• [HOAKS] Pria Memakai "Hazmat" Saat Menginstal di Menara 5G

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Foto seseorang mengenakan pakaian dekontaminasi atau hazmat (hazardous material) diklaim sedang menginstal di menara pemancar jaringan telekomunikasi 5G.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.

    Foto seseorang mengenakan hazmat saat menginstal menara 5G disebarkan oleh akun Facebook ini pada Rabu (3/4/2024).

    Berikut narasi yang ditulis:

    Lelaki dalam foto ini bukan bodoh...

    Dia memakai sut sinaran hazmat untuk melindungi dirinya daripada sinaran yang datang dari menara sel 5G yang disamarkan ini.

    Jangan biarkan sinaran 5G, EMF yang berbahaya memusnahkan badan anda. Terdapat banyak cara untuk mengelakkan ancaman yang tidak kelihatan ini:??Jarakkan diri anda dari menara sel 5G??Makan makanan Mentah??Detox logam berat dari badan anda dengan produk semula jadi seperti zeolit, chlorella, spirulina dll

    Foto serupa disebarkan dalam bahasa Inggris oleh akun X ini dan ini. Terdapat teks berbahasa Inggris dalam gambar. Berikut terjemahannya:

    Pria instalasi 5g mengenakan setelan radiasi hazmat

    akun Facebook Tangkapan layar unggahan dengan konteks keliru di sebuah akun Facebook, Rabu (3/4/2024), soal seseorang mengenakan APD saat instalasi menara 5G.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri foto pria yang menaiki menara itu melalui Google Fact Check Tools. Rupanya foto itu telah ditelusuri sejak 2019 oleh Snopes.

    Narasi dalam foto dianggap tidak masuk sesuai konsep ilmiah. Sebab, menara seluler termasuk jaringan 5G umumnya menggunakan radiasi elektromagnetik.

    Untuk mengirimkan data, bentuk radiasi tersebut bersifat non-ionisasi. Radiasi non-ionisasi meliputi cahaya, panas, radar, gelombang mikro, gelombang radio.

    Menurut Komisi Regulasi Nuklir Amerika Serikat (AS), semua radiasi tersebut tidak memiliki cukup energi untuk memutus ikatan molekul atau melepaskan elektron atom.

    Ada bentuk radiasi non-ionisasi yang secara tidak langsung merusak DNA, yakni radiasi pengion yang kuat, seperti sinar X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet yang dinilai dapat menyebabkan kanker.

    Kendati demikian, radiasi pengion bukanlah partikel atau kontaminan dan tidak ada pakaian pelindung yang mampu menghalanginya.

    Pekerja dalam foto yang beredar kemungkinan besar mengenakan hazmat untuk melindungi kontaminan lainnya.

    Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, hazmat tidak dapat melindungi dari paparan bentuk radiasi pengion berenergi tinggi dan berpenetrasi tinggi yang terkait dengan sebagian besar keadaan darurat radiasi.

    Sehingga, pekerja itu mengenakan hazmat bukan karena menara jaringan ponsel 5G. Instalasi 5G tidak memerlukan hazmat.

    Ini dibuktikan dengan video dan foto teknisi yang sedang memasang pemancar 5G. Mereka hanya memakai sarung tangan, helm, dan tali pengaman untuk instalasi.

    Gambar tersebut pertama kali beredar dari akun Instagram @theorgonizedearth pada 6 Mei 2019. Akun tersebut kerap menyebarkan pseudosains dan mendorong narasi antivaksin.

    Berdasarkan keterangan dari Direktur Jaringan Industri Nirkabel atau WINdari National Association of Tower Erectors (NATE), Scott Krouse, pekerja dalam foto yang beredar mengenakan setelan Tyvek.

    "Sekali lagi, kemungkinan besar ini adalah setelan Tyvek standar untuk melindungi pekerja dari cipratan cat dan semprotan berlebih atau cipratan balik saat membersihkan kotoran burung dari struktur," kata Krouse.

    Kesimpulan

    Foto seseorang mengenakan hazmat saat menginstal di menara 5G merupakan konten dengan konteks keliru.

    Pria dalam foto kemungkinan mengenakan setelan Tyvek untuk melindungi diri dari cipratan cat atau kotoran, bukan radiasi.

    Radiasi 5G tidak berbahaya dan tidak perlu hazmat ketika menaiki menaranya.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Video Tsunami Jepang 2011 Disebut Bencana di Taiwan

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menunjukkan tsunami menghantam Taiwan setelah gempa, pada Rabu (3/4/2024).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut dibagikan dengan konteks keliru.

    Video tersebut memperlihatkan tsunami yang menghantam Jepang pada 2011, bukan di Taiwan.

    Video yang diklaim menunjukkan tsunami menghantam Taiwan dibagikan oleh akun TikTok ini pada Rabu (3/4/2024).

    Berikut narasi yang disematkan pada video:

    Tsunami in Taiwan on the morning of April 3, 2024

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri video itu menggunakan teknik reverse image search dengan Google Lens.

    Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut adalah rekaman tsunami yang menghantam Jepang pada 2011, bukan tsunami di Taiwan.

    Video serupa diunggah, salah satunya, oleh kanal YouTube ABC News pada 14 Maret 2011.

    Pada 11 Maret 2011, rentetan gempa bumi dan tsunami menghantam wilayah timur Laut Jepang serta mengakibatkan kerusakan parah.

    Bencana dahsyat itu kemudian dikenal sebagai Gempa Besar Sendai atau Gempa Besar Tohoku. Jumlah korban tewas atau hilang mencapai sekitar 18.500 jiwa.

    Sementara itu, Taiwan diguncang gempa bumi bermagnitudo 7,2, pada Rabu (3/4/2024) pagi, waktu setempat.

    Bencana tersebut menewaskan sedikitnya sembilan orang dan menyebabkan puluhan orang terjebak di reruntuhan bangunan.

    Guncangan gempa dirasakan sejumlah negara tetangga, seperti Jepang, China, dan Filipina.

    Diberitakan Kompas.com, gempa Taiwan memicu Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan tsunami untuk daerah pesisir prefektur selatan Okinawa.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang diklaim menunjukkan tsunami menghantam Taiwan setelah gempa, pada Rabu (3/4/2024), perlu diluruskan.

    Video tersebut adalah rekaman bencana tsunami yang menghantam Jepang pada 2011, bukan tsunami di Taiwan.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAKS] KPK Temukan Brankas Rahasia Milik Jokowi

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/04/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Sebuah unggahan mengeklaim, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan brankas rahasia milik Presiden Joko Widodo.

    Namun, setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar atau hoaks.

    Narasi soal KPK menemukan brankas rahasia milik Jokowi dibagikan oleh akun Facebook ini.

    Akun tersebut membagikan tautan di kanal YouTube ini pada 4 Agustus 2024 dengan judul:

    M4MP0SS SEMUA TERB0NGK4R DI SIDANG MK!! - BREAKING NEWS - INFOTAMA NEWS

    Pada thumbnail video terdapat gambar Jokowi memakai baju tahanan berwarna oranye. Selain itu juga terdapat gambar aparat membawa koper.

    Gambar tersebut diberi keterangan demikian:

    BREAKING NEWS SATU KOPER JADI BUKTIKPK TEMUKAN BRANKAS RAHASIA JOKOWI, ISINYA MENGEJUTKAN

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook narasi yang menyebut KPK menemukan brangkas rahasia milik Jokowi

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri gambar thumbnail video yang memperlihatkan Jokowi memakai baju tahanan berwarna oranye. Hasilnya, gambar tersebut identik dengan foto di laman Suara.com ini.

    Dalam foto aslinya, pria yang memakai baju tahanan bukan Jokowi, melainkan bos judi online Apin BK yang ditangkap polisi di Malaysia, pada 14 Oktober 2022. 

    Sementara, gambar yang menampilkan aparat membawa koper identik dengan foto di laman Lombok Post ini. 

    Dalam foto tersebut, penyidik KPK membawa koper berisi berkas hasil penggeledahan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, pada 18 Maret 2019. 

    Setelah video disimak sampai tuntas, Tim Cek Fakta Kompas.com tidak ditemukan informasi KPK menemukan brankas rahasia milik Jokowi.

    Narator hanya membacakan artikel di laman Bisnis.com ini berjudul "Bawaslu Sebut Jokowi Tak Langgar Netralitas Meski Bagi-bagi Bansos Jelang Pilpres".

    Artikel tersebut membahas pernyataan Ketua Bawaslu Rahmat Bagja yang menyampaikan bahwa Presiden Jokowi tidak melanggar netralitas, karena membagikan bantuan sosial (bansos) beras menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

    Kesimpulan

    Narasi soal KPK menemukan brankas rahasia milik Jokowi adalah tidak benar atau hoaks. Thumbnail video merupakan hasil rekayasa dan judul tidak sesuai dengan isinya.

    Narator hanya membahas pernyataan Ketua Bawaslu Rahmat Bagja yang menyampaikan bahwa Jokowi tidak melanggar netralitas karena membagikan bansos beras menjelang Pilpres 2024.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Cek Fakta: Tidak Terbukti Penemuan Semburan Lumpur Bercampur Gas IKN akan Tenggelam

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/04/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim IKN akan tenggelam ditemukan semburan lumpur bercampur gas, informasi tersebut diunggah salah satu akun Instagram, pada 1 Maret 2024.
    Klaim IKN akan tenggelam ditemukan semburan lumpur bercampur gas berupa video yang menampilkan kegiatan pembangunan kemudian muncul narasi suara sebagai berikut.
    "Pembangunan IKN di Kalimantan sedang berlangsung proyek besar ini kapan selesai?
    Ada penemuan lubang aneh mengeluarkan lumpur di Kalimantan lumpur mengandung gas.
    Apakah ibu kota baru akan tenggelam karena adanya lumpur yang menyembur di Kalimantan."
    Dalam video tersebut juga menampilkan permukaan tanah yang mengeluarkan gelembung udara.
    Dalam video terdapat tulisan sebagai berikut.
    "gawat...!
    ibu kota baru IKN akan tengelam oleh lumpur. di temukan semburan lumpur bercampur gas dari lubang tanah."
    Benarkah klaim IKN akan tenggelam ditemukan semburan lumpur bercampur gas? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim IKN akan tenggelam ditemukan semburan lumpur bercampur gas, penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Otorita Bantah Kabar Penemuan Semburan Gas dan Lumpur Mirip Lapindo di Wilayah IKN"  yang dimuat situs Liputan6.com, pada 6 April 2024.
    Dalam artikel situs Liputan6.com, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) menyebut klaim terbaru yang menyatakan adanya penemuan sumur gas mirip dengan kasus Lapindo di wilayah IKN tidak berdasar dan sepenuhnya tidak benar.
    Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita Ibu Kota Nusantara Alimuddin mengatakan, beredar klaim terbaru yang menyatakan adanya penemuan sumur gas mirip dengan kasus Lapindo di wilayah IKN. Namun, investigasi menyeluruh telah mengonfirmasi bahwa berita tersebut tidak berdasar dan sepenuhnya tidak benar.
    “Hingga hari ini masih ada berita-berita hoaks terkait IKN, entah apa maksudnya? Terakhir berita ditemukan sumur gas seperti Lapindo, lalu ada berita bohong tentang masyarakat Dayak ngamukkarena diusir dari kampung, sebab sampai sekarang tidak ada masyarakat di IKN yangmelakukan demo,” kata Alimuddin, dikutip dari situs resmi IKN, Sabtu (6/4/2024).
    Menurut Alimuddin, meskipun terkadang terdapat kesalahpahaman atau informasiyang keliru yang mungkin memiliki kebenaran di dalamnya, laporan mengenai adanya penolakan atau perlawanan signifikan terhadap kebijakan tertentu sebenarnya tidak berdasar.
    Namun, karena berita tersebut disiarkan melalui media, informasi ini tersebar dengan cepat dan luas, mencapai audiens yang lebih besar dan menyebabkan kesan yang tidak tepat tentang situasi sebenarnya.
    Ini menunjukkan pentingnya verifikasi berita dan informasi sebelum membagikannya, agar tidak menimbulkan persepsi yang salah atau menyesatkan di masyarakat.
    “Akhirnya sedikit mengganggu kita dalam proses pembangunan IKN secara sosial, tetapi kamiberupaya agar masalah-masalah itu bisa teratasi dengan baik,” tuturnya.
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim IKN akan tenggelam ditemukan semburan lumpur bercampur gas tidak terbukti.
    Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita Ibu Kota Nusantara Alimuddin mengatakan, beredar klaim terbaru yang menyatakan adanya penemuan sumur gas mirip dengan kasus Lapindo di wilayah IKN. Namun, investigasi menyeluruh telah mengonfirmasi bahwa berita tersebut tidak berdasar dan sepenuhnya tidak benar.
    • Liputan 6
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini