KOMPAS.com - Tersiar narasi yang menyebutkan bahwa anak yang tidak divaksin bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik.
Akan tetapi, fakta yang ada memperlihatkan sebaliknya. Klaim bahwa anak tidak divaksin bebas dari infeksi telinga adalah hoaks.
Klaim tersebut ditemukan dalam berbagai unggahan media sosial, misalnya oleh akun Instagram ini pada Senin (29/1/2024).
Berikut narasi yang ditulis pengunggah dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Tak satu pun dari anak-anak saya yang bebas vaksin pernah mengalami infeksi telinga atau pernah menjalani pengobatan antibiotik. Apakah Anda mengetahui hubungannya?
Unggahan yang sama terdapat di akun Facebook ini, ini, dan ini.
(GFD-2024-15748) [HOAKS] Anak yang Tidak Divaksin Bebas dari Infeksi Telinga
Sumber: kompas.comTanggal publish: 02/02/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Narasi yang beredar menyiratkan bahwa anak-anak akan lebih sehat jika mereka tidak divaksin. Padahal, faktanya malah sebaliknya.
Asisten profesor pediatrik dan penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center, Sophie Katz mengungkapkan bahwa vaksin justru menurunkan tingkat infeksi.
"Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin anak-anak menurunkan tingkat infeksi telinga," kata Katz, dilansir Leadstories.
Ada dua vaksin yang mampu melawan dua bakteri paling umum penyebab infeksi telinga, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
Ada pula Cochrane Review yang menunjukkan bahwa vaksin influenza mengurangi infeksi telinga pada bayi dan anak-anak.
"Anak-anak yang menerima vaksin ini mempunyai lebih sedikit infeksi telinga dibandingkan anak-anak yang tidak menerima vaksinasi. Anak-anak tidak terkena infeksi telinga karena sudah divaksin," ujar Katz.
Pendapat berikutnya disampaikan oleh pakar penyakit menular di American Academy of Pediatrics Council on Infectious Disease, David Kimberlin.
"Data menunjukkan dengan pasti bahwa vaksin anak-anak seperti vaksin pneumokokus, vaksin Hib, vaksin influenza, dan lain-lain dapat mencegah infeksi telinga," kata Kimberlin.
Narasi yang beredar mengeklaim bahwa anak yang divaksin bebas infeksi telinga.
Padahal, vaksin dan infeksi telinga tidak terhubung sebagai kejadian sebab-akibat.
"Data dari anak yang tidak divaksin (atau serangkaian anak yang tidak divaksin) yang belum pernah mengalami infeksi telinga tidak berarti bahwa vaksin menyebabkan infeksi telinga. Namun, penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi berhubungan dengan penurunan terjadinya infeksi telinga," kata juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, dikutip dari Leadstories.
Ada dua penelitian yang membuktikan bahwa vaksin tidak menyebabkan infeksi telinga. Penelitian pada 2010 dan 2017.
Ada bermacam vaksin yang direkomendasikan untuk anak sejak lahir sampai usia 18 tahun.
Pemberian vaksin dimaksudkan agar anak-anak terhindar dari penyakit menular, sehingga uji klinis dilakukan untuk meminimalisasi risiko atau efek samping.
Asisten profesor pediatrik dan penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center, Sophie Katz mengungkapkan bahwa vaksin justru menurunkan tingkat infeksi.
"Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin anak-anak menurunkan tingkat infeksi telinga," kata Katz, dilansir Leadstories.
Ada dua vaksin yang mampu melawan dua bakteri paling umum penyebab infeksi telinga, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
Ada pula Cochrane Review yang menunjukkan bahwa vaksin influenza mengurangi infeksi telinga pada bayi dan anak-anak.
"Anak-anak yang menerima vaksin ini mempunyai lebih sedikit infeksi telinga dibandingkan anak-anak yang tidak menerima vaksinasi. Anak-anak tidak terkena infeksi telinga karena sudah divaksin," ujar Katz.
Pendapat berikutnya disampaikan oleh pakar penyakit menular di American Academy of Pediatrics Council on Infectious Disease, David Kimberlin.
"Data menunjukkan dengan pasti bahwa vaksin anak-anak seperti vaksin pneumokokus, vaksin Hib, vaksin influenza, dan lain-lain dapat mencegah infeksi telinga," kata Kimberlin.
Narasi yang beredar mengeklaim bahwa anak yang divaksin bebas infeksi telinga.
Padahal, vaksin dan infeksi telinga tidak terhubung sebagai kejadian sebab-akibat.
"Data dari anak yang tidak divaksin (atau serangkaian anak yang tidak divaksin) yang belum pernah mengalami infeksi telinga tidak berarti bahwa vaksin menyebabkan infeksi telinga. Namun, penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi berhubungan dengan penurunan terjadinya infeksi telinga," kata juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, dikutip dari Leadstories.
Ada dua penelitian yang membuktikan bahwa vaksin tidak menyebabkan infeksi telinga. Penelitian pada 2010 dan 2017.
Ada bermacam vaksin yang direkomendasikan untuk anak sejak lahir sampai usia 18 tahun.
Pemberian vaksin dimaksudkan agar anak-anak terhindar dari penyakit menular, sehingga uji klinis dilakukan untuk meminimalisasi risiko atau efek samping.
Kesimpulan
Klaim yang menyatakan bahwa anak yang tidak divaksin akan bebas dari infeksi telinga adalah pernyataan keliru yang berpotensi menyesatkan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa vaksin justru dapat menurunkan tingkat infeksi telinga.
Bahkan, ada vaksin untuk melawan dua bakteri paling umum penyebab infeksi telinga, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae, misalnya vaksin influenza.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa vaksin justru dapat menurunkan tingkat infeksi telinga.
Bahkan, ada vaksin untuk melawan dua bakteri paling umum penyebab infeksi telinga, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae, misalnya vaksin influenza.
Rujukan
- https://www.instagram.com/p/C2qeenSprmC/
- https://www.facebook.com/photo?fbid=402023162195189&set=a.101927008871474
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=877190394414576&set=a.144353474364942
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=414067234382263&set=a.157632406692415
- https://leadstories.com/hoax-alert/2024/01/fact-check-vaccines-do-not-increase-risk-of-ear-infections-in-children.html
- https://www.cochrane.org/news/featured-review-influenza-vaccines-preventing-acute-otitis-media-infants-and-children#:~:text=The%20overall%20quality%20of%20the,between%200%25%20and%2030%25).
- https://link.springer.com/article/10.1007/s11882-010-0139-6
- https://journals.lww.com/pidj/abstract/2017/11000/trends_in_otitis_media_incidence_after_conjugate.2.aspx
- https://t.me/kompascomupdate