TIMESINDONESIA, MALANG – Debat dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malang Tahun 2024 (Debat Pilbup Malang 2024) berlangsung di Gedung DPRD Kabupaten Malang, Jumat (8/11/2024) malam. Cabup Malang nomor urut 01 HM Sanusi menyebutkan potensi lahan pertanian 1.250 ha.
Inilah pernyataan lengkap yang disampaikan Cabup HM Sanusi dalam Debat Pilkada Kabupaten Malang 2024:
Di bidang ekonomi, kami akan mengedepankan dengan potensi Kabupaten Malang 3.580 km ini yang nanti potensi ekonomi sekitar 1.250 hektar. 43 ribu lahan pertanian, 40 ribu untuk pertebuan, dan 75 ribu untuk holtikultura yang ini kita tingkatkan
Saya berharap nanti di Kabupaten Malang petani-petani kita, kita invasi yang hari ini kita invasi tanaman kentang di Ngadas itu bisa 1 hektar bisa 1 miliar. Dengan demikian nanti kabupaten Malang akan jadi miliarder
(GFD-2024-23875) CEK FAKTA: HM Sanusi Sebut Potensi Lahan Pertanian 1250 Ha, Benarkah? - TIMES Indonesia
Sumber:Tanggal publish: 08/11/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Hasil penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia bahwa pernyataan yang disampaikan Cabup HM Sanusi tentang, Klaim potensi lahan pertanian 1.250 ha.
Hasil penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia, ditemukan Kabupaten Malang memang memiliki potensi ekonomi yang besar, terutama di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri. Namun, klaim bahwa Kabupaten Malang akan menjadi "miliarder" melalui invasi tanaman kentang di Ngadas memerlukan data yang lebih spesifik dan valid untuk mendukung klaim tersebut. Klaim tersebut perlu didukung dengan laporan keuangan dan data ekonomi yang lebih mendetail.
Menurut data dari dari Dokumen Profil Pemkab Malang 2023 diketahui gambaran menyeluruh tentang potensi ekonomi Kabupaten Malang, termasuk sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri. Dokumen ini disusun oleh Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Malang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang. Kabupaten Malang memiliki potensi besar di sektor pertanian dan perkebunan, dengan sekitar 43 ribu lahan pertanian, 40 ribu lahan perkebunan, dan 75 ribu lahan holtikultura.
Sumber: Profil Pemkab Malang 2023.pdf
Lebih lanjut, Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang 2021, menurut Laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang yang mencatat pertumbuhan ekonomi tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Laporan ini mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi terbesar terjadi pada lapangan usaha perdagangan besar-eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang tahun 2021 meningkat sebesar 3,12 persen dibandingkan tahun 2020
Sumber: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang 2021 | BPS Kabupaten Malang
Kemudian, menurut data dari Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Timur, potensi ekonomi Kabupaten Malang, termasuk sektor agrobisnis, perindustrian, pariwisata, dan pertambangan. Karena, Kabupaten Malang sendiri memiliki luas wilayah sekitar 3.534,86 km².
Sumber: Kabupaten Malang | BPK Provinsi Jawa Timur
Hasil penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia, ditemukan Kabupaten Malang memang memiliki potensi ekonomi yang besar, terutama di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri. Namun, klaim bahwa Kabupaten Malang akan menjadi "miliarder" melalui invasi tanaman kentang di Ngadas memerlukan data yang lebih spesifik dan valid untuk mendukung klaim tersebut. Klaim tersebut perlu didukung dengan laporan keuangan dan data ekonomi yang lebih mendetail.
Menurut data dari dari Dokumen Profil Pemkab Malang 2023 diketahui gambaran menyeluruh tentang potensi ekonomi Kabupaten Malang, termasuk sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri. Dokumen ini disusun oleh Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Malang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang. Kabupaten Malang memiliki potensi besar di sektor pertanian dan perkebunan, dengan sekitar 43 ribu lahan pertanian, 40 ribu lahan perkebunan, dan 75 ribu lahan holtikultura.
Sumber: Profil Pemkab Malang 2023.pdf
Lebih lanjut, Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang 2021, menurut Laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang yang mencatat pertumbuhan ekonomi tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Laporan ini mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi terbesar terjadi pada lapangan usaha perdagangan besar-eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang tahun 2021 meningkat sebesar 3,12 persen dibandingkan tahun 2020
Sumber: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang 2021 | BPS Kabupaten Malang
Kemudian, menurut data dari Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Timur, potensi ekonomi Kabupaten Malang, termasuk sektor agrobisnis, perindustrian, pariwisata, dan pertambangan. Karena, Kabupaten Malang sendiri memiliki luas wilayah sekitar 3.534,86 km².
Sumber: Kabupaten Malang | BPK Provinsi Jawa Timur
Kesimpulan
Pernyataan Cabup HM Sanusi dalam debat Pilkada Kabupaten Malang 2024 yang menyebut potensi lahan pertanian 1.250 ha melalui invasi tanaman kentang di Ngadas memerlukan penelusuran lebih lanjut. Berdasarkan sumber resmi, Kabupaten Malang memiliki potensi ekonomi yang besar, namun klaim tersebut perlu didukung dengan data yang lebih spesifik dan valid.
Cek Fakta TIMES Indonesia mengimbau masyarakat untuk lebih selektif menerima informasi atau menyebarkan informasi yang benar.
Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim Korda Malang Raya, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Malang, bersama 6 media online: TIMES Indonesia, Malang Posco Media, Surya Malang, Tugu Malang, Berita Jatim, dan Nusa Daily, serta panel ahli dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang dan FISIP Universitas Brawijaya.
Cek Fakta TIMES Indonesia mengimbau masyarakat untuk lebih selektif menerima informasi atau menyebarkan informasi yang benar.
Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim Korda Malang Raya, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Malang, bersama 6 media online: TIMES Indonesia, Malang Posco Media, Surya Malang, Tugu Malang, Berita Jatim, dan Nusa Daily, serta panel ahli dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang dan FISIP Universitas Brawijaya.