Keliru, Klaim Apabila dalam Kondisi Flu Bila Rapid atau Swab Hasilnya Pasti Positif Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 17/02/2022
Berita
Sebuah rekaman video yang memperlihatkan seorang perwira polisi yang memberikan pernyataan terkait Covid-19 beredar di WhatApp. Menurut perwira polisi tersebut, apabila dalam kondisi flu, jangan sekali-kali di rapid atau di swab karena hasilnya pasti positif Covid-19.
Berikut pernyataan lengkapnya:
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Baru selesai nih Covid nih. Baru selesai pulang kantor rapat masalah Covid. Aduh ampun Covid. Jadi kesimpulannya, kalau dalam kondisi tidak fit, apabila dalam kondisi flu, badan kita merasa greges, jangan sekali-kali di rapid atau di swab pasti positif. Yang jelas merasa badan tidak enak, silahkan beristirahat yang banyak minum air putih yang banyak. Minum Vitamin yang tinggi dan selalu makan yang bergizi. Yang terakhir tetap jaga imun tubuh. Bagaimana caranya? membahagiakan diri sendiri. Jangan terlalu banyak berpikiran negatif namun selalu berpemikiran yang positif. Insya Allah sehat selalu. Trimakasih. Salam sehat. Wassalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh.”
Benarkah apabila dalam kondisi flu bila dirapid atau diswab hasilnya pasti positif Covid-19?
Tangkapan layar unggahan video pernyataan polisi agar jangan tes jika merasa kurang fit atau flu agar hasilnya tidak positif Covid-19.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo melakukan penelusuran pada mesin perambah Google dengan menggunakan kata kunci “Tes swab saat flu hasilnya pasti positif Covid-19”. Hasilnya, hasil tes Covid-19 tak akan mendeteksi positif jika memang batuk dan pilek itu bukan karena virus corona.
Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, anggapan itu salah. Sebab, dalam tes PCR dan antigen terdapat sensor spesifik untuk virus penyebab Covid-19.
"Itu karena PCR bersifat spesifik RNA virus Covid-19," kata Tonang kepada Kompas.com, Kamis (12/8/2021). "Kalau sedang flu, tapi kok PCR Covid-19 positif, itu berarti terinfeksi Covid-19, bukan karena sedang flu," lanjut dia.
Tonang menegaskan, virus penyebab flu yang sudah biasa dialami masyarakat berbeda dengan virus penyebab Covid-19. Oleh karena itu, hasil tes Covid-19 tak akan mendeteksi positif jika memang batuk dan pilek itu bukan karena virus corona.
Tes Antigen
Berdasarkan arsip berita Tempo, tes cepat antigen biasanya digunakan untuk mendiagnosis patogen pernapasan, seperti virus influenza dan respiratory syncytial virus (RSV). Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberikan otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk tes antigen sebagai tes untuk mengidentifikasi virus corona baru.
Tes antigen juga relatif murah dan dapat digunakan di tempat-tempat perawatan. Alat yang sudah diotorisasi ini juga dapat memberikan hasil diagnosis dalam waktu sekitar 15 menit. Namun, tes cepat antigen umumnya kurang akurat dibandingkan tes virus yang mendeteksi asam nukleat dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR) atau disebut juga tes PCR.
Meski begitu, tes cepat antigen atau disebut dengan usap antigen membantu menyaring orang-orang untuk mengidentifikasi yang membutuhkan tes yang lebih pasti.
Antigen adalah molekul yang mampu menstimulasi respons imun. Molekul tersebut dapat berupa protein, lipid polisakarida, atau asam nukleat. Setiap antigen memiliki fitur permukaan yang berbeda yang dikenali oleh sistem kekebalan.
Virus corona penyebab COVID-19 memiliki beberapa antigen, termasuk nukleokapsid fosfoprotein dan spike glikoprotein. Tes cepat antigen dapat mengungkapkan bila seseorang sedang terinfeksi patogen seperti virus corona.
Berbeda dengan tes PCR yang mendeteksi keberadaan materi genetik, tes cepat antigen mendeteksi protein atau glikan, yaitu seperti protein lonjakan yang ditemukan di permukaan virus corona.
Tes PCR
Mengutip situs resmi Universitas Gajah Mada (UGM), sejauh ini tes PCR adalah metode paling akurat untuk diagnosis COVID-19 karena yang dideteksi adalah langsung virus itu sendiri melalui deteksi materi genetiknya. Setiap makhluk hidup dan virus memiliki materi genetik yang unik dan berbeda dengan yang lain.
PCR adalah tes untuk mendeteksi ditemukan atau tidak materi genetik tertentu dalam sebuah sampel yang nanti bisa disimpulkan bahwa ditemukan atau tidak virus tertentu pada sampel tersebut. Oleh karena itu, PCR ini bisa disesuaikan untuk mendeteksi penyakit tertentu, tidak hanya COVID-19.
Jika ingin menggunakan PCR untuk mendeteksi ada tidaknya SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19) pada sebuah sampel, maka tinggal disesuaikan PCR ini untuk mendeteksi materi genetik yang unik dari SARS-CoV-2.
CT Value
Masih dari arsip berita Tempo, pada keterangan hasil tes akan tertera angka CT Value. Setiap orang memiliki CT Value yang berbeda, ada yang tinggi ada juga yang rendah. Apa arti dari angka CT Value tersebut?
Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Makassar, Sulawesi Selatan, Selvi Josten mengatakan CT Value singkatan dari Cut off Threshold value atau Cycle Threshold Value.
"Ini adalah ambang batas yang telah ditentukan untuk menyatakan batas antara sakit dan sehat," kata Selvi.
Angka CT Value diperoleh dari gen E, gen N, dan RNA-dependent RNA polymerase atau RdRP yang menjadi target gen dari partikel virus yang akan ditemukan dalam tes. "Angka yang tertera pada CT Value merupakan siklus ambang batas saat amplifikasi melewati ambang/treshold pada proses amplifikasi sampel," katanya.
Mengutip situs Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia atau Pamki, apabila nilai CT value yang tercantum rendah, maka jumlah virus Covid-19 yang ada semakin banyak. Jika nilai CT value yang tercantum tinggi, berarti jumlah virus di dalam tubuh sedikit.
Berikut arti batas ambang nilai CT Value dalam tes swab PCR :
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa apabila dalam kondisi flu bila dirapid atau diswab hasilnya pasti positif Covid-19,keliru. Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, anggapan itu salah.
Sebab, dalam tes PCR dan antigen terdapat sensor spesifik untuk virus penyebab Covid-19. Hasil tes Covid-19 tak akan mendeteksi positif jika memang batuk dan pilek itu bukan karena virus corona.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/12/122700465/tes-swab-saat-batuk-dan-pilek-apakah-hasilnya-pasti-akan-positif-covid-19-?page=all
- https://gaya.tempo.co/read/1415739/memahami-beda-tes-cepat-dan-usap-antigen/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/tes-cepat
- https://chbp.fk.ugm.ac.id/2020/11/08/mengenal-jenis-tes-covid-19-swab-pcr/
- https://gaya.tempo.co/read/1480970/arti-angka-ct-value-dalam-tes-swab-pcr-makin-tinggi-semakin-bagus/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/ct-value
- http://www.tempo.co/tag/swab-pcr
Keliru, Video yang Diklaim Pelecehan Perempuan Muslim di India
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/02/2022
Berita
Video dengan narasi pelecehan perempuan Muslim di India, menjadi viral di Twitter, 12 Februari 2022. Video berdurasi 30 detik, itu memperlihat sejumlah pria menyiram beberapa perempuan yang memakai burqa berbaju hitam.
“Saudari kita secara terbuka dilecehkan di negara ini,” demikian tulis akun yang membagikan video yang telah dibagikan lebih dari 1.900 kali itu.
Video itu mendapatkan 470 komentar. Beberapa komentar menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di India, seperti komentar-komentar berikut:
“India is stupid country ! selain keterbelakangan karena sekat kasta, masyarakatnya yg jorok, jamet, rasis pula benar2 tidak ada yg bisa dibanggakan dari negara ini.”
“Hindu india adalah teroris yg paling nyata dan manusia paling biadab dan paling brutal.”
Tangkapan layar unggahan video yang diklaim pelecehan perempuan Muslim di India
Hasil Cek Fakta
Tempo mendapatkan video tersebut pernah dipublikasikan oleh salah satu akun berbahasa Tamil di Facebook pada 24 Februari 2019. Akun tersebut memberikan keterangan, bahwa video itu adalah bagian kegiatan perpeloncoan mahasiswa baru di Eastern University of Sri Lanka.
Dikutip dari organisasi pemeriksa fakta News Checker India, video tersebut dimuat di beberapa media di Srilanka, yang menyebut video itu adalah peristiwa perpeloncoan mahasiswa baru di universitas tersebut.
Dikutip dari hasil pemeriksaan fakta AFP, Seorang jurnalis dari biro Kolombo AFP menganalisis rekaman itu dan menemukan bahwa orang-orang dalam klip menyesatkan itu terdengar berbicara bahasa Tamil Sri Lanka.
Pada satu titik dalam video, seseorang terdengar meminta teman-teman mereka untuk memercikkan air ke arah mereka, mengatakan: "Ambil dan percikkan."
Video tersebut juga mendapat liputan dari Puthithu, sebuah situs berita yang dijalankan oleh warga Tamil Sri Lanka yang tinggal di luar negeri, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 24 Februari 2019.
Situs berita itu mengatakan telah mengkonfirmasi dengan mahasiswa Universitas Timur bahwa video itu direkam di kampus mereka.
Diterjemahkan dari bahasa Tamil, tajuk utama laporan Puthithu berbunyi: “Condemnation of attacks against eastern uni female students.”
Versi terjemahan dari artikel tersebut sebagian berbunyi: “Sebuah video sejumlah besar siswa perempuan dikejar oleh beberapa siswa laki-laki dan menyiram mereka dengan air telah menjadi viral di Facebook. Para mahasiswa senior universitas telah berperilaku seperti ini terhadap mahasiswa baru, kata mereka yang menulis tentang video tersebut. Puthithu telah mengkonfirmasi dengan mahasiswa Universitas Timur bahwa insiden itu terjadi di Universitas Timur di Vantharumoolai, di Sri Lanka timur.”
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan fakta di atas, video yang diklaim pelecehan terhadap perempuan Muslim di India adalah keliru. Isi video itu menunjukkan kegiatan penerimaan mahasiswa baru di Universitas Timur di Vantharumoolai, Srilanka.
Tim Cek Fakta Tempo
Rujukan
Keliru, NeoCov Merupakan Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Afrika Selatan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/02/2022
Berita
Klaim bahwa varian baru Covid-19 telah ditemukan di Afrika Selatan beredar di media sosial. Klaim tersebut dibagikan dengan narasi bahwa varian baru Covid-19 tersebut bernama NeoCov.
Di Facebook, klaim tersebut dibagikan akun ini pada 28 Januari 2022. Akun inipun menuliskan narasi, “Di afrika selatan baru ditemukan varian terbaru dari covid19.. NeoCov.. siap2 vaksin ke4 bakal dirilis lagi..”
Apa benar NeoCov Merupakan varian baru Covid-19 yang ditemukan Afrika Selatan?
Tangkapan layar unggahan dengan yang mengklaim NeoCov Merupakan Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Afrika Selatan
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri informasi tersebut di mesin pencari Google dengan menggunakan kata kunci “NeoCov”. Hasilnya, NeoCov bukanlah varian baru Covid-19.
Mengutip CNN Indonesia, peneliti China menemukan virus baru Neoromicia Capensis atau dikenal sebagai Neocov. Para ilmuwan pertama kali menemukan Neocov di antara kelelawar yang hidup di Afrika Selatan.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Neocov bukanlah merupakan varian baru coronavirus diseases (covid-19) yang menyebabkan pandemi. Virus ini justru merupakan kerabat dekat dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Sebagai informasi, MERS merupakan virus yang merebak di Arab Saudi pada 2012. Virus ini menyebabkan demam, batuk, hingga gangguan pernapasan.
Dilansir dari CNBC Indonesia, laporan jurnal BioRxiv, peneliti Universitas Wuhan dan Institut Biofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China menyebut virus ini bukan varian baru corona. Bahkan NeoCov disebut sudah ada sejak lama.
NeoCov dikatakan berhubungan dengan wabah MERS-CoV tahun 2012 dan 2015. Dilaporkan juga mirip seperti SARS-CoV-2. "MERS-CoV telah diidentifikasi di beberapa negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari Independent.
Pada penelitian terbaru, ilmuwan di Wuhan mengingatkan NeoCov bisa menyebabkan masalah jika ditransfer dari kelelawar ke manusia.
Virus ini nampaknya tidak dinetralisir oleh antibodi manusia yang ditargetkan untuk virus Covid-19 atau MERS-Cov. Namun hingga sekarang belum ada bukti atau indikasi seberapa menular atau fatalnya NeoCov.
"Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas," kata Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick.
"(Studi) awal menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien. Apa yang disoroti ini, bagaimanapun, adalah perlunya waspada tentang penyebaran infeksi virus corona dari hewan (terutama kelelawar) ke manusia. Ini adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari yang membutuhkan integrasi yang lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan".
Berdasarkan arsip berita Tempo, mantan Direktur Penyakit Menular World Health Organization atau WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, setidaknya ada lima informasi penting yang perlu diketahui tentang apa itu NeoCoV.
Pertama, temuan virus itu baru berdasarkan analisa di laporan artikel. "Sejauh ini belum menginfeksi manusia," kata Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulis, Minggu, 30 Januari 2022.
Kedua, dalam artikel itu tersebut, NeoCoV yang berpotensi bermutasi kemungkinan dapat menimbulkan masalah pada manusia. "Artinya sekarang belum bermutasi dan belum tentu akan bermutasi lagi atau tidak," kata Tjandra Yoga yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI. "Bisa saja virus itu tetap seperti sekarang dan tidak bermutasi lagi."
Ketiga, Tjandra Yoga Aditama melanjutkan, ada teori yang menyatakan, karena NeoCoV adalah virus Corona seperti juga penyebab MERS CoV dan pemicu Covid-19, maka orang dapat beranggapan jika nanti NeoCoV bermutasi, bisa jadi penularannya akan seperti Covid-19 dan fatalitasnya menyerupai MERS CoV. "Hanya saja, ini kalau NeoCoV bermutasi ke arah itu. Namun bisa saja mutasinya ke arah lain lagi," ujarnya.
Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, banyak kemungkinan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk tentang virus. Keempat, dia menjelaskan, mungkin saja NeoCoV yang disampaikan para ilmuan Cina itu, saat ini tidak bermutasi ke arah yang membahayakan manusia manusia. "Kapaupun menyerang manusia, maka bisa saja seperti yang dikawatirkan dan bisa juga tidak seperti itu," ujarnya.
Kelima, lantas apa yang perlu dilakukan sekarang? Tjandra Yoga Aditama mengatakan, para ahli tentu terus memantau perkembangan NeoCoV dan masyarakat dapat mengikuti perkembangan ilmiah dari sumber yang valid atau kredibel. "Perlu juga diketahui, mungkin saja ada virus-virus jenis baru dari waktu ke waktu dan ini sudah terjadi sejak dulu. Karena sekarang sedang pandemi Covid-19, maka semua orang memberi perhatian penuh dalam hal ini," katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa varian baru Covid-19 bernama NeoCov ditemukan di Afrika Selatan,keliru. Neoromicia Capensis atau dikenal sebagai NeoCov memang pertama kali ditemukan para peneliti di antara kelelawar yang hidup di Afrika Selatan.
Namun, NeoCov bukanlah varian baru Covid-19. NeoCov merupakan kerabat dekat dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang telah ditemukan pada tahun 2012 di Timur Tengah.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.facebook.com/chundeel/posts/10159679403092556
- https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220130143204-113-753024/peneliti-china-temukan-neocov-virus-baru-bukan-varian-covid-19.
- https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220201053556-37-311966/neocov-bukan-varian-baru-covid-19-ini-sederet-faktanya
- https://gaya.tempo.co/read/1555780/5-informasi-penting-tentang-virus-baru-neocov-bukan-mutasi-covid-19/full&view=ok
[SALAH] “Astagfirullah, Begini Perlakuan Terhadap Wanita Berhijab di India”
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 16/02/2022
Berita
“Astagfirullah, Begini Perlakuan Terhadap Wanita Berhijab di India
Dalam video terlihat Wanita berhijab berlari saat disiram air oleh beberapa laki-laki.”
Dalam video terlihat Wanita berhijab berlari saat disiram air oleh beberapa laki-laki.”
Hasil Cek Fakta
Akun Faceboook dengan nama pengguna “Mohammad Ramdani Praja” (https://www.facebook.com/mohammad.ramdani.56) mengunggah sebuah video sekelompok perempuan yang menggunakan hijab tengah berlari dan disiram air oleh beberapa laki-laki. Dalam video tersebut juga disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi di India.
Berdasarkan hasil penelusuran, video tersebut tidak menunjukkan peristiwa yang terjadi di India, melainkan merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Melansir dari media asal Sri Lanka Puthithu, video tersebut telah beredar sejak tahun 2019. Wakil Rektor Universitas Eastern, Profesor F.C. Raquel menegaskan bahwa aksi tersebut bukan merupakan aksi diskriminasi dan rasisme, melainkan merupakan aksi perundungan yang akan ditindak keras oleh pihak universitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Faceboook dengan nama pengguna “Mohammad Ramdani Praja” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Berdasarkan hasil penelusuran, video tersebut tidak menunjukkan peristiwa yang terjadi di India, melainkan merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Melansir dari media asal Sri Lanka Puthithu, video tersebut telah beredar sejak tahun 2019. Wakil Rektor Universitas Eastern, Profesor F.C. Raquel menegaskan bahwa aksi tersebut bukan merupakan aksi diskriminasi dan rasisme, melainkan merupakan aksi perundungan yang akan ditindak keras oleh pihak universitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Faceboook dengan nama pengguna “Mohammad Ramdani Praja” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini
Bukan video peristiwa yang terjadi di India. Video tersebut merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Bukan video peristiwa yang terjadi di India. Video tersebut merupakan dokumentasi aksi perpeloncoan yang dilakukan di Universitas Eastern, Sri Lanka.
Rujukan
- https://puthithu.com/?p=40200
- https://factly.in/old-ragging-video-from-sri-lanka-is-shared-as-hindu-extremists-abusing-muslim-girl-students-in-karnataka/
- https://www.indiatoday.in/fact-check/story/fact-check-old-video-from-sri-lanka-shared-muslim-students-harassed-hindu-extremists-hijab-row-1911536-2022-02-10
Halaman: 4466/6727