Pada 24 Januari 2021, pengguna Facebook atas nama James Bowie membagikan klaim yang menyebut di dalam vaksin terdapat robot nano dan chip RFID. Dia juga mengklaim kalau vaksin bisa mempunyai efek samping yang sangat parah.
Begini klaim James Bowie soal vaksin terdapat robot nano dan chip RFID:
Efek samping vaksin ada yg jangka pendek. dan ada juga yg jangka panjang terjadi nya Yg jangka pendek: LUMPUH DAN MENINGGAL
Yang jangka panjang : WABAH PENYAKIT JENIS BARU
(Tunggu saat robot nano di dalam vaksin di gabungin dengan CHIP RFID buat alat segala transaksi yg di tanam dalam tubuh dan Jaringan hape 5G udah mulai digunakan dengan menyeluruh)"
vaksin gps
gps vaksin
(GFD-2021-6194) [SALAH] Vaksin Berisi Robot Nano dan Chip RFID
Sumber: FacebookTanggal publish: 26/01/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Untuk membuktikan klaim itu, Cek Fakta Liputan6.com menghubungi Juru bicara vaksinasi covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi. Dia langsung membantah klaim netizen itu.
"Ini hoaks seperti sebelumnya, yang menyebut vaksin dipasang GPS atau chip untuk melacak keberadaan orang," katanya melalui WhatsApp, Selasa (26/1/2021).
Lebih lanjut, dr. Siti menjelaskan, tidak ada efek berbahaya yang ditimbulkan oleh vaksin. Dia juga memastikan vaksin sangat aman untuk melawan wabah covid-19.
"Saya tidak paham dengan yang dimaksud netizen itu. Namun, sudah dipastikan kalau vaksin memberikan proteksi dan tidak ada efek samping seperti klaim netizen," ujarnya menegaskan.
Sebelumnya, Juru Bicara PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto juga memastikan kalau vaksin covid-19 produksi mereka, Sinovac, tidak memiliki chip.
"Itu hoaks. Di kita, kalau partikel saja tidak boleh ada (di vaksinnya), apalagi chip," ucap Bambang saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, ke depan, Bio Farma bakal memasang barcode dalam kemasan vaksin Sinovac. Barcode ini berfungsi sebagai identitas vaksin.
"Vaksin ini kan berjuta-juta, kita perlu barcode untuk mengetahui sudah sejauh mana proses distribusinya. Seperti nomor urut, identitas vaksin yang ke berapa, hanya sebatas itu. Barcode ini untuk melacak vaksin Sinovac, bukan posisi manusia ya," katanya.
Dia juga memastikan kalau vaksin sinovac sangat aman digunakan untuk melawan virus corona covid-19.
"Vaksin Sinovac sudah mendapatkan persetujuan izin penggunaan darurat oleh BPOM dengan telah dikeluarkannya EUA (Emergency Use Authorization)."
"Hal ini membuktikan vaksin tersebut telah memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku, baik nasional maupun internasional (WHO) sehingga vaksin telah aman, berkualitas, dan berkhasiat untuk dapat digunakan. Vaksin Sinovac telah memenuhi syarat kehalalannya oleh MUI," kata Bambang kepada Cek Fakta Liputan6.com.
Izin penggunaan vaksin covid-19 dalam keadaan darurat di Indonesia juga bisa dilihat di situs BPOM dalam rilis berjudul: "Penerbitan Persetujuan Penggunaan Dalam Kondisi Darurat Atau Emergency Use Authorization (EUA) Pertama Untuk Vaksin COVID-19".
Kemudian, Cek Fakta Liputan6.com mengutip penjelasan dari situs Business Insider mengenai mitos microchip RFID yang berada di dalam vaksin. Penjelasan itu berada di artikel berjudul: "Coronavirus vaccines don't contain microchips. Here's what's actually in the shots".
Ide tersebut muncul dalam wawancara sebuah wawancara antara Jay Walker, Ketua Eksekutif pembuat jarum suntik Apiject di stasiun TV CBN. Dalam wawancara asli disebutkan bahwa perusahaan memiliki ide menempel chip RFID. Namun penempelan itu dilakukan di bagian luar kemasan jarum suntik, bukan dimasukkan ke dalam vaksin.
Maksud dari ide penggunaan chip RFID adalah dirancang untuk membedakan vaksin asli dari yang palsu, atau dosis kedaluwarsa dan untuk mengetahui kapan suntikan dapat digunakan. Steve Hofman yang merupakan Juru Bicara Apiject mengatakan sebagaimana dikutip dari Reuters, sejauh ini belum ada produsen vaksin yang meminta label menggunakan chip RFID demikian.
"Ini hoaks seperti sebelumnya, yang menyebut vaksin dipasang GPS atau chip untuk melacak keberadaan orang," katanya melalui WhatsApp, Selasa (26/1/2021).
Lebih lanjut, dr. Siti menjelaskan, tidak ada efek berbahaya yang ditimbulkan oleh vaksin. Dia juga memastikan vaksin sangat aman untuk melawan wabah covid-19.
"Saya tidak paham dengan yang dimaksud netizen itu. Namun, sudah dipastikan kalau vaksin memberikan proteksi dan tidak ada efek samping seperti klaim netizen," ujarnya menegaskan.
Sebelumnya, Juru Bicara PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto juga memastikan kalau vaksin covid-19 produksi mereka, Sinovac, tidak memiliki chip.
"Itu hoaks. Di kita, kalau partikel saja tidak boleh ada (di vaksinnya), apalagi chip," ucap Bambang saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, ke depan, Bio Farma bakal memasang barcode dalam kemasan vaksin Sinovac. Barcode ini berfungsi sebagai identitas vaksin.
"Vaksin ini kan berjuta-juta, kita perlu barcode untuk mengetahui sudah sejauh mana proses distribusinya. Seperti nomor urut, identitas vaksin yang ke berapa, hanya sebatas itu. Barcode ini untuk melacak vaksin Sinovac, bukan posisi manusia ya," katanya.
Dia juga memastikan kalau vaksin sinovac sangat aman digunakan untuk melawan virus corona covid-19.
"Vaksin Sinovac sudah mendapatkan persetujuan izin penggunaan darurat oleh BPOM dengan telah dikeluarkannya EUA (Emergency Use Authorization)."
"Hal ini membuktikan vaksin tersebut telah memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku, baik nasional maupun internasional (WHO) sehingga vaksin telah aman, berkualitas, dan berkhasiat untuk dapat digunakan. Vaksin Sinovac telah memenuhi syarat kehalalannya oleh MUI," kata Bambang kepada Cek Fakta Liputan6.com.
Izin penggunaan vaksin covid-19 dalam keadaan darurat di Indonesia juga bisa dilihat di situs BPOM dalam rilis berjudul: "Penerbitan Persetujuan Penggunaan Dalam Kondisi Darurat Atau Emergency Use Authorization (EUA) Pertama Untuk Vaksin COVID-19".
Kemudian, Cek Fakta Liputan6.com mengutip penjelasan dari situs Business Insider mengenai mitos microchip RFID yang berada di dalam vaksin. Penjelasan itu berada di artikel berjudul: "Coronavirus vaccines don't contain microchips. Here's what's actually in the shots".
Ide tersebut muncul dalam wawancara sebuah wawancara antara Jay Walker, Ketua Eksekutif pembuat jarum suntik Apiject di stasiun TV CBN. Dalam wawancara asli disebutkan bahwa perusahaan memiliki ide menempel chip RFID. Namun penempelan itu dilakukan di bagian luar kemasan jarum suntik, bukan dimasukkan ke dalam vaksin.
Maksud dari ide penggunaan chip RFID adalah dirancang untuk membedakan vaksin asli dari yang palsu, atau dosis kedaluwarsa dan untuk mengetahui kapan suntikan dapat digunakan. Steve Hofman yang merupakan Juru Bicara Apiject mengatakan sebagaimana dikutip dari Reuters, sejauh ini belum ada produsen vaksin yang meminta label menggunakan chip RFID demikian.
Kesimpulan
Klaim vaksin covid-19 terdapat robot nano dan chip RFID serta bisa menyebabkan wabah baru hingga meninggal dunia merupakan informasi yang hoaks.
Vaksin sangat aman digunakan untuk melawan covid-19. Vaksin juga tidak terdapat robot nano hingga chip RFID yang menyebabkan orang bisa lumpuh hingga meninggal dunia.
Vaksin sangat aman digunakan untuk melawan covid-19. Vaksin juga tidak terdapat robot nano hingga chip RFID yang menyebabkan orang bisa lumpuh hingga meninggal dunia.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4466931/cek-fakta-hoaks-vaksin-berisi-robot-nano-dan-chip-rfid-simak-penjelasannya
- https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/584/Penerbitan-Persetujuan-Penggunaan-Dalam-Kondisi-Darurat-Atau-Emergency-Use-Authorization--EUA--Pertama-Untuk-Vaksin-COVID-19.html
- https://www.businessinsider.com/coronavirus-vaccine-pfizer-moderna-doesnt-contain-a-microchip-2020-12?r=US&IR=T