Menyesatkan, Pernyataan Donald Trump Hubungkan Pandemi Covid-19 dengan Kecurangan Pemilu AS
Sumber:Tanggal publish: 01/04/2024
Berita
Sebuah video beredar di Facebook [ arsip ] memuat pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat tentang kelompok kiri yang dinilai akan menghidupkan kembali lockdown, pembatasan Covid-19, mandat memakai masker dan vaksinasi. Menurut pria yang kini menjadi kandidat utama Partai Republik untuk Pilpres 2024 itu, munculnya varian baru virus penyebab Covid-19 diklaim sebagai propaganda untuk menimbulkan ketakutan.
Langkah-langkah itu, kata Trump, bertujuan untuk mencurangi Pemilu 2024 seperti yang diklaimnya terjadi pada Pemilu 2020 sehingga menyebabkan ia kalah melawan Joe Biden. “Mereka ingin mengulangi histeria Covid-19,” kata dia.
Artikel ini akan memverifikasi dua hal:
1. Benarkah pidato Donald Trump tersebut?
2. Benarkah pandemi Covid-19 berkaitan dengan kecurangan Pemilu AS?
Hasil Cek Fakta
Klaim 1: Benarkah Donald Trump berpidato soal klaim lockdown Covid-19 bertujuan untuk mencuranginya di Pemilu 2024?
Fakta: Donald Trump memang benar menyatakan hal itu, sesuai video yang diunggah oleh akun Twitter @TeamTrump pada 31 Agustus 2023. Akun Twitter itu dikelola tim kampanye Trump sebagai calon presiden dalam Pilpres Amerika Serikat tahun 2024.
Dikutip dari NewsWeek, konteks pernyataan Trump itu, dia mencela berita bahwa beberapa institusi di Amerika Serikat yang menerapkan kembali mandat penggunaan masker karena meningkatnya varian virus corona baru, dan menghubungkan dugaan “ketakutan” dengan klaim pribadinya bahwa pemilu 2024 akan menjadi sasaran kecurangan.
Pada tanggal 19 Agustus, terdapat lebih dari 15.000 pasien rawat inap yang tercatat di Amerika Serikat karena infeksi COVID-19, menurut data dari CDC. Jumlah itu meningkat hampir 19 persen dari minggu sebelumnya.
Beberapa institusi swasta, operator rumah sakit, dan perguruan tinggi di AS telah menerapkan kembali persyaratan bagi staf atau pengunjung untuk memakai masker saat berada di lokasi mereka untuk membatasi penyebaran varian virus corona baru—EG.5 dan BA.2.86—yang baru-baru ini muncul.
Klaim 2: Benarkah lockdown selama pandemi Covid-19 untuk mencurangi pemilu 2020 di AS?
Fakta: Klaim itu dilontarkan Donald Trump selama Pemilu 2020. Namun, dikutip dari Cek Fakta Reuters bahwa klaim tersebut tidak pernah disertai bukti adanya kecurangan dalam surat suara.
Saat itu, narasi yang beredar bahwa Partai Demokrat memenangkan Pemilu AS dengan mencurangi surat suara di tengah pandemi Covid-19. Riset Onyeaka et., al., (2021) berjudul “COVID-19 pandemic: A review of the global lockdown and its far-reaching effects” mengungkapkan, penguncian secara global atau lockdown, disebabkan oleh sindrom pernapasan akut parah virus corona-2 (SARS-CoV-2). Hal ini juga dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Lockdown bertujuan untuk membendung penyebaran virus dan meratakan kurva pandemi, meski kemudian memberikan dampak pada berbagai sektor kehidupan.
Lockdown yang ditujukan untuk menghentikan penyebaran virus, juga terjadi di banyak negara lainnya, bukan hanya di Amerika Serikat. Maka, ini tidak ada kaitannya dengan Pemilu AS.
Ungkapan-ungkapan Kontroversial
Semasa menjabat, Trump beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang kontroversial, termasuk tentang pandemi Covid-19. Salah satunya pernyataannya tentang Partai Demokrat Amerika Serikat mempolitisir pandemi untuk memojokkan dirinya.
Hal itu menimbulkan kesalahpahaman dan kontroversi di tahun 2020. Kalimatnya dianggap menyatakan bahwa pandemi Covid-19 adalah hoax yang dibuat politikus Partai Demokrat. Padahal maksud sebenarnya menyatakan Partai Demokrat memojokkan dirinya menggunakan isu pandemi, sebagaimana diberitakan Politifact.com.
Disebutkan juga bahwa Factcheck.org, The Washington Post, Snopes, dan AP, menyimpulkan sesungguhnya konteks kalimat Trump saat itu tidak menyatakan bahwa pandemi atau virus Covid-19 tipuan belaka.
Trump juga pernah mempublikasikan cuitan kontroversial yang menyinggung tes Covid-19, berita palsu, dan media konspirasi, jelang Pemilu Amerika Serikat 2020. Tweet itu ia keluarkan saat kasus baru Covid-19 jumlahnya naik hingga memecahkan rekor baru, sebagaimana diberitakan CNBC.
Trump dinilai meremehkan pandemi Covid-19. Hal itu tampak dari dia membandingkan virus Covid-19 dengan flu biasa, menyampaikan jumlah korban lebih sedikit dari data sesungguhnya, dan mengusulkan anggaran pengendalian Covid-19 yang sangat sedikit dibanding ekspektasi kongres, sebagaimana dilaporkan NBC News.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan video yang beredar memperlihatkan Trump mengatakan ada kelompok orang yang berencana menciptakan pandemi lagi pada tahun 2024, adalah klaim yang menyesatkan.
Sesungguhnya Trump mengatakan bahwa kelompok sayap kiri di negaranya, pada Agustus 2023 itu, merencanakan memberlakukan lockdown karena meningkatnya sub varian baru Covid-19. Ia khawatir hal itu merugikannya sebagai capres dalam Pemilu AS 2024.
Rujukan
- https://www.facebook.com/reel/339050575294493
- https://megalodon.jp/2024-0331-0231-55/
- https://www.facebook.com:443/reel/339050575294493
- https://twitter.com/TeamTrump/status/1696931890555429249
- https://www-newsweek-com.translate.goog/donald-trump-blasts-mask-mandates-covid-1823697?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp
- https://www.reuters.com/article/idUSKBN28H25K/
- https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/00368504211019854
- https://www.politifact.com/article/2020/oct/08/ask-politifact-are-you-sure-donald-trump-didnt-cal/
- https://www.cnbc.com/2020/10/26/coronavirus-trump-claims-the-worsening-us-outbreak-is-a-fake-news-media-conspiracy-even-as-hospitalizations-rise.html
- https://www.nbcnews.com/politics/donald-trump/trump-calls-coronavirus-democrats-new-hoax-n1145721?_x_tr_hist=true
- https://wa.me/6281315777057 mailto:cekfakta@tempo.co.id
Keliru, Klaim Vaksin Covid-19 Sebabkan Penyakit Lambung pada Perempuan
Sumber:Tanggal publish: 01/04/2024
Berita
Sebuah akun di Facebook [ arsip ] mengunggah konten dengan klaim seorang pelajar yang pernah mendapatkan vaksin Covid-19 mengalami penyakit lambung. Pelajar perempuan disebut sebagai yang paling rentan mendapatkan ancaman itu.
Konten itu memuat penjelasan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyerang dan menginfeksi lambung agar penderita tidak bisa mendapatkan saripati dari makanan. “Dengan kata lain lambungnya sengaja di-blocked. Karena lambung sudah ter-blocked maka obat kimia sintetis apapun ditelan akan berubah menjadi racun sekalipun itu paracetamol atau obat dosis ringan sekelas obat warung."
Konten itu disertai foto hasil tangkapan layar ucapan duka pada seorang perempuan berhijab yang mengenakan seragam sekolah. Tertulis pada foto itu bahwa ia meninggal dunia karena penyakit lambung. Namun, benarkah klaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan penyakit lambung pada perempuan?
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Tempo mengkonfirmasi klaim di atas dengan mewawancarai Ketua Dokter Indonesia Bersatu, Eva Sri Diana. Ia menjelaskan konsep vaksin.
Vaksin sengaja dimasukkan seakan-akan mirip dengan virus aslinya dalam bentuk yang bisa dikontrol tubuh sehingga aman. Tujuannya agar sel-sel tubuh kita yang berfungsi melindungi, bisa mengenalinya kemudian menyimpan memori yang gunanya jika ada virus asli masuk suatu saat, maka tubuh langsung memberi perlawanan.
“Jadi vaksin membentuk kekebalan/imunitas sebelum terpapar. Tidak benar cairan vaksin Covid-19 itu menyerang dan menginfeksi lambung,” kata Eva lewat pesan singkat kepada Tempo, Kamis, 28 Maret 2024.
Menurut epidemiolog Dicky Budiman, keluhan pada lambung bisa saja merupakan dampak lanjut infeksi Covid-19 berulang atau risiko long covid. Infeksi covid bisa terjadi pada berbagai organ tubuh.
“Namun untuk memastikannya, tentu perlu pemeriksaan intensif oleh ahli. Yang terpenting lakukan perilaku hidup sehat dan bersih. Dan jangan lupa booster immune dengan vaksinasi, terutama bagi yang rentan,” kata Dicky melalui pesan singkat, kemarin.
Dikutip dari situs Centers for Disease Control and Prevention bahwa penelitian menunjukkan orang yang tertular Covid-19 setelah vaksinasi lebih kecil kemungkinannya untuk melaporkan Long Covid-19 –istilah untuk menyebut dampak lanjutan setelah terinfeksi virus penyebab penyakit Covid-19, dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi. Meskipun Long Covid tampaknya lebih jarang terjadi pada anak-anak dan remaja dibandingkan pada orang dewasa, efek jangka panjang setelah COVID-19 memang terjadi pada anak-anak dan remaja.
Mantan Ketua Satgas Covid-19 IDI, Prof Dr dr Zubairi Djoerban SpPD-KHOM menyampaikan, pada sebuah laporan penelitian, ada beberapa orang yang melaporkan timbulnya gejala GERD, seperti mulas selama atau setelah terjangkit Covid-19.
“Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) terjadi ketika asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan yang menyebabkan sering mengalami mulas, regurgitasi atau nyeri. Ada kemungkinan Covid-19 berkontribusi terhadap GERD karena dapat menimbulkan gejala pencernaan,” ungkap Zubairi lewat pesan singkat.
National Library of Medicine melansir bahwa Covid-19 utamanya menyerang sistem pernapasan. Namun dapat berdampak pada sistem organ lain, khususnya sistem pencernaan. Pada penelitian yang melibatkan 561 pasien Covid-19, hasilnya hampir 40% pasien mengalami gejala gastrointestinal, terutama kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan diare. Namun, adanya gejala gastrointestinal tidak dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk seperti angka kematian, masuk ICU, lama rawat inap di rumah sakit, dan peningkatan intubasi mekanis pada pasien Covid-19.
Kesimpulan
Hasil verifikasi Tempo, klaim vaksin Covid-19 menyebabkan penyakit pada lambung adalah keliru.
Sebaliknya, vaksin membentuk kekebalan tubuh dari virus penyebab Covid-19. Terinfeksi virus Covid-19 bisa berdampak pada sistem organ pencernaan.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02Fv46AkDtUeFbQLcnDS4ffZCfzo4dTJ9EhsUGTZHRFhreHD1im7aihdeCouwNairFl&id=100095282747900&_rdc=1&_rdr
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/long-term-effects/index.html
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10167716/
- https://wa.me/6281315777057 mailto:cekfakta@tempo.co.id
[SALAH] World Economic Forum Membuat Mata Uang Digital Global yang Melacak Semua Kegiatan Penggunanya
Sumber: TwitterTanggal publish: 08/04/2024
Berita
(Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
“WEF baru saja mengkonfirmasi CBDC global. Mereka mengakui bahwa mereka akan melacak apa yang Anda makan, perjalanan Anda, dengan siapa Anda berbicara, dan segala hal lain yang Anda lakukan dalam hidup. Tapi tentu saja mereka melakukan ini untuk menyelamatkan kita dari ‘darurat iklim’”.
“WEF baru saja mengkonfirmasi CBDC global. Mereka mengakui bahwa mereka akan melacak apa yang Anda makan, perjalanan Anda, dengan siapa Anda berbicara, dan segala hal lain yang Anda lakukan dalam hidup. Tapi tentu saja mereka melakukan ini untuk menyelamatkan kita dari ‘darurat iklim’”.
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter bercentang biru @LayahHeilpern mengunggah video cuplikan salah satu diskusi di World Economic Forum, yang diklaim sebagai pemberitahuan bahwa WEF akan meluncurkan CBDC (Central Bank Digital Currency) yang dapat melacak semua kegiatan penggunanya. @LayahHeilpern juga menambahkan bahwa alat ini tentu saja akan diklaim sebagai penyelamat masyarakat akan ‘darurat iklim’. Cuitan dan video yang diunggah pada 16 Januari tersebut telah disukai 8,850 orang, dikutip dan dibagikan ulang hampir 5,000 kali, serta telah dilihat 1,2 juta kali.
Berdasarkan hasil penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Video lengkap dari forum WEF tersebut telah diunggah di akun YouTube resmi World Economic Forum yang berjudul “Strategic Outlook: Responsible Consumption”. Pada menit ke 29:45, terlihat video dengan pembicara Eksekutif Teknologi dan Presiden dari Alibaba Group, J. Michael Evans, sama seperti pembicara di cuplikan video yang diunggah @LayahHeilpern.
J. Michael Evans berbicara mengenai teknologi yang melacak ‘carbon footprint trackers’. Teknologi ini, menurut J. Michael Evans, akan diproduksi oleh Alibaba yang bertujuan untuk memotivasi masyarakat dalam menerapkan perilaku yang eco-friendly.
Tidak hanya itu, melansir dari salah satu artikel Alizila yang berjudul “Alibaba Launches Carbon Ledger to Drive Eco-Friendly Consumer Behavior”, dijelaskan bahwa teknologi ‘carbon footprint trackers’ tersebut akan memberikan beberapa keuntungan bagi penggunanya yang memiliki ‘carbon footprints’ rendah, yang dibuktikan dengan alat perekam tersebut.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @LayahHeilpern merupakan konten yang menyesatkan.
Berdasarkan hasil penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Video lengkap dari forum WEF tersebut telah diunggah di akun YouTube resmi World Economic Forum yang berjudul “Strategic Outlook: Responsible Consumption”. Pada menit ke 29:45, terlihat video dengan pembicara Eksekutif Teknologi dan Presiden dari Alibaba Group, J. Michael Evans, sama seperti pembicara di cuplikan video yang diunggah @LayahHeilpern.
J. Michael Evans berbicara mengenai teknologi yang melacak ‘carbon footprint trackers’. Teknologi ini, menurut J. Michael Evans, akan diproduksi oleh Alibaba yang bertujuan untuk memotivasi masyarakat dalam menerapkan perilaku yang eco-friendly.
Tidak hanya itu, melansir dari salah satu artikel Alizila yang berjudul “Alibaba Launches Carbon Ledger to Drive Eco-Friendly Consumer Behavior”, dijelaskan bahwa teknologi ‘carbon footprint trackers’ tersebut akan memberikan beberapa keuntungan bagi penggunanya yang memiliki ‘carbon footprints’ rendah, yang dibuktikan dengan alat perekam tersebut.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @LayahHeilpern merupakan konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Konten yang menyesatkan. Mata Uang Digital atau “Central Bank Digital Currency Tracker” yang dimaksud WEF digunakan untuk mengukur jejak karbon yang dihasilkan oleh masyarakat ketika berkegiatan, serta untuk mempromosikan gaya hidup minim jejak karbon, bukan sebagai alat pelacak yang melanggar privasi penggunanya.
Rujukan
[SALAH] Presiden Vladimir Putin: “Yesus Berkulit Hitam dan Semua Pengikut-Nya Berkulit Hitam”
Sumber: TwitterTanggal publish: 08/04/2024
Berita
(Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):
“Saudara Vladimir Putin baru saja mengumumkan kepada negaranya dan dunia bahwa Yesus berkulit hitam dan para ahli Alkitab semuanya berkulit hitam. Dia memberi tahu negaranya bahwa kami sekarang melayani Yesus yang berkulit hitam. #BlackTwitter #ados #fba #israelites #blackjesus #IsraeliNewNazism #freepalestine”.
“Saudara Vladimir Putin baru saja mengumumkan kepada negaranya dan dunia bahwa Yesus berkulit hitam dan para ahli Alkitab semuanya berkulit hitam. Dia memberi tahu negaranya bahwa kami sekarang melayani Yesus yang berkulit hitam. #BlackTwitter #ados #fba #israelites #blackjesus #IsraeliNewNazism #freepalestine”.
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter @MADDIMADD7 mengunggah cuplikan video Vladimir Putin yang disertai dengan pengisi suara Bahasa Inggris. Pada video tersebut terlihat bahwa Presiden Putin mengatakan Yesus berkulit hitam, begitu juga dengan semua pengikut-Nya. @MADDIMADD7 menambahkan komentar bahwa Vladimir Putin memberi tahu negaranya bahwa mereka sekarang melayani Yesus yang berkulit hitam. Cuitan dan video yang diunggah pada 24 Maret tersebut telah disukai 78 orang, dikutip dan dibagikan ulang hampir 50 kali, serta telah dilihat lebih dari 12,000 kali.
Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Pemerintah Rusia telah mengunggah salinan pidato Putin dalam Bahasa Inggris pada situs resmi mereka. Melansir dari salinan di situs tersebut yang berjudul “New Year Address to the Nation”, pidato Putin itu berisi ucapan selamat merayakan tahun baru oleh Putin kepada warga Rusia, tidak ada penyebutan mengenai Yesus ataupun warna kulit hitam sama sekali.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @MADDIMADD7 merupakan konten yang menyesatkan.
Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Pemerintah Rusia telah mengunggah salinan pidato Putin dalam Bahasa Inggris pada situs resmi mereka. Melansir dari salinan di situs tersebut yang berjudul “New Year Address to the Nation”, pidato Putin itu berisi ucapan selamat merayakan tahun baru oleh Putin kepada warga Rusia, tidak ada penyebutan mengenai Yesus ataupun warna kulit hitam sama sekali.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @MADDIMADD7 merupakan konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Konten yang menyesatkan. Pengisi suara berbahasa Inggris di video tersebut tidak menerjemahkan pidato Vladimir Putin secara harfiah, serta pada video asli berbahasa Rusia.
Rujukan
Halaman: 2220/6706