(GFD-2024-22163) Hoaks Minum Rebusan Daun Sereh Bisa Sembuhkan Autoimun

Sumber:
Tanggal publish: 27/08/2024

Berita

tirto.id - Internet dan media sosial menjadi tempat beredarnya beragam informasi kesehatan, termasuk terkait pengobatan alternatif.

Beberapa waktu lalu, di Facebook, muncul narasi yang menyebut manfaat daun serai untuk menyembuhkan penyakit autoimun.

"'Cuma minum serai emang bisa hempas penyakit autoimun dok?' Dengarkan penjelasanya Dr. Zaidul Akbar," begitu bunyi pesan dari akun "200 Resep Sehat JSR-ORI" pada 7 Agustus 2024 lalu (arsip).

Bersama unggahan tersebut, terdapat sebuah video pendek yang mengutip penjelasan dr. Zaidul. Video tersebut berisikan ilustrasi gambar dan tidak menunjukkan wajah dr. Zaidul saat menyampaikan informasi.

"Kemarin saya bertemu, waktu saya ke Batam kemarin, ketemu dengan seorang ibu-ibu yang dia sudah hampir 10 tahun kena autoimun ... dan akhirnya sekarang, keluhannya atau badannya jauh lebih baik, karena minum ini, minum serai," begitu potongan suara dr. Zaidul dari video tersebut.

Di bagian akhir video, ada pula kata-kata dr. Zaidul yang seolah menegaskan perbaikan kondisi ibu yang diceritakan hanya dengan minum serai.

Di bagian akhir unggahan, sebelum video, juga terdapat tautan soal penjualan buku yang serupa dengan nama akun tersebut, mengindikasikan adanya unsur promosi produk dari unggahan ini.

Sampai dengan Selasa (27/8/2024), video tersebut telah diputar lebih dari 12 juta kali. Unggahan tersebut juga mengumpulkan sekitar 70 ribu tanda suka dan 2 ribu komentar.

Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar minum serai saja bisa membuat kondisi autoimun membaik?

Hasil Cek Fakta

Sebelum pembahasan lebih jauh, penting untuk memahami apa itu penyakit autoimun. Mengutip penjelasan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.

Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing seperti bakteri atau virus. Ketika ada organisme asing menyerang, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein, yakni antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.

Namun, pada penderita autoimun sistem kekebalan tubuh melihat sel tubuh yang sehat sebagai organisme asing, sehingga antibodi yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh, justru menyerang sel-sel sehat tersebut. Terdapat lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun.

Kembali ke soal klaim dalam video yang tersebar di Facebook, Tim Tirto merasa curiga dengan beberapa bagian ucapan dr. Zaidul yang terasa tidak tuntas atau dipotong.

Tirto mencoba melakukan transkrip isi informasi yang disampaikan dalam video. Beberapa kata kunci seperti ibu-ibu batam, autoimun, minum serai, menjadi kata kunci yang unik.

Kami kemudian mencoba melakukan pencarian ke portal berisikan video, YouTube dengan kata-kata kunci unik tersebut. Salah satu hasil pencarian mengarahkan ke video berikut dari akun “Android Dakwah”. Dalam akun tersebut terlihat dr. Zaidul berdiskusi dengan audiennya menceritakan kisah yang serupa, soal ibu di Batam yang menderita autoimun. Dalam video ini terlihat dengan jelas sosok dr. Zaidul yang berbicara, bukan menggunakan ilustrasi gambar, seperti video di YouTube.

Menariknya ada bagian yang berbeda dari informasi yang disampaikan dr. Zaidul dalam video yang diunggah di YouTube pada 21 Maret 2020. Zaidul menyampaikan, selain meminum serai, ada sejumlah makanan yang perlu dihindari atau dikurangi untuk dikonsumsi.

“Tapi ada kata kuncinya, kalau Anda mau sehat, kurangi/hindari/stop/hentikan yang bisa membuat masalah ke badan. Pertama, tadi saya sudah bilang, nasi putih. Kedua, tepung. Ketiga, gula. Keempat, minyak-minyakan. Coba seminggu tentang diri anda, seminggu gak pakai (bahan tersebut),” katanya.

Dalam video lain mengenai upaya mengurangi dampak autoimun, dr. Zaidul juga menyebut mengenai pengelolaan makanan. Dia menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung tepung dan produk dari susu sapi.

Kami juga kemudian mencoba menghubungi Dokter Nurul Fajriah Afiatunnisa, dari Praktek Mandiri Dokter Nurul, di Rangkasbitung, Banten.

Senada dengan Kemenkes, dr. Nurul menjelaskan bahwa masalah autoimun mengacu kepada kondisi dimana sistem imun atau kekebalan tubuh yang dimiliki individu menyerang tubuhnya sendiri.

“Penyebab penyakit autoimun belum diketahui pasti namun diduga faktor genetik dan lingkungan. Tanda klasik penyakit autoimun ini yaitu adalah inflammasi atau peradangan,” terang dr. Nurul kepada Tirto, Selasa (27/8/2024).

Dia menambahkan, setelah penegakkan diagnosis, akan dilakukan penilaian aktivitas penyakit dan organ yang "terlibat", untuk menentukan rencana terapi yang tepat.

Kemudian, dr. Nurul menjelaskan, daun serai (atau daun sereh) untuk pengobatan utama penyakit autoimun adalah mitos. Pengobatan untuk autoimun mesti sesuai dengan berat ringannya penyakit dan dengan golongan obat tertentu, setidaknya hingga saat ini.

Pada beberapa kondisi, autoimun bisa terkontrol dan tidak menunjukkan gejala. Namun, pada kondisi tertentu, gejala bisa muncul dan penderita bisa membutuhkan perawatan khusus. Penelitian uji klinis terkait hal tersebut juga belum banyak dilakukan sehingga sebaiknya selalu waspada akan info yang beredar.

Dokter Nurul menambahkan, penyakit autoimun memiliki banyak jenis, ada yang menyerang sendi, ginjal, jantung dan organ lainnya.

“Oleh karena itu, serai bukanlah obat untuk autoimun. Penggunaan serai pun perlu tepat cara dan takarannya untuk menghindari efek samping penggunaannya yang berlebihan,” tambahnya.

Dia menambahkan, beberapa kandungan nutrisi serai baik untuk kesehatan tubuh. Akan tetapi, klaim bahwa serai bekerja spesifik untuk penyakit autoimun tidaklah tepat.

Lebih jauh, kami juga menemukan sebuah artikel yang mengaitkan antara serai dengan masalah rheumatoid arthritis. Ini adalah penyakit autoimun kronis (jangka panjang) yang sebagian besar menyerang sendi.

Dalam artikel yang dimuat di jurnal Journal of Pharmaceutical Sciences and Research pada Februari 2017 ini, disebutkan penggunaan minyak serai pada orang yang menderita rheumatoid arthritis berdampak ringan. Adapun penelitian ini melibatkan 30 orang.

Sisanya, belum banyak jurnal ataupun publikasi ilmiah yang membahas keterkaitan antara rebusan serai dengan penyakit seperti autoimun.

Sementara mengutip artikel Alodokter, yang telah melalui peninjauan dr. Sienny Agustin, ada beragam manfaat serai. Mulai dari mencegah gigi berlubang, meredakan diare, mengatasi tukak lambung, meredakan sakit kepala, mengatasi infeksi jamur, menurunkan tekanan darah dan kolesterol, mengatasi penyumbatan jantung, mengatasi kecemasan dan rheumatoid arthritis, serta menurunkan risiko kanker.

Artikel tersebut menyebut mengolah serai sebagai teh herbal boleh dilakukan, tapi tak boleh lebih dari 1 cangkir setiap harinya. Sebab, ada efek samping seperti pusing, mulut kering, kelelahan, hingga peningkatan nafsu makan yang bisa terjadi.

Sementara soal penyakit autoimun, berdasar artikel Halodoc yang telah melalui peninjauan dari dr. Fadhli Rizal Makarim, disebut sebagian besar penyakit ini belum bisa disembuhkan. Tetapi gejala yang timbul bisa dicegah sebelum menjadi parah. Pengobatan untuk menangani kondisi ini tergantung pada jenis penyakit yang seseorang idap, gejala yang muncul, dan tingkat keparahannya.

Beberapa contoh obat yang bisa diberikan untuk mengobati penyakit autoimun, di antaranya obat penghilang rasa sakit, injeksi insulin, obat tidur, pertukaran plasma, obat depresi, pil ruam, kortikosteroid, dan sebagainya.

Kesimpulan

Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan informasi kalau penyakit autoimun bisa disembuhkan hanya dengan konsumsi rebusan serai bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

Kebanyakan penyakit autoimun belum bisa disembuhkan. Pun sejauh ini, masih sangat minim studi yang mengaitkan serai dengan penyakit autoimun. Menurut penjelasan ahli kesehatan, penggunaan serai untuk obat autoimun juga kurang tepat.

Sementara terkait video dr. Zaidul yang beredar di media sosial, ada indikasi pemotongan audio, sehingga pesan yang disampaikan tidak lengkap.

Pengobatan untuk menangani kondisi ini tergantung pada jenis penyakit yang seseorang idap, gejala yang muncul, dan tingkat keparahannya.

Rujukan