID-19 tidak menimbulkan infeksi penyakit apa pun.