• [SALAH] “nama negara kita *”I N D O N E S I A”* diberi nama sesuai dgn.Akronim Para *”WALI SONGO “*?”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 02/09/2020

    Berita

    Akun Fahri Petruxs Jamers (fb.com/tyopetruxs.selaluterseyum) mengunggah sebuah gambar dengan narasi yang berisi klaim bahwa nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo.

    1. *I* *Ibrahim Malik*
    _*(Sunan Gresik)*_
    2. *N* *Nawai Macdhum*
    _*(Sunan Bonang)*_
    3. *D* *Dorojatun R Khosim*
    _*(Sunan Drajat)*_
    4. *O* *Oesman R Djafar Sodiq*
    _*(Sunan Kudus)*_
    5. *N* *Ngampel R Rahmat*
    _*(Sunan Ampel)*_
    6. *E* *Eka Syarif Hidayatullah*
    _*(Sunan Gunung Jati)*_
    7. *S* *Syaid Umar*
    _*(Sunan Muria)*_
    8. *I* *Isyhaq Ainul Yaqin*
    _*(Sunan Giri)*_
    9. *A* *Aburahman R Syahid*
    _*(Sunan Kalijaga)*_

    Jumlah huruf *INDONESIA = 9*
    sesuai dgn. jumlah Wali/Alim Ulama dikala itu =
    *WaliSongo*= *9 Wali*

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa nama Indonesia berasal dari akronim inisial para Wali Songo adalah klaim yang keliru.

    Faktanya, menurut para sejarawan, istilah Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Nama yang berasal dari kata “Indus” (Hindia) dan “nesia” (kepulauan). Adapun para Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16, di mana nama Indonesia belum dikenal.

    Dilansir dari Tempo.co, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait klaim tersebut. Selain itu, Tempo menghubungi sejarawan asal Inggris yang fokus pada sejarah modern Indonesia, Peter Carey, serta sejarawan Indonesia, Didi Kwartanada.

    Dilansir dari Okezone.com, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), Agus Sunyoto, nama Indonesia tidak ada kaitannya sama sekali dengan Wali Songo. Menurut dia, nama Indonesia sejatinya berasal dari bahasa Yunani Kuno, “Indo” dan “Nesos”, yang berarti “Hindia” dan “Kepulauan”.

    “Saya rasa itu hanya akal-akalan sejumlah oknum saja. Sudah jelas kok nama negara kita diambil dari bahasa Yunani Kuno. Jadi akronim-akronim itu tidak ada benarnya,” tutur Agus pada 17 Agustus 2018.

    Saat dihubungi, Peter Carey menjelaskan bahwa istilah “Indonesia” ditemukan pada pertengahan abad ke-19, sekitar 1850-an, oleh pengacara Inggris yang berbasis di Pinang, James Richardson Logan (1819-1869), dan koleganya yang ahli geografi, George Windsor Earl (1813-1865).

    Mereka kemudian mempopulerkan nama tersebut dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang diterbitkan di Singapura pada 1847-1863. Istilah itu juga dipopulerkan di Asia sebagai istilah akademik oleh etnografer Jerman, Adolf Philipp Wilhelm Bastian (1826-1905).

    Dikutip dari buku Earl, Logan, and “Indonesia” karya Russell Jones, kaum nasionalis Indonesia menolak nama resmi “Nederlandsch-Indie” (Hindia Belanda). “Dapat dimengerti jika mereka menolak nama ‘Hindia’ (Indie atau Indische). ‘Indonesia’ menjadi sebuah pilihan yang wajar, tidak ambigu dan tidak memiliki asosiasi kolonialis,” ujar Jones.

    Pada saat yang sama, terdapat gerakan menuju adopsi kata “Indonesia” untuk menggambarkan penduduk non-Belanda di Hindia Belanda. Mereka tidak ingin disebut “Belanda”. Mereka pun tidak ingin dikenal dengan nama etnis mereka, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, dan sebagainya. Kata dalam bahasa Belanda, “inlander” (pribumi), pun dihindari karena memiliki arti yang merendahkan.

    Kemudian, muncul gagasan dari Earl tentang nama “Indus-nesia”. “Indus” berarti Hindia, dan “nesia” berarti nusa yang berasal dari kata “nesos”, bahasa Yunani, yang berarti kepulauan. Menurut Jones, baik Earl maupun Logan menjadi yang terdepan dalam mempopulerkan penggunaan istilah “Indonesia” ketimbang “Hindia Belanda” atau “Nusantara”.

    Menurut Peter, nama Indonesia pertama kali digunakan secara politik pada 1920-an. Pada 23 Mei 1920, Indische Sociaal Democratische Vereeeniging (ISDV) atau Perhimpunan Demokratis Sosial Hindia mengubah namanya menjadi Perserikatan Komunis Indonesia Hindia, kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia pada akhir 1920.

    Pada 1922, organisasi pelajar Indonesia di Belanda yang berdiri pada 1908, Indische Vereeniging, juga berganti nama menjadi Perhimpoenan Indonesia. Menurut Jones, Mohammad Hatta pernah menulis artikel pada 1929 yang menyebut, “Dengan semangat yang tak kenal lelah, sejak 1918, kami telah menjalankan propaganda untuk ‘Indonesia’ sebagai nama tanah air kami.”

    Peter menuturkan, sebelum populernya nama Indonesia, perairan di sekitar kepulauan dan Pulau Jawa dikenal oleh para navigator Cina, India, dan Arab sebagai “Nan-hai”, atau pulau-pulau di laut selatan; Dwipantara, atau pulau luar; dan Jazair al-Jawi, atau Pulau Jawa. Sebelum abad ke-15, dikenal istilah Suvarnabhumi, atau pulau emas dalam bahasa Sansekerta, untuk menggambarkan Semenanjung Melayu dan Sumatera.

    Penjelasan serupa dilontarkan oleh Didi Kwartanda. Menurut Didi, nama Indonesia baru digagas baru pada abad ke-19. “Kemudian, founding father kita membaca buku dan jurnal yang memuat tulisan-tulisan Earl dan Bastian. Jadi, di masa Wali Songo, belum ada nama Indonesia,” ujar Didi.

    Seperti diketahui, menurut berbagai sumber, Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) wafat pada 1419. Sunan Ampel (Raden Rahmat) wafat pada 1481. Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) wafat pada 1525. Sunan Drajat (Raden Qasim) wafat sekitar 1522.

    Kemudian, Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan) wafat pada 1550-an. Sunan Giri (Raden Paku) wafat pada abad ke-16. Sunan Kalijaga (Raden Said) wafat pada abad ke-15. Sunan Muria (Raden Umar Said) wafat pada 1551. Adapun Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) wafat pada 1570-an.

    Kesimpulan

    Menurut para sejarawan, istilah Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Nama yang berasal dari kata “Indus” (Hindia) dan “nesia” (kepulauan). Adapun para Wali Songo hidup pada abad ke-15 hingga ke-16, di mana nama Indonesia belum dikenal.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Video Komplek Perumahan Angker dan Rawan Rampok

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 02/09/2020

    Berita

    “gue yakin lo semua bisa liat jelas ada siapa di rumah orange yang terakhir please jelas banget gue sampe cuma bisa ketawa.”

    Hasil Cek Fakta

    Akun Twitter 紅良律桜 (@furisouru) mengunggah narasi dan video dari akun TikTok milik @nabilaziruss yang menyatakan Komplek Bumi Landasan Ulin, Banjarbaru Barat, terlihat angker dan seperti tak berpenghuni pada 28 Agustus 2020. Unggahan tersebut telah dilihat sebanyak 1.2 juta kali serta mendapatkan 34.9 ribu likes, 11 ribu retweets dan 2.1 ribu komentar.

    Berdasarkan hasil penelusuran, dikutip dari portal berita Kalsel Pos, Bhabinkamtibmas Polsek Banjarbaru Barat, Bripka Setiya Pramono membantah unggahan akun tersebut. Menurutnya, komplek tersebut selalu dilakukan Patroli Rutin dengan para warga yang bertempat tinggal disana.

    “Disini ada sekitar 15 sampai 20 Kepala Keluarga, aktivitas warga pun juga masih ada. Jadi video yang menyatakan tidak berpenghuni itu tidak benar,” ucap Bripka Setiya Pramono.

    Ia juga menegaskan, agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan video yang belum tentu kebenarannya.

    “Saya berharap agar masyarakat luas tidak mudah terpengaruh, sebab video itu tidak benar. Karena di kawasan sini ada aktivitas warga nya, dan saya pribadi melakukan Patroli Rutin, serta selalu bersilaturahmi dengan warga,” tambahnnya.

    Sebagai tambahan, Polres Banjarbaru melalui akun Instagram resminya (@polres_banjarbaru) mengkonfirmasi bahwa video TikTok tersebut tidak benar adanya. Dalam narasi unggahan konfirmasi tersebut, pernyataan berupa tulisan yang dimuat dalam video TikTok itu hanya berdasarkan asumsi diri sendiri yang berlebihan. Dikonfirmasi juga bahwa benar ada beberapa rumah yang tidak berpenghuni, namun yang dimasukkan oleh si pembuat video hanya rumah-rumah yang memang tidak berpenghuni, padahal masih terdapat banyak rumah yang berpenghuni di sekitar komplek dan komplek tersebut juga tidak rawan rampok atau banyak hantu.

    Dengan demikian, unggahan akun Twitter 紅良律桜 (@furisouru) dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan. Hal ini dikarenakan komplek perumahan yang diduga tidak berpenghuni dan angker tidak benar adanya.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Renanda Dwina Putri (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia).

    Narasi yang salah. Faktanya, Komplek Perumahan Bumi Landasan Ulin Banjarbaru masih berpenghuni dan tidak angker maupun rawan rampok seperti yang dikonfirmasi oleh Bhabinkamtibmas Polsek Banjarbaru Barat, Bripka Setiya Pramono.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Wapres Amerika Mike Pence meminta umat Islam yang menuntut hukum syariah meninggalkan Amerika”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 02/09/2020

    Berita

    Akun Laksmono Hendro Purwanto (fb.com/elha.p.schwarz) membagikan postingan akun Kesaksian MISI (fb.com/250427832154597) yang berisi klaim sebagai berikut:

    “PIDATO WAPRES AMERIKA MIKE PENCE, SEMUA ORANG MUSLIM YANG BERCITA-CITA MENUNTUT HUKUM SYARIAH UNTUK MENINGGALKAN AMERIKA PADA HARI RABU INI!!
    AMERIKA TIDAK BUTUH MUSLIM FANATIK, JIKA MEREKA DATANG KE AMERIKA MEREKA HARUS MENGHORMATI BUDAYA KAMI DAN BERADAPTASI DENGAN KAMI, BUKAN KAMI BERADAPTASI DENGAN MEREKA!!”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim adanya pidato Wapres Amerika Mike Pence yang meminta muslim yang menuntut hukum syariah meninggalkan Amerika adalah klaim yang salah.

    Faktanya, klaim itu adalah modifikasi dari hoaks serupa yang pernah menimpa mantan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, pada 2011. Baik Pence dan Gillard tidak pernah melontarkan pernyataan seperti narasi yang beredar tersebut.

    Dilansir dari Tempo.co, hoaks soal pidato Pence ini pernah beredar di media sosial Indonesia pada 2017. Tempo mendapatkan dokumentasi penyebaran pidato palsu itu dari situs Detik.com. Pada 25 Januari 2017, Detik menurunkan artikel berjudul “Pidato Wapres AS Hoax, Jangan Disebarkan!”. Artikel tersebut memuat pernyataan analis keamanan siber Alfons Tanujaya bahwa pidato tersebut adalah terjemahan dari hoaks berbahasa Inggris. Sebelumnya, hoaks tersebut menyerang mantan Perdana Menteri Australia Julia Gillard dengan beberapa teks yang telah dimodifikasi.

    Organisasi pemeriksa fakta Amerika, Snopes, mencatat hoaks pidato Gillard tersebut telah beredar sejak 2011. Tiga paragraf pertama pidato palsu yang beredar dalam bahasa Inggris berbunyi:

    “Prime Minister Julia Gillard – Australia
    Muslims who want to live under Islamic Sharia law were told on Wednesday to get out of Australia, as the government targeted radicals in a bid to head off potential terror attacks.
    Separately, Gillard angered some Australian Muslims on Wednesday by saying she supported spy agencies monitoring the nation’s mosques.”

    Faktanya, menurut Snopes, Gillard tidak pernah membuat pernyataan sebagaimana yang termuat dalam pidato tersebut. Beberapa paragraf pertama yang mengklaim “muslim yang ingin hidup di bawah hukum Syariah Islam diminta untuk keluar dari Australia” sebenarnya merujuk pada isi debat politik terkait masalah terorisme domestik di Australia setelah pengeboman London Tube, Inggris, pada Juli 2005. Perdebatan itu terjadi ketika yang menjabat sebagai PM Australia adalah John Howard, bukan Julia Gillard.

    Pada 2020, informasi palsu yang mencatut nama Gillard tersebut kembali beredar, seperti yang didokumentasikan oleh Reuters dalam artikel cek faktanya yang berjudul “Fact check: Anti-immigration remarks wrongly attributed to former Australian PM Julia Gillard”.

    Setelah Gillard, hoaks serupa juga menimpa Wapres Amerika Mike Pence sejak 2017. Hoaks itu menyebar setelah warganet Amerika membagikan ulang cuitan Pence di Twittwe pada 8 Desember 2015 saat ia masih menjabat sebagai Gubernur Indiana. Cuitan tersebut berisi ketidaksetujuan Pence atas pelarangan warga Muslim ke Amerika.

    “Calls to ban Muslims from entering the U.S. are offensive and unconstitutional. — Governor Mike Pence (@GovPenceIN) December 8, 2015”

    Dilansir dari Snopes, cuitan Pence ini beredar setelah Presiden Amerika Donald Trump menandatangani perintah eksekutif berjudul “Perlindungan Bangsa dari Masuknya Teroris Asing ke Amerika Serikat”. Perintah tersebut melarang semua orang dari negara-negara tertentu yang rawan teror memasuki Amerika selama 90 hari dan menangguhkan Program Penerimaan Pengungsi Amerika selama 120 hari sampai program tersebut dipulihkan.

    Negara-negara yang terkena dampak dari kebijakan itu adalah Iran, Irak, Suriah, Sudan, Libya, Yaman dan Somalia, menurut seorang pejabat Gedung Putih. Saat Trump menandatangani perintah tersebut, Pence berdiri di belakangnya dan bertepuk tangan.

    Kesimpulan

    Modifikasi dari hoaks serupa yang pernah menimpa mantan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, pada 2011. Baik Pence dan Gillard tidak pernah melontarkan pernyataan seperti narasi yang beredar tersebut.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Foto Istri Durhaka Menunggu Pengampunan Suami

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 01/09/2020

    Berita

    Akun Facebook Yusniprofilda Parera mengunggah foto yang diklaim sebagai foto istri durhaka kepada suaminya.

    Berikut kutipan narasinya:

    Narasi postingan:

    “RENUNGAN BERSAMA
    Ada Istri yang lupa bahwasannya suami lebih Utama dari Ibunya
    Ada Ibu dan Bapak lupa bahwa anak perempuan mereka perlu mengutamakan suaminnya lebih dari ibunya
    Ada istri yg Lupa bahwa suami perlu mengutamakan ibunya sendiri melebihi Istrinya
    Ada anak perempuan yg lupa bahwa dia lebih terikat tanggung jawab kepada suami dan ibu bapak suami lebih dari ibu bapaknya sendiri
    Ini kisah seorang Wanita telah Durhaka pada suami dan tengah menunggu pengampunan/maaf dari suami hingga tubuhnya tak lagi berdaya...
    Astagfirulloh
    ingatlah wahai Istri syurgamu ada pada suami...
    Taat itu wajib hukumnya ...selagi ia benar...dijalan Yg Allah Ridhoi...
    Semoga Allah jadikan kita Istiqomah & dijauhkan dari sesuatu perbuatan yang tidak disukai Allah...Aamiin”

    Narasi dalam foto:

    “Wanita ini menunggu pengampunan dari suaminya. Jangan ambil mudah, taatlah suami kamu wahai isteri2 di luar sana, sebelom terlambat. Jahat mana pon dia tetap suami kamu, subhanallah”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, dilansir dari liputan6.com, diketahui bahwa foto tersebut merupakan foto jenazah pada tradisi Ma'nene atau upacara pembersihan mayat yang merupakan tradisi dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

    Foto serupa dengan postingan tersebut ditemukan pada artikel berjudul “Für indonesisches Leichenritual werden die Toten ans Tageslicht gebracht (ritual pemakaman Indonesia, orang mati dibawa ke cahaya)” yang tayang di laman heftig.de. Foto serupa tersebut terdapat pada foto ke delapan pada artikel tersebut.

    Pada caption di foto dalam heftig.de tertulis sumber gambar diambil dari video di kanal Youtube HasbiTubeHD dengan judul "Tradisi Ma'nene, Ritual Mengganti Pakaian Mayat di Tana Toraja" yang diunggah pada 25 Desember 2014.

    Adapun, tradisi Ma'nene merupakan merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah ratusan tahun meninggal dunia. Prosesi dari ritual Ma'Nene dimulai dengan para anggota keluarga yang datang ke Patane untuk mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Patane merupakan sebuah kuburan keluarga yang bentuknya menyerupai rumah. Lalu, setelah jasad dikeluarkan dari kuburan, kemudian jasad itu dibersihkan.

    Pakaian yang dikenakan jasad para leluhur itu diganti dengan kain atau pakaian yang baru. Biasanya ritual ini dilakukan serempak satu keluarga atau bahkan satu desa, sehingga acaranya pun berlangsung cukup panjang. Setelah pakaian baru terpasang, lalu jenazah tersebut dibungkus dan dimasukan kembali ke Patane.

    Rangkaian prosesi Ma'Nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah adat Tongkonan untuk beribadah bersama. Ritual ini biasa dilakukan setelah masa panen berlangsung, kira-kira di bulan Agustus akhir. Pertimbangannya karena pada umumnya para keluarga yang merantau ke luar kota akan pulag ke kampungnya, sehingga semua keluarga dapat hadir untuk melakukan prosesi Ma'Nene ini bersama-sama.

    Kesimpulan

    Foto yang disertakan merupakan foto jenazah bagian dari tradisi di Toraja Ma’nene atau upacara pembersihan mayat, bukan foto istri durhaka.

    Rujukan

    • Mafindo
    • Liputan 6
    • 2 media telah memverifikasi klaim ini