Assalamualaikum Wr Wb
Bpk/ibu Ketua Rt dan Rw, Mohon di informasikan ke warga, saudara.
Keluarga dan kenalan anda!!!
Baru saja mendapat pesan. Sebuah peringatan!!!
Sekarang ada yang baru dan sedang terjadi. Orang datang dari pintu ke pintu dan membagikan masker. Mereka mengatakan: “Ini ada pembagian masker dari pemerintah”(hal itu tidak benar)
Mereka meminta anda mengenakan masker untuk difoto/dilihat apakah masker tersebut cocok untuk anda. (Sebagai laporan kalo sudah sampai alamat)masker yang sudah diberi bius dan mereka merampok!! Tolong jangan terima masker dari orang asing. Ingat, teman-teman, ini adalah waktu yang kritis, orang-orang putus asa, tingkat kejahatan meningkat selama pandemi Covid-19.
Harap berhati-hati!! Setidaknya informasi ini bisa berguna dan bermanfaat, mohon maaf apabila ada salah kata🙏🙏🙏
Apakah benar ada yang membagikan masker yang sudah diberi bius, lalu merampok? 🙏🙏🙏
[SALAH] Pembagian Masker Gratis Dicampur Bius
Sumber: Whatsapp.comTanggal publish: 15/09/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Beredar imbauan berupa pesan Whatsapp yang memberitahukan bahwa ada sekelompok orang membagikan masker gratis untuk warga yang telah diberi bius sebagai modus kejahatan.
Modus yang dilancarkan adalah meminta warga memakai maskernya untuk difoto sebagai bukti bahwa masker sampai pada alamat yang dituju. Kemudian pelaku akan memanfaatkan situasi tersebut untuk merampok rumah korban.
Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, Polda Metro Jaya menyatakan pesan tersebut adalah hoaks atau tidak benar.
“Iya lah itu informasinya hoaks,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus.
Berdasar pada referensi, pesan Whatsapp yang menyebutkan adanya pemberian masker yang dicampuri obat bius ini diKategorikan sebagai Konten Palsu. Hal ini dikarenakan narasi dalam pesan tersebut tidak benar adanya.
Modus yang dilancarkan adalah meminta warga memakai maskernya untuk difoto sebagai bukti bahwa masker sampai pada alamat yang dituju. Kemudian pelaku akan memanfaatkan situasi tersebut untuk merampok rumah korban.
Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, Polda Metro Jaya menyatakan pesan tersebut adalah hoaks atau tidak benar.
“Iya lah itu informasinya hoaks,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus.
Berdasar pada referensi, pesan Whatsapp yang menyebutkan adanya pemberian masker yang dicampuri obat bius ini diKategorikan sebagai Konten Palsu. Hal ini dikarenakan narasi dalam pesan tersebut tidak benar adanya.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Rahmi Kania Dewi (Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta)
Narasi yang salah. Polda Metro Jaya menyatakan informasi tersebut palsu alias hoaks.
Narasi yang salah. Polda Metro Jaya menyatakan informasi tersebut palsu alias hoaks.
Rujukan
[SALAH] Foto “ANIES DAPAT PIALA JUARA SATU DALAM CORONA”
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 15/09/2020
Berita
Akun Erfan Putnama (fb.com/erfan.putnama) mengunggah sebuah gambar dengan narasi sebagai berikut:
“ANIES DAPAT PIALA JUARA SATU DALAM CORONA HIDUPLAH JAJARTA JADI GUBERNUR GEMBEL DAN TERJOROK KUMUH”
Foto yang diunggah menampilkan Anies memegang sebuah piala, kemudia terdapat tulisan “JAKARTA JUARA 1 CORONA”.
“ANIES DAPAT PIALA JUARA SATU DALAM CORONA HIDUPLAH JAJARTA JADI GUBERNUR GEMBEL DAN TERJOROK KUMUH”
Foto yang diunggah menampilkan Anies memegang sebuah piala, kemudia terdapat tulisan “JAKARTA JUARA 1 CORONA”.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya foto Gubernur DK Jakarta, Anies Baswedan yang mendapat piala juara satu corona adalah klaim yang salah.
Faktanya, bukan piala juara satu corona. Di foto itu, Anies Baswedan memegang piala reksa bahasa dalam acara penghargaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud pada Senin, 10 Desember 2018.
Foto asli, salah satunya dimuat di artikel berjudul “Seabrek Penghargaan Anies Baswedan yang Sepi Pemberitaan” di situs Replubika pada Rabu 19 Desember 2018.
Foto itu diberi keterangan “Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dadang Suhendar(kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) menunjukan piala reksa bahasa dalam acara penghargaan a Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di Jakarta, Senin (10/12).”
Dikutip dari Liputan6, penghargaan tersebut karena keikutsertaan Anies dalam mengembangkan bahasa Indonesia. Seperti halnya sebutan pengintegrasian transportasi di Jakarta atau Jak Lingko ataupun Moda Raya Terpadu (MRT) untuk Mass Rapid Transit.
Faktanya, bukan piala juara satu corona. Di foto itu, Anies Baswedan memegang piala reksa bahasa dalam acara penghargaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud pada Senin, 10 Desember 2018.
Foto asli, salah satunya dimuat di artikel berjudul “Seabrek Penghargaan Anies Baswedan yang Sepi Pemberitaan” di situs Replubika pada Rabu 19 Desember 2018.
Foto itu diberi keterangan “Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dadang Suhendar(kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) menunjukan piala reksa bahasa dalam acara penghargaan a Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di Jakarta, Senin (10/12).”
Dikutip dari Liputan6, penghargaan tersebut karena keikutsertaan Anies dalam mengembangkan bahasa Indonesia. Seperti halnya sebutan pengintegrasian transportasi di Jakarta atau Jak Lingko ataupun Moda Raya Terpadu (MRT) untuk Mass Rapid Transit.
Kesimpulan
Bukan piala juara satu corona. Di foto itu, Anies Baswedan memegang piala reksa bahasa dalam acara penghargaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud pada Senin, 10 Desember 2018.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4355226/cek-fakta-tidak-benar-dalam-foto-ini-anies-mendapat-piala-juara-satu-corona
- https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/pjz0au282/emseabrekem-penghargaan-anies-baswedan-yang-sepi-pemberitaan
- https://www.liputan6.com/news/read/3803472/gunakan-istilah-indonesia-anies-terima-penghargaan-reksa-bahasa
[SALAH] Video Teknik Menahan Napas Untuk Deteksi Covid-19
Sumber: WhatsApp.comTanggal publish: 14/09/2020
Berita
“Jika anda dapat menahan nafas hingga titik merah berpindah dari A ke B anda saat ini bebas COVID-19. Tes sederhana versi uji coba gratis membantu menyelamatkan hidup. Tunggu titik merah berpindah ke A sebelum mulai menahan nafas”.
Jika anda dpt menahan nafas dr A ke B anda saat ini bebas covid 19. Ini tes sederhana utk me ngetahui kita terenfeksi covid 19 atau tdk versi uji coba gratis tanpa biaya. Tunggu sampai ttk merah berada di A baru menahan nafas. Silahkan dicoba 🙏
lambung corona
Jika anda dpt menahan nafas dr A ke B anda saat ini bebas covid 19. Ini tes sederhana utk me ngetahui kita terenfeksi covid 19 atau tdk versi uji coba gratis tanpa biaya. Tunggu sampai ttk merah berada di A baru menahan nafas. Silahkan dicoba 🙏
lambung corona
Hasil Cek Fakta
Beredar pada pesan berantai whatsapp sebuah informasi berupa video dengan klaim tes teknik menahan napas untuk mengidentifikasi apakah seseorang terpapar covid-19 atau tidak.
Video disertai keterangan dalam bahasa India yang berarti: “Jika Anda dapat menahan napas sampai titik merah bergerak dari A ke B maka Anda resisten terhadap penyakit. Tes sederhana Covid.”
Dalam video terdapat gambar kotak dengan keterangan di sebelah kiri kotak bertuliskan “ambil napas” dan di sebelah kanan kotak “embuskan napas.”
Berdasarkan penelusuran, dilansir dari factcheck.afp.com, badan kesehatan dunia WHO mengatakan bahwa teknik dalam video itu tidak menyatakan seseorang mengidap Covid-19.
“Tampaknya ini adalah aplikasi sederhana yang mengukur waktu dan bukan aliran udara. Orang dengan penyakit paru-paru (dari merokok, polusi, asma, COPD atau infeksi paru, termasuk tetapi tentu saja tidak terbatas pada Covid-19) akan lebih sulit melakukannya. Tampaknya tidak berbahaya, tetapi tidak terlalu informatif, ukuran kasar dari fungsi paru-paru,” kata WHO kepada AFP Fact Check.
Dr Amba Lal Salve, pengawas medis di Rumah Sakit Ananta, mengatakan bahwa Ananta Hospital tidak berada di balik pesan video itu, termasuk nomor telepon dan harga tes Covid-19.
Untuk mendiagnosis virus corona, masyarakat dianjurkan untuk melakukan tes PCR di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), yang sudah diakreditasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hasil dari tes tersebut akurat dan terpercaya, serta dapat diketahui dalam waktu kurang dari 12 jam sejak sampel diterima.
Polymerase chain reaction (PCR) atau yang kadang disebut sebagai “fotokopi molekuler” adalah teknik yang digunakan untuk memperkuat salinan segmen kecil DNA. Hal ini karena untuk dapat melakukan analisis molekuler dan genetik, diperlukan sejumlah besar sampel DNA. Setelah diperkuat, DNA yang dihasilkan oleh PCR dapat digunakan dalam berbagai prosedur laboratorium yang berbeda, salah satunya adalah untuk mendeteksi virus.
Video disertai keterangan dalam bahasa India yang berarti: “Jika Anda dapat menahan napas sampai titik merah bergerak dari A ke B maka Anda resisten terhadap penyakit. Tes sederhana Covid.”
Dalam video terdapat gambar kotak dengan keterangan di sebelah kiri kotak bertuliskan “ambil napas” dan di sebelah kanan kotak “embuskan napas.”
Berdasarkan penelusuran, dilansir dari factcheck.afp.com, badan kesehatan dunia WHO mengatakan bahwa teknik dalam video itu tidak menyatakan seseorang mengidap Covid-19.
“Tampaknya ini adalah aplikasi sederhana yang mengukur waktu dan bukan aliran udara. Orang dengan penyakit paru-paru (dari merokok, polusi, asma, COPD atau infeksi paru, termasuk tetapi tentu saja tidak terbatas pada Covid-19) akan lebih sulit melakukannya. Tampaknya tidak berbahaya, tetapi tidak terlalu informatif, ukuran kasar dari fungsi paru-paru,” kata WHO kepada AFP Fact Check.
Dr Amba Lal Salve, pengawas medis di Rumah Sakit Ananta, mengatakan bahwa Ananta Hospital tidak berada di balik pesan video itu, termasuk nomor telepon dan harga tes Covid-19.
Untuk mendiagnosis virus corona, masyarakat dianjurkan untuk melakukan tes PCR di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), yang sudah diakreditasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hasil dari tes tersebut akurat dan terpercaya, serta dapat diketahui dalam waktu kurang dari 12 jam sejak sampel diterima.
Polymerase chain reaction (PCR) atau yang kadang disebut sebagai “fotokopi molekuler” adalah teknik yang digunakan untuk memperkuat salinan segmen kecil DNA. Hal ini karena untuk dapat melakukan analisis molekuler dan genetik, diperlukan sejumlah besar sampel DNA. Setelah diperkuat, DNA yang dihasilkan oleh PCR dapat digunakan dalam berbagai prosedur laboratorium yang berbeda, salah satunya adalah untuk mendeteksi virus.
Kesimpulan
Klaim video yang bisa menganalisa adanya covid-19 di tubuh kita hanya melalui tes menahan napas adalah tidak benar. badan kesehatan dunia WHO mengatakan bahwa teknik dalam video itu tidak menyatakan seseorang mengidap Covid-19.
Rujukan
- https://factcheck.afp.com/experts-dismiss-claim-holding-your-breath-helps-test-covid-19
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/13/182159065/hoaks-video-teknik-tahan-napas-untuk-deteksi-covid-19?page=all
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4351530/cek-fakta-tidak-benar-video-tes-menahan-napas-bisa-membantu-analisa-covid-19
- https://www.halodoc.com/artikel/tes-diagnosis-corona-bukan-tahan-napas-10-detik
[SALAH] Ibunda Cak Nun Meninggal Dunia
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 14/09/2020
Berita
“Ibunda cak nun meninggal dunia malam ini ,dan di makam kan mlm ini di sumo bito jombang, innalillahi wainnailahirojiun ,semoga di ampuni dosa nya dan diterima amal ibadah nya dan husnul khotimah aamiin”
Hasil Cek Fakta
Beredar di media sosial perihal ucapan belasungkawa atas meninggalnya ibunda Cak Nun yang disertai foto dirinya bersama seorang perempuan lanjut usia. Dalam narasi yang beredar perempuan tersebut meninggal kemarin malam dan dimakamkan di sumo bito jombang.
Berdasarkan penelusuran, Klaim bahwa wanita lanjut usia yang ada dalam foto tersebut adalah ibunda dari Cak Nun adalah salah. Dilansir dari kabarjombang.com, diketahui bahwa Chalimah, ibunda Cak Nun telah meninggal 8 tahun yang lalu.
Sementara itu, perempuan paruh baya di foto tersebut adalah Mamak Cammana, pegiat kebudayaan asal Sulawesi, Demikian dikatakan adik kandung Cak Nur, Nasrul Ilahi.
“Teman-taman jemaah maiyah memang memanggil beliau ibunda. Beliau meninggal awal September, sama dengan bulan meninggalnya ibu. Jadi banyak yang salah informasi,” kata Nasrul Ilahi, Sabtu (12/9/2020).
Mamak Cammana, pria yang biasa dipanggil Cak Nas itu menuturkan, adalah Parrawana Towaine (penabuh rebana perempuan) dalam seni tradisional Mandar. Dia sering berproses bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng.
“Beliau memang seniman yang kerap tampil di panggung nasional. Sering bersama Emha Ainun Najib atau Cak Nun dan grup Kiai Kanjeng,” jelas Cak Nas.
Mamak Camma meninggal di Sulawesi pada Senin (7/9/2020) sekitar pukul 15.15 WITA.
Sekedar informasi, dilansir dari Wikipedia.org, Cak Nun merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Lahir dari pasangan Muhammad Abdul Latief dan Chalimah. Ayahnya adalah petani dan tokoh agama (kyai) yang sangat dihormati masyarakat Desa Menturo, Sumobito, Jombang.
Berdasarkan penelusuran, Klaim bahwa wanita lanjut usia yang ada dalam foto tersebut adalah ibunda dari Cak Nun adalah salah. Dilansir dari kabarjombang.com, diketahui bahwa Chalimah, ibunda Cak Nun telah meninggal 8 tahun yang lalu.
Sementara itu, perempuan paruh baya di foto tersebut adalah Mamak Cammana, pegiat kebudayaan asal Sulawesi, Demikian dikatakan adik kandung Cak Nur, Nasrul Ilahi.
“Teman-taman jemaah maiyah memang memanggil beliau ibunda. Beliau meninggal awal September, sama dengan bulan meninggalnya ibu. Jadi banyak yang salah informasi,” kata Nasrul Ilahi, Sabtu (12/9/2020).
Mamak Cammana, pria yang biasa dipanggil Cak Nas itu menuturkan, adalah Parrawana Towaine (penabuh rebana perempuan) dalam seni tradisional Mandar. Dia sering berproses bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng.
“Beliau memang seniman yang kerap tampil di panggung nasional. Sering bersama Emha Ainun Najib atau Cak Nun dan grup Kiai Kanjeng,” jelas Cak Nas.
Mamak Camma meninggal di Sulawesi pada Senin (7/9/2020) sekitar pukul 15.15 WITA.
Sekedar informasi, dilansir dari Wikipedia.org, Cak Nun merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Lahir dari pasangan Muhammad Abdul Latief dan Chalimah. Ayahnya adalah petani dan tokoh agama (kyai) yang sangat dihormati masyarakat Desa Menturo, Sumobito, Jombang.
Kesimpulan
Bukan Ibunda Cak Nun. Sebab, Chalimah, ibunda Cak Nun telah meninggal 8 tahun yang lalu. Adapun perempuan lansia bersama Cak Nun tersebut adalah Mamak Cammana, pegiat kebudayaan asal Sulawesi.
Rujukan
- https://kabarjombang.com/hoaks-ibunda-cak-nun-meninggal-cak-nas-itu-mamak-cammana/
- https://kominfo.go.id/content/detail/29362/disinformasi-ibunda-cak-nun-meninggal/0/laporan_isu_hoaks
- https://id.wikipedia.org/wiki/Emha_Ainun_Nadjib
- https://www.solopos.com/ibunda-emha-ainun-nadjib-meninggal-dunia-323952
Halaman: 5463/6682