Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai berisi informasi vaksin yang diklaim bisa merusak sel darah dan sel otak manusia. Pesan berantai tersebut ramai dibagikan sejak pekan lalu.
Salah satu yang mengunggahnya adalah akun bernama Lyana Bajana. Dia mengunggahnya di Facebook pada 1 April 2021.
Berikut isi postingannya:
"BUKTI peksin MERUSAK SEL DARAH DAN SEL OTAK MANUSIA YG MENDAPAT peksin
Ini adalah hasil penelitian di laboratorium perbedaan antara sel darah orang yg belum di peksin dan sel darah orang lain yg sudah di peksin
Dan hasil nya mengejutkan.. sel darah orang yg sudah di peksin mengalami kerusakan dan perubahan.
sel sel darah orang yg sudah di peksin di kuasai oleh sesuatu yg aneh yg terkandung di dalam peksin
(Sample di ambil dari 3 orang berbeda.. 1 yg belum di fakfak, 2 lain nya yg udah di fakfak)
Dua paper penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal of Inorganic Biochemistry menyimpulkan bahwa alumunium adjuvant dalam peksin bersifat merusak sel sel di dalam otak yaitu pada sel neural dan sel endothelial microvessel.
Paper pertama melakukan pengujian toksisitas adjuvant alumunium terhadap genetik sel neural. Senyawa alumunium dalam adjuvant vaksin menyebabkan perubahan ekspresi genetik pada sel sel neural otak manusia sehingga menyebabkan kerusakan sel.
Paper kedua menguji dampak pemberian senyawa alumunium adjuvant pada peningkatan kadar CRP (C-Reactive Protein) pada sel endothelial di otak. Senyawa alumunium adjuvant dalam peksin menyebabkan kenaikan kadar CRP pada endothelial sel otak. CRP adalah biomarker / indikator inflamasi pada sel endothelial otak.
Tidak heran kenapa para peneliti independen di luar negeri banyak yang mengkaitkan pemberian peksin yang mengandung adjuvant alumunium dengan penyakit alzheimer yang menyerang otak. Khususnya di negara amerika yang memiliki jumlah penderita alzheimer sangat banyak. Hal ini disebabkan program peksin yang diterapkan pemerintah amerika jauh lebih banyak dibanding negara negara lain didunia, sehingga dampak negatif peksin di negara amerika juga terbanyak di dunia.
Sumber Journal :
1. https://sci-hub.se/10.1016/j.jinorgbio.2005.04.021
2. https://sci-hub.se/10.1016/j.jinorgbio.2015.07.013"
Selain itu postingan juga disertai gambar yang diklaim sebagai sel darah dan sel otak yang sudah divaksin.
(GFD-2021-6645) [SALAH] Vaksin Bisa Merusak Sel Darah dan Sel Otak
Sumber: FacebookTanggal publish: 05/04/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan meminta penjelasan dari dr. Ikrimah Nisa Utami, Sp.PD. Dia menyebut pesan berantai dan postingan yang mengklaim vaksin bisa merusak sel darah dan sel otak adalah tidak benar.
"Dari dua sumber jurnal yang dicantumkan, tidak ada satupun yang meneliti tentang vaksin covid-19. Mereka membahas tentang hubungan Aluminium terhadap Alzheimer dan peningkatan CRP secara umum bukan tentang vaksin."
"Lagipula ini jurnal tahun 2005 dan 2015, dimana pandemi belum ada dan, semua gambar cawan petri itu (gelas percobaan) bukan gambar yang ada pada jurnal," ujar dr. Nisa saat dihubungi Liputan6.com, Senin (5/4/2021).
"Narasi yang beredar sangat tidak sesuai dengan isi jurnal yang disampaikan. Isi jurnalnya sendiri sama sekali tidak menyebutkan vaksin covid-19," katanya menambahkan.
Ia juga berharap masyarakat tidak mudah percaya dengan banyaknya informasi yang beredar terkait vaksin secara umum maupun vaksin covid-19 secara khusus.
"Banyak hoaks yang beredar hanya mencomot saja hasil penelitian yang telah ada dan dikaitkan dengan vaksin covid-19. Sehingga masyarakat harus lebih teliti dan memverifikasinya terlebih dulu sebelum menyebarkannya," ujarnya menambahkan.
Selain itu Cek Fakta Liputan6.com juga meminta penjelasan dari dr. Muhamad Fajri Adda'i terkait fungsi alumunium pada vaksin.
"Kandungan pada vaksin adalah alumunium hidroksida dan itu sangat aman. Fungsinya adalah sebagai adjuvant atau meningkatkan kemampuan vaksin," ujar dr. Fajri yang juga edukator dan relawan tim penanganan covid-19.
"Selain itu menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), alumunium hidroksida ini sudah digunakan sebagai adjuvant vaksin sejak 70 tahun yang lalu dan keamanannya sudah terbukti. Apalagi kandungan alumunium pada vaksin dosisnya kecil dan aman."
"Tak hanya di vaksin, penggunaan alumunium hidroksida juga terdapat pada obat maag. Peran alumunium hidroksida ini sangat besar dalam menstimulasi imunitas," katanya menambahkan.
Dr. Fajri menjelaskan penelitian dalam postingan pesan berantai tidak terkait dengan vaksin.
"Pada paper ini jenis alumuniumnya beda yakni alumunium sulfat. Fungsinya juga beda dan memang telah menjadi karena khawatiran terhadap pencemaran lingkungan. Alumunium sulfat ini biasa dipakai pada pabrik kertas, pembuatan busa pada pemadam kebakaran atau menjernihkan limbah," ujarnya.
"Narasi di pesan berantai atau postingan itu telah dipelintir sehingga sangat salah artinya. Tidak ada hubungannya dengan vaksin, ini jelas hoaks. Vaksin memakai alumunium hidroksida sementara penelitiannya tentang alumunium sulfat."
Dilansir dari Fullfact.org dalam artikel "No evidence aluminium in vaccines causes Alzheimer's disease" yang tayang 11 November 2020 disebutkan penggunaan aluminium di vaksin pada manusia relatif kecil yakni sekitar 0,2 sampai 0,8 miligram).
Sebagai perbandingan manusia dewasa biasanya mengonsumsi aluminium tujuh hingga sembilan miligram setiap harinya. Aluminium sendiri terkandung dalam beberapa makanan dan minuman termasuk buah, sayuran, tepung, produk susu, bir hingga wine.
"Dari dua sumber jurnal yang dicantumkan, tidak ada satupun yang meneliti tentang vaksin covid-19. Mereka membahas tentang hubungan Aluminium terhadap Alzheimer dan peningkatan CRP secara umum bukan tentang vaksin."
"Lagipula ini jurnal tahun 2005 dan 2015, dimana pandemi belum ada dan, semua gambar cawan petri itu (gelas percobaan) bukan gambar yang ada pada jurnal," ujar dr. Nisa saat dihubungi Liputan6.com, Senin (5/4/2021).
"Narasi yang beredar sangat tidak sesuai dengan isi jurnal yang disampaikan. Isi jurnalnya sendiri sama sekali tidak menyebutkan vaksin covid-19," katanya menambahkan.
Ia juga berharap masyarakat tidak mudah percaya dengan banyaknya informasi yang beredar terkait vaksin secara umum maupun vaksin covid-19 secara khusus.
"Banyak hoaks yang beredar hanya mencomot saja hasil penelitian yang telah ada dan dikaitkan dengan vaksin covid-19. Sehingga masyarakat harus lebih teliti dan memverifikasinya terlebih dulu sebelum menyebarkannya," ujarnya menambahkan.
Selain itu Cek Fakta Liputan6.com juga meminta penjelasan dari dr. Muhamad Fajri Adda'i terkait fungsi alumunium pada vaksin.
"Kandungan pada vaksin adalah alumunium hidroksida dan itu sangat aman. Fungsinya adalah sebagai adjuvant atau meningkatkan kemampuan vaksin," ujar dr. Fajri yang juga edukator dan relawan tim penanganan covid-19.
"Selain itu menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), alumunium hidroksida ini sudah digunakan sebagai adjuvant vaksin sejak 70 tahun yang lalu dan keamanannya sudah terbukti. Apalagi kandungan alumunium pada vaksin dosisnya kecil dan aman."
"Tak hanya di vaksin, penggunaan alumunium hidroksida juga terdapat pada obat maag. Peran alumunium hidroksida ini sangat besar dalam menstimulasi imunitas," katanya menambahkan.
Dr. Fajri menjelaskan penelitian dalam postingan pesan berantai tidak terkait dengan vaksin.
"Pada paper ini jenis alumuniumnya beda yakni alumunium sulfat. Fungsinya juga beda dan memang telah menjadi karena khawatiran terhadap pencemaran lingkungan. Alumunium sulfat ini biasa dipakai pada pabrik kertas, pembuatan busa pada pemadam kebakaran atau menjernihkan limbah," ujarnya.
"Narasi di pesan berantai atau postingan itu telah dipelintir sehingga sangat salah artinya. Tidak ada hubungannya dengan vaksin, ini jelas hoaks. Vaksin memakai alumunium hidroksida sementara penelitiannya tentang alumunium sulfat."
Dilansir dari Fullfact.org dalam artikel "No evidence aluminium in vaccines causes Alzheimer's disease" yang tayang 11 November 2020 disebutkan penggunaan aluminium di vaksin pada manusia relatif kecil yakni sekitar 0,2 sampai 0,8 miligram).
Sebagai perbandingan manusia dewasa biasanya mengonsumsi aluminium tujuh hingga sembilan miligram setiap harinya. Aluminium sendiri terkandung dalam beberapa makanan dan minuman termasuk buah, sayuran, tepung, produk susu, bir hingga wine.
Kesimpulan
Postingan pesan berantai yang mengklaim vaksin bisa merusak sel darah dan sel otak adalah tidak benar.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4523612/cek-fakta-tidak-benar-vaksin-bisa-merusak-sel-darah-dan-sel-otak
- https://www.nature.com/articles/s41541-018-0089-x
- https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Aluminum-hydroxide
- https://www.cdc.gov/vaccinesafety/concerns/adjuvants.html
- https://fullfact.org/health/covid-vaccine-aluminium/