(GFD-2024-14920) [HOAKS] Pengungsi Rohingya Sengaja Dikirim ke Indonesia untuk Alihkan Isu Palestina

Sumber: kompas.com
Tanggal publish: 03/01/2024

Berita

KOMPAS.com - Sebuah narasi mengeklaim, pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan perhatiannya dari konflik Israel-Palestina yang masih berlangsung.
Berdasarkan penelsuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.
Narasi yang mengeklaim pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia dibagikan oleh akun Instagram ini (arsip) pada 28 Desember 2023.
Berikut narasi yang dibagikan:
Sedikit demi sedikit mulai terbongkar
Amerika - PBB - Unhcr - Rohingya
Rohingya sengaja di kirim ke indonesia sebagai bentuk balasan untuk netizan indonesia
Mereka ingin kita realihkan fokus dari isu palestina ke Rohingya
Indonesia sengaja dipropaganda oleh amerika dan PBB
Jadi buat netizen indonesia mari kita lebih kuatkan lagi tekat kita untuk menghancurkan siapapun yang ingin merusak kedaulatan NKRI

Hasil Cek Fakta

Narasi bahwa pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan dari isu Palestina tidak sesuai fakta.
Dikutip dari Deutsche Welle (DW), tidak kurang dari 1.000 warga Rohingya tiba di Indonesia dari kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, pada Desember 2023.
Kesulitan hidup di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh memaksa warga Rohingya melarikan diri dan berlayar ke negara-negara Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
Peneliti Rohingya yang berbasis di Cox's Bazar, Rezaur Rahman, mengatakan, ketiadaan mata pencaharian yang layak adalah penyebab utama para penyintas genosida ini melarikan diri dari kamp pengungsi ke negara-negara Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
Laporan dari kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch yang diterbitkan pada 2023 mengatakan bahwa geng-geng kriminal dan afiliasi dari kelompok-kelompok bersenjata menimbulkan ketakutan di kamp-kamp pengungsi Cox's Bazar.
Menurut kepolisian Bangladesh, sedikitnya 60 orang Rohingya telah terbunuh di kamp Cox's Bazar tahun ini.
Seorang pengungsi Rohingya berusia 19 tahun yang baru-baru ini tiba di Aceh bersama keluarganya mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa para penjahat di Cox's Bazar itu mengancam dia dan keluarganya setiap hari.
Bahkan, dia membayar lebih dari 1.800 dollar AS (sekitar Rp 27,8 juta) untuk melakukan perjalanan menggunakan kapal usang menuju Indonesia.
Nay San Lwin, salah satu pendiri jaringan aktivis Free Rohingya Coalition, mengatakan bahwa banyak pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari aksi kekerasan di kamp-kamp tersebut.
"Geng-geng kriminal menguasai kamp pengungsi di malam hari sehingga tidak ada seorang pun di sana yang merasa aman. Hal ini menjadi tantangan yang signifikan bagi semua pengungsi," kata Lwin.
Faktor lain yang menyebabkan pengungsi Rohingya meninggalkan Cox's Bazar adalah pemotongan jatah makanan pengungsi pada awal 2023 oleh Program Pangan Dunia (WFP).
"Di kamp pengungsi, banyak orang bergantung pada jatah makanan dari WFP, di mana kini mereka tidak mungkin mendapatkan makanan yang cukup, dengan 8 dollar (sekitar Rp 124.000) untuk satu orang sebagai jatah satu bulan penuh," tutur Lwin
Menurut Lwin, pembatasan pergerakan di kamp pengungsi juga tidak memungkinan mereka untuk bekerja di luar agar bisa bertahan hidup.
"Tidak ada peluang mata pencaharian alternatif yang tersedia dan tidak ada harapan untuk repatriasi dalam waktu dekat, di mana hal itu membuat para pengungsi putus asa untuk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain," ujar dia.
Isu pengungsi Rohingya dan apa yang terjadi di Palestina merupakan tragedi kemanusiaan. Kedua isu itu perlu untuk terus mendapatkan perhatian masyarakat.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi bahwa pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan dari isu Palestina tidak sesuai fakta.
Ketiadaan mata pencaharian yang layak adalah penyebab utama para penyintas genosida ini melarikan diri dari kamp pengungsi ke negara-negara Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
Selain itu, geng-geng kriminal dan afiliasi dari kelompok-kelompok bersenjata juga menimbulkan ketakutan bagi para pengungsi yang tinggal di Cox's Bazar.
Faktor lain yang menyebabkan pengungsi Rohingya meninggalkan Cox's Bazar adalah pemotongan jatah makanan pengungsi pada awal 2023 oleh Program Pangan Dunia (WFP).

Rujukan