• Cek Fakta: Gibran Klaim Dana Desa Menurunkan Angka Desa Tertinggal

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Gibran Rakabumi Raka Calon Wakil Presiden nomor urut 2 pada debat keempat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Minggu (21/1/2024) mengatakan, Dana Desa terbukti menurunkan angka desa tertinggal dan meningkatkan angka desa berkembang dan mandiri.

    “Anggaran Dana Desa sudah terbukti menurunkan angka desa tertinggal dan meningkatkan angka desa berkembang dan mandiri. Oleh karena itu anggaran desa akan ditingkatkan,” kata Gibran.

    Hasil Cek Fakta

    Masitoh Nur Rohma dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia yang tergabung dalam panel ahli “Live Fact Checking Debat Cawapres” menyampaikan, berdasarkan data BPS pada tahun 2021 mencatat jumlah desa tertinggal mengalami penurunan sebanyak 20.432 pada tahun 2014, dan menjadi 13.232 pada tahun 2018.

    Perlu diketahui, program Dana Desa sebagai telah dilaksanakan sejak tahun 2015 melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

    Udiana Puspa Dewi Researcher University Of Queensland mengatakan, meskipun dana desa telah membantu menurunkan jumlah desa tertinggal, belum ada alat ukur yang akurat untuk mengukur hubungan ketersaluran dana dan tingkat angka kemiskinan suatu desa.

    Dalam studi di desa-desa Nusa Tenggara Timur, terbukti keterserapan dana desa masih rendah dan minimnya kesiapan pemerintah desa untuk menggunakan data yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi prioritas nasional di level perangkat desa dan masyarakat desa dari pemerintah pusat.(iss)

    Kesimpulan

    Masitoh Nur Rohma dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia yang tergabung dalam panel ahli “Live Fact Checking Debat Cawapres” menyampaikan, berdasarkan data BPS pada tahun 2021 mencatat jumlah desa tertinggal mengalami penurunan sebanyak 20.432 pada tahun 2014, dan menjadi 13.232 pada tahun 2018.

    Rujukan

  • Gibran Sebut 1,5 Juta Ha Hutan Adat Sudah Diakui, Ini Faktanya

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming, menuturkan, ada 1,5 juta hektare hutan adat yang kini sudah diakui. Dia mengeklaim, jumlah hutan adat itu bertambah usai diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) 28 Tahun 2023. "RUU masyarakat hukum adat ini masih kita usahakan untuk didorong. Sekarang juga sudah ada Perpres 28 tahun 2023 ini. Sudah ada 1,5 juta hektar hutan adat yang sudah diakui," kata Gibran saat debat keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Minggu (21/1/2024).

    Hasil Cek Fakta

    Sementara itu, berdasarkan pernyataan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK, Bambang Supriyanto, menyampaikan, sejak tahun 2016 hingga 2023, pemerintah Indonesia telah menetapkan 131 surat keterangan (SK) hutan adat yang tersebar di 18 provinsi dan 40 kabupaten dengan total luas sekitar 244.195 hektar.

    Pada 2023, ada tambahan 23 hutan adat dengan luas 90.873 hektar, dengan luas indikatif hutan adat seluas 836.141 hektar yang tersebar di 16 provinsi. Berdasarkan penambahan tersebut, hutan adat yang diakui hanya berjumlah 1.171.209 hektare alias tidak mencapai 1,5 juta hektare seperti pernyataan Gibran.

    Kesimpulan

    Pada 2023 hutan adat yang diakui hanya berjumlah 1.171.209 hektare alias tidak mencapai 1,5 juta hektare seperti pernyataan Gibran.

    Rujukan

    • Tirto.id
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • CEK FAKTA: Mahfud MD Sebut Program Food Estate Jokowi Gagal, Benarkah?

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 03 Mahfud MD mengatakan program Food Estate yang dicanangkan pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah gagal.

    Bahkan food estate juga merusak lingkungan.

    Hal ini disampaikan Mahfud dalam debat keempat Pilpres 2024 bertema 'Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam dan Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa' di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).

    "Tetapi saya tidak melihat pemerintah melakukan langkah-langkah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Maka kami punya program petani, di laut jaya, nelayan sejahtera. jangan seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita," kata Mahfud.

    Hasil Cek Fakta

    Program Food Estate atau lumbung pangan diluncurkan oleh Presiden Jokowi dalam skala besar di mana sebagian besar merupakan hutan adat, ditandai untuk dikonversi sebagian besar untuk sawah dan singkong.

    Menteri Pertahanan yang juga Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan dan sejumlah menteri menjadi penanggung jawab untuk membantu program lumbung pangan.

    Berdasarkan dokumen Greenpeace, Food Estate dianggap menjadi pemicu permasalahan baru terhadap terjadinya kerusakan lingkungan di Indonesia.

    Hal ini didasarkan pada studi lapang Greenpeace yang menyatakan kondisi mengerikan di berbagai lokasi ekspansi lumbung pangan yang mengakibatkan kerusakan hutan, lahan gambut, dan wilayah adat di Kalimantan dan Papua.

    Jika asumsi Food Estate adalah peningkatan produksi beras, maka sejak tahun 2018-2023 produksi beras terus berkurang.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras dari tahun ke tahun yakni 59 juta ton pada tahun 2018, 54,6 juta ton pada tahun 2019, 54,6 juta ton pada tahun 2020, 54,41 juta ton pada tahun 2021, 54,74 juta ton pada tahun 2022, dan 53,6 juta ton pada tahun 2023.

    Adapun program lumbung pangan yang dilaksanakan mulai 2021 di Gunung Mas dengan luas 31.000 hektare berupa hutan produksi dengan komoditas singkong dan gandum dinyatakan gagal.

    Faktor yang menyebabkan kegagalan adalah belum ada skema terkait pembebasan lahan kepemilikan masyarakat, perencanaan program perkebunan singkong masih belum optimal, kurangnya informasi dan tidak ada kajian terkait lingkungan yang komprehensif, tidak ada koordinasi antara Kementerian Pertahanan, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura, dan Peternkan Provinsi Kalimantan Tengah.

    Kemudian program Food Estate di Humbang Hasundutan, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, dan Pakpak Bharat, Sumatera Utara dengan luas 30.000 hektare pada tahun 2021, lahan agrikultural untuk komoditas bawang merah dan bawang putih juga dinyatakan gagal.

    Salah satu penyebabnya adalah kondisi aksesibilitas menuju kawasan Food Estate curam dan masih berbahaya terutama saat musim hujan, tidak melibatkan petani dalam proses pengembangan, dan masih ada persoalan lahan milik warga.

    Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras selama tahun 2023 mencapai 3,06 juta ton atau melambung 613,61 persen dari tahun 2022 yang hanya 429 ribu ton.

    Komposisi impor beras Indonesia di tahun 2023 didominasi oleh semi-milled or wholly milled rice dengan volume mencapai 2,7 juta ton atau 88,18 persen dari total keseluruhan impor beras tahun 2023.

    Kesimpulan

    Berdasarkan dokumen Greenpeace, Food Estate dianggap menjadi pemicu permasalahan baru terhadap terjadinya kerusakan lingkungan di Indonesia.

    Rujukan

  • Cak Imin Sebut Anggaran Krisis Iklim Masih Rendah, Ini Faktanya Baca selengkapnya di artikel "Cak Imin Sebut Anggaran Krisis Iklim Masih Rendah, Ini Faktanya", https://tirto.id/gUJa

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/01/2024

    Berita

    Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyebutkan anggaran pemerintah untuk mengatasi krisis iklim masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan anggaran di sektor-sektor lain. Padahal, menurut Cak Imin, krisis iklim dan bencana ekologis kerap terjadi di Indonesia. Namun, pemerintah saat ini tidak serius menanganinya. “Kita ditunjukkan anggaran mengatasi krisis iklim jauh di bawah anggaran sektor-sektor lainnya," kata Imin saat debat keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Minggu (21/1/2024).

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan data World Bank pada 2022, alokasi anggaran penanganan perubahan iklim dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) memang tergolong kecil, jika dibandingkan dengan kebutuhan sesuai target Nationally Determined Contribution (NDC).

    Sementara itu, target NDC sendiri, Indonesia akan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030. Kemudian, jika dibantu negara lain, Indonesia berjanji menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 41 persen.

    Dilansir dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), untuk mencapai target tersebut, Indonesia membutuhkan pendanaan rata-rata dalam setahun sebesar Rp266,3 triliun sampai dengan 2030.

    Sementara, rata-rata alokasi anggaran dalam APBN untuk krisis iklim dalam kurun 2020-2022 hanya sekitar Rp37,9 triliun.

    Kesimpulan

    Berdasarkan data World Bank pada 2022, alokasi anggaran penanganan perubahan iklim dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) memang tergolong kecil, jika dibandingkan dengan kebutuhan sesuai target Nationally Determined Contribution (NDC).

    Rujukan

    • Tirto.id
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini