"Di semarang sudah ada 1 korban virus corona"
Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang pasien virus corona yang meninggal di Pihak RSUP dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah beredar di media sosial.
Kabar ini disebarkan oleh akun facebook Muhammad Umar Siddiq pada 2 Februari 2020. Akun ini mengunggah sebuah gambar tangkapan layar video Kompas TV.
Dalam gambar tersebut, tampak seorang pasien yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit. Pasien tersebut juga dikawal sejumlah petugas medis.
Dalam gambar tersebut juga terdapat tulisan "5 PASIEN 'SUSPECT' VIRUS KORONA 4 DIRAWAT DI RUANG ISOLASI, 1 MENINGGAL".
Akun ini mengunggah sebuah narasi dalam konten yang diunggahnya.
"Innalillah ????????????????Bukan Isapan JempolDalam VideoNKRI Sudah Masuk Virus Corona,Detik-detik Penampakan 5 Pasien Suspect Virus Corona di Semarang, 1 Meninggal 4 Dalam Ruang Isolasi, Lihat Video KLIK https://youtu.be/MUhgDzLdI5I," tulis akun facebook Muhammad Umar Siddiq.
Konten yang diunggah akun facebook Muhammad Umar Siddiq telah 75 kali dibagikan dan mendapat 37 komentar warganet.
Cek Fakta: Hoaks 1 Pasien Virus Corona Meninggal di Semarang
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 11/02/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri kabar tentang pasien virus corona yang meninggal di Pihak RSUP dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah ternyata tidak benar.
Informasi ini dikutip dari situs detik.com dengan judul artikel "Heboh Isu Virus Corona di Semarang, RSUP Kariadi Tegaskan Hoax".
Semarang - Jagat maya dihebohkan dengan potongan video berita terkait adanya 5 pasien corona di Semarang, bahkan 1 di antaranya meninggal. Pihak RSUP dr Kariadi menegaskan isu itu hoax dan merupakan potongan berita simulasi penanganan pasien virus corona di rumah sakit tersebut.
Pihak RSUP dr. Kariadi Semarang lewat akun Instagramnya @rskariadi menegaskan potongan video dari salah satu televisi swasta itu disalahgunakan oknum tidak bertanggung jawab. Sehingga menimbulkan kesalahan informasi.
Berikut penjelasan lengkapnya:
Sahabat sehat, berikut video klarifikasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, mengenai video berita dari @kompastv @kompastvjateng mengenai kegiatan simulasi penanganan virus Corona di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada hari kamis 30 Januari 2020 kemarin. Namun oleh oknum video tersebut di potong dan di sebarkan sehingga menimbulkan salah informasi, untuk masyarakat diharapkan melalui video ini untuk tidak panik namun tetap waspada, serta tidak ikut menyebarkan berita tersebut. Berikut mimin sampaikan juga link berita sebenarnya dari Kompas TV :https://www.youtube.com/watch?v=CCol-aVgY7c
#humasyankesdigital #germas#sahabatmenujusehat #sahabatsehatjamannow#rskariadi #info #inforskariadi #infografis #infografisrumahsakit #infografisrs #semarang #jawatengah#infografisrsdk #novelcoronavirus@kemenkes_ri @ditjenyankes@dkksemarang @kemenkominfo @humas.jateng @semarangpemkot @humasrestabessmg @humas_poldajateng
Dimintai konfirmasi, pihak RSUP Kariadi memberikan klarifikasi sama dengan yang telah diunggah di akun media sosial.
"Klarifikasi dari rumah sakit Kariadi ada di IG juga di FB official rumah sakit Kariadi," kata staf Humas RSUP dr Kariadi Semarang, Aditya Kandu Warenda lewat pesan singkat, Minggu (2/2/2020).
Aditya menjelaskan penjelasan terkait simulasi memang berada di tengah video. Kemudian orang tidak bertanggungjawab memotong bagian awal video dan belum sampai presenter menjelaskan peristiwa itu adalah simulasi.
"Jadi video pemberitaan dari Kompas TV sepertinya malah membuat resah pemirsa karena pemberitaan tentang simulasi diberitakan di tengah-tengah berita atau narasi. Terus ada oknum yang mengedit berita dari Kompas TV, jadinya seolah-olah kasus tersebut adalah benar," jelasnya.
Untuk diketahui, RSUP dr Kariadi merupakan rumah sakit yang siap menjadi rujukan pasien suspect virus corona. Penanganan dimulai dari ruang isolasi di IGD dan kemudian ada akses khusus menuju ruang isolasi di lantai 6 gedung Rajawali.
Di RSUP dr Kariadi juga sempat menangani mahasiswa asal Indonesia yang kuliah S3 di Wuhan yang disebut menjadi sumber merebaknya virus Corona di China. Namun mahasiswa itu sudah dipulangkan setelah menjalani observasi dan dinyatakan negatif Corona.
Sementara gambar tangkapan layar yang diunggah akun facebook Muhammad Umar Siddiq memang benar dari video Kompas TV.
Video tersebut bisa dilihat di akun YouTube Kompas TV dengan judul "RS Kariadi, Semarang Gelar Simulasi Penanganan Pasien Virus Corona"
Video tersebut berdurasi 2 menit 12 detik. Dalam 36 detik pertama, Kompas TV belum menjelaskan kegiatan penanganan pasien yang diduga telah terinfeksi virus corona itu merupakan rangkaian simulasi yang digelar RSUP dr. Kariadi, Semarang.
Rujukan
[SALAH] Video “puluhan pasien virus corona kejang-kejang”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 11/02/2020
Berita
Bukan pasien 2019-nCoV atau virus Corona. Video itu adalah video kegiatan inisiasi di sebuah sekolah menengah yang direkam sekitar 28 Januari 2020 di sebuah sekolah menengah di Gauteng, Afrika Selatan.
Akun Aneuk Ranto (fb.com/Aneuk-Ranto-225382958005784) mengunggah sebuah video berjudul “Kematian di cina semakin meningkat akibat virus Corona.” dan diberi narasi “Mudah mudahan kita dijauhi oleh ALLAH SWT dari virus Corona yang berbahaya ini,amin”.
Dalam video yang berdurasi 9 detik itu, terlihat sejumlah orang di halaman sebuah gedung yang tubuhnya tampak seolah kejang-kejang.
Kejang-kejang
Akun Aneuk Ranto (fb.com/Aneuk-Ranto-225382958005784) mengunggah sebuah video berjudul “Kematian di cina semakin meningkat akibat virus Corona.” dan diberi narasi “Mudah mudahan kita dijauhi oleh ALLAH SWT dari virus Corona yang berbahaya ini,amin”.
Dalam video yang berdurasi 9 detik itu, terlihat sejumlah orang di halaman sebuah gedung yang tubuhnya tampak seolah kejang-kejang.
Kejang-kejang
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, tertera akun yang mengunggah video itu di TikTok, yakni damiangelsenhuys. Berbekal petunjuk ini, Tim CekFakta Tempo membuka akun tersebut di TikTok. Setelah ditelusuri, akun damiangelsenhuys memang pernah mengunggah video itu, yakni sebanyak tiga kali. Dua di antaranya diunggah pada 28 Januari 2020, sementara yang satu lagi diunggah pada 29 Januari 2020.
Ketiga unggahan ini pun viral di tengah mewabahnya virus Corona baru, 2019-nCoV, yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019 lalu. Banyak akun yang menuliskan komentar bahwa orang-orang yang terekam dalam video itu terinfeksi virus Corona.
Padahal, dalam unggahan pertamanya, akun damiangelsenhuys (Gaming Snek) menuliskan judul “Bomskok”, istilah dalam bahasa Afrika yang berarti “kaget”. Di kolom komentar, akun ini juga menulis: “Guys it was anisiation (initiation) we had no bad things happening” atau “Teman-teman ini adalah inisiasi tidak ada hal-hal buruk yang terjadi”.
Tempo pun mencoba mengkonfirmasi akun damiangelsenhuys mengenai video unggahannya itu pada 31 Januari 2020. Namun, Tempo tidak mendapatkan jawaban dari pemilik akun.
AFP, yang menelusuri logo kepala ular dari kaos hitam yang dipamerkan dalam foto profil akun damiangelsenhuys, mendapatkan petunjuk bahwa logo tersebut adalah logo Lowveld Venom Suppliers, sebuah perusahaan yang fokus dalam penanganan dan pendidikan ular di Mpumalanga, Afrika Selatan.
Lewat pelacakan di situs resmi Lowveld Venom Suppliers, AFP mendapatkan nama manajer sukarelawan perusahaan tersebut, Andrew Geldenhuys. AFP pun mendapatkan nomor ponsel Andrew dalam sebuah pos di akun Facebook miliknya pada Desember 2019.
Dihubungi oleh AFP, Andrew mengkonfirmasi bahwa ia adalah ayah Damian, pemilik akun TikTok yang mengunggah video di atas. Andrew pun mengatakan bahwa rekaman itu menunjukkan kegiatan inisiasi di sebuah sekolah menengah dan tidak ada hubungannya dengan virus Corona.
“Kegiatan itu disebut bomskok. Mereka diminta untuk berpura-pura sedang berada di tengah-tengah bom yang meledak atau gempa bumi. Mereka pun harus mengguncangkan tubuh mereka,” kata Andrew kepada AFP.
Menurut Andrew, video itu direkam sekitar 28 Januari 2020 di sekolah putranya di Gauteng, Afrika Selatan. Dia meminta AFP untuk tidak mempublikasikan nama sekolah tersebut untuk melindungi privasi anaknya. AFP pun melacak sekolah itu dan menemukan bahwa seragamnya memang sama dengan yang dikenakan oleh para siswa dalam video yang viral di atas.
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, tertera akun yang mengunggah video itu di TikTok, yakni damiangelsenhuys. Berbekal petunjuk ini, Tim CekFakta Tempo membuka akun tersebut di TikTok. Setelah ditelusuri, akun damiangelsenhuys memang pernah mengunggah video itu, yakni sebanyak tiga kali. Dua di antaranya diunggah pada 28 Januari 2020, sementara yang satu lagi diunggah pada 29 Januari 2020.
Ketiga unggahan ini pun viral di tengah mewabahnya virus Corona baru, 2019-nCoV, yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019 lalu. Banyak akun yang menuliskan komentar bahwa orang-orang yang terekam dalam video itu terinfeksi virus Corona.
Padahal, dalam unggahan pertamanya, akun damiangelsenhuys (Gaming Snek) menuliskan judul “Bomskok”, istilah dalam bahasa Afrika yang berarti “kaget”. Di kolom komentar, akun ini juga menulis: “Guys it was anisiation (initiation) we had no bad things happening” atau “Teman-teman ini adalah inisiasi tidak ada hal-hal buruk yang terjadi”.
Tempo pun mencoba mengkonfirmasi akun damiangelsenhuys mengenai video unggahannya itu pada 31 Januari 2020. Namun, Tempo tidak mendapatkan jawaban dari pemilik akun.
AFP, yang menelusuri logo kepala ular dari kaos hitam yang dipamerkan dalam foto profil akun damiangelsenhuys, mendapatkan petunjuk bahwa logo tersebut adalah logo Lowveld Venom Suppliers, sebuah perusahaan yang fokus dalam penanganan dan pendidikan ular di Mpumalanga, Afrika Selatan.
Lewat pelacakan di situs resmi Lowveld Venom Suppliers, AFP mendapatkan nama manajer sukarelawan perusahaan tersebut, Andrew Geldenhuys. AFP pun mendapatkan nomor ponsel Andrew dalam sebuah pos di akun Facebook miliknya pada Desember 2019.
Dihubungi oleh AFP, Andrew mengkonfirmasi bahwa ia adalah ayah Damian, pemilik akun TikTok yang mengunggah video di atas. Andrew pun mengatakan bahwa rekaman itu menunjukkan kegiatan inisiasi di sebuah sekolah menengah dan tidak ada hubungannya dengan virus Corona.
“Kegiatan itu disebut bomskok. Mereka diminta untuk berpura-pura sedang berada di tengah-tengah bom yang meledak atau gempa bumi. Mereka pun harus mengguncangkan tubuh mereka,” kata Andrew kepada AFP.
Menurut Andrew, video itu direkam sekitar 28 Januari 2020 di sekolah putranya di Gauteng, Afrika Selatan. Dia meminta AFP untuk tidak mempublikasikan nama sekolah tersebut untuk melindungi privasi anaknya. AFP pun melacak sekolah itu dan menemukan bahwa seragamnya memang sama dengan yang dikenakan oleh para siswa dalam video yang viral di atas.
Rujukan
[SALAH] Foto “tim medis Jepang berjumlah 1.000 tiba di Wuhan”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 11/02/2020
Berita
Foto tahun 2008. Bukan ke Wuhan, tapi ke kota Chengdu di Cina setelah terjadinya gempa di tahun 2008, jadi tidak terkait dengan kejadian virus corona atau 2019-nCoV pada awal tahun 2020.
Akun Lyana Lukito (fb.com/LYANALUKITO) mengunggah sebuah foto dengan narasi :
“第一个援助中国的医疗队来了,日本1000人医疗队抵达武汉
Tim medis pertama yang membantu Tiongkok datang, dan tim medis Jepang berjumlah 1.000 tiba di Wuhan”
Akun Lyana Lukito (fb.com/LYANALUKITO) mengunggah sebuah foto dengan narasi :
“第一个援助中国的医疗队来了,日本1000人医疗队抵达武汉
Tim medis pertama yang membantu Tiongkok datang, dan tim medis Jepang berjumlah 1.000 tiba di Wuhan”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, bahwa foto dalam unggahan tersebut tidak ada kaitannya dengan wabah Virus Corona 2019-nCoV yang bermula di Wuhan, China. Foto yang diunggah oleh sumber klaim adalah anggota tim medis Jepang yang berangkat ke kota Chengdu di Cina setelah terjadinya gempa di tahun 2008.
Pencarian gambar menemukan laporanterkait foto ini dimuat oleh Pusat Informasi Internet Cina milik pemerintah negara tersebut. Kredit laporan berita itu diberikan pada Kantor Berita Xinhua dengan tanggal 21 Mei 2008. Foto yang sama pernah dimuat dalam galeri foto di situs Beijing Review.
Foto tersebut menggambarkan tim medis Jepang yang diberangkatkan dari Bandara Narita pada 20 Mei 2008. Tim yang terdiri atas 22 orang tersebut menuju Kota Chengdu di Provinsi Sichuan yang baru dilanda gempa.
Pencarian dengan kata kunci ‘Japan, medical team, Wuhan’ tak menemukan bukti pendukung.
Yang ada justru artikel berjudul, “This photo has circulated in reports about a Japanese medical team travelling to China in 2008”, yang dipublikasikan tim pencari fakta AFP Philippines yang membantah klaim tersebut.
Seperti dikutip dari AFP, Kedutaan Besar Jepang di Manila membantah klaim soal pengiriman 1.000 tenaga medis Jepang ke Wuhan.
“Berdasarkan pemeriksaan, harap diperhatikan bahwa laporan tersebut tidak benar,” demikian kata pihak kedutaan pada AFP lewat email pada 3 Februari 2020.
Hal itu membuktikan, klaim yang tak benar itu juga beredar di negara lain, setidaknya Filipina.
Berdasarkan hasil penelusuran, bahwa foto dalam unggahan tersebut tidak ada kaitannya dengan wabah Virus Corona 2019-nCoV yang bermula di Wuhan, China. Foto yang diunggah oleh sumber klaim adalah anggota tim medis Jepang yang berangkat ke kota Chengdu di Cina setelah terjadinya gempa di tahun 2008.
Pencarian gambar menemukan laporanterkait foto ini dimuat oleh Pusat Informasi Internet Cina milik pemerintah negara tersebut. Kredit laporan berita itu diberikan pada Kantor Berita Xinhua dengan tanggal 21 Mei 2008. Foto yang sama pernah dimuat dalam galeri foto di situs Beijing Review.
Foto tersebut menggambarkan tim medis Jepang yang diberangkatkan dari Bandara Narita pada 20 Mei 2008. Tim yang terdiri atas 22 orang tersebut menuju Kota Chengdu di Provinsi Sichuan yang baru dilanda gempa.
Pencarian dengan kata kunci ‘Japan, medical team, Wuhan’ tak menemukan bukti pendukung.
Yang ada justru artikel berjudul, “This photo has circulated in reports about a Japanese medical team travelling to China in 2008”, yang dipublikasikan tim pencari fakta AFP Philippines yang membantah klaim tersebut.
Seperti dikutip dari AFP, Kedutaan Besar Jepang di Manila membantah klaim soal pengiriman 1.000 tenaga medis Jepang ke Wuhan.
“Berdasarkan pemeriksaan, harap diperhatikan bahwa laporan tersebut tidak benar,” demikian kata pihak kedutaan pada AFP lewat email pada 3 Februari 2020.
Hal itu membuktikan, klaim yang tak benar itu juga beredar di negara lain, setidaknya Filipina.
Rujukan
[SALAH] “Saking takutnya dengan virus corona Orang Cina Islam yang sholat arahnya kemana mana”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 11/02/2020
Berita
Sumber video yang dibagikan tayang live pada Juni 2019, TIDAK ADA kaitannya dengan Virus Corona yang ditemukan pada Desember 2019.
NARASI
“Saking takutnya dengan virus corona
Orang Cina Islam yang sholat
mereka pun pada ikutan walaupun arahnya kemana mana”.
NARASI
“Saking takutnya dengan virus corona
Orang Cina Islam yang sholat
mereka pun pada ikutan walaupun arahnya kemana mana”.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.
* SUMBER membagikan video mengenai Salat Ied di kota Yiwu, provinsi Zhejiang, Tiongkok.
* SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan konteks video yang sesungguhnya sehingga menimbulkan kesimpulan yang salah.
(2) Sumber video, “Mak Mohamed” (facebook.com/Mak.Clt.India): “Eid prayer in China, Yiwu, Zhejing province”
http://bit.ly/2SvpTZL / http://archive.md/l7ddv/image (arsip cadangan).
(3) Kronologi penemuan wabah, Wikipedia: “1–18 Desember 2019
Pada tanggal 31 Desember 2019, sebuah konsorsium ahli medis China didakwa oleh CDC China dengan menyelidiki permulaan apa yang sekarang dikenal sebagai Wuhan Coronavirus. [216] Pada 24 Januari 2020, laporan mereka dipublikasikan di The Lancet. [217] Mereka mencatat dari ulasan mereka tentang catatan medis lokal bahwa pasien pertama yang kemudian didiagnosis dengan Coronavirus Wuhan pertama kali mengalami gejala pada 8 Desember 2019. Namun, konsorsium menemukan kasus sebelumnya dari seorang pasien yang pertama kali mengalami gejala pada 1 Desember 2019, menunjuk ke asal yang lebih awal. [218] Terlepas dari kasus awal ini, antara 8 hingga 18 Desember 2019, tujuh kasus yang kemudian didiagnosis dengan Wuhan Coronavirus didokumentasikan, dua di antaranya terkait dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, lima tidak. [219]”
Google Translate, selengkapnya di “Kronologi wabah” http://bit.ly/2H6iScN / http://archive.md/7zRhF (arsip cadangan).
======
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.
* SUMBER membagikan video mengenai Salat Ied di kota Yiwu, provinsi Zhejiang, Tiongkok.
* SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan konteks video yang sesungguhnya sehingga menimbulkan kesimpulan yang salah.
(2) Sumber video, “Mak Mohamed” (facebook.com/Mak.Clt.India): “Eid prayer in China, Yiwu, Zhejing province”
http://bit.ly/2SvpTZL / http://archive.md/l7ddv/image (arsip cadangan).
(3) Kronologi penemuan wabah, Wikipedia: “1–18 Desember 2019
Pada tanggal 31 Desember 2019, sebuah konsorsium ahli medis China didakwa oleh CDC China dengan menyelidiki permulaan apa yang sekarang dikenal sebagai Wuhan Coronavirus. [216] Pada 24 Januari 2020, laporan mereka dipublikasikan di The Lancet. [217] Mereka mencatat dari ulasan mereka tentang catatan medis lokal bahwa pasien pertama yang kemudian didiagnosis dengan Coronavirus Wuhan pertama kali mengalami gejala pada 8 Desember 2019. Namun, konsorsium menemukan kasus sebelumnya dari seorang pasien yang pertama kali mengalami gejala pada 1 Desember 2019, menunjuk ke asal yang lebih awal. [218] Terlepas dari kasus awal ini, antara 8 hingga 18 Desember 2019, tujuh kasus yang kemudian didiagnosis dengan Wuhan Coronavirus didokumentasikan, dua di antaranya terkait dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, lima tidak. [219]”
Google Translate, selengkapnya di “Kronologi wabah” http://bit.ly/2H6iScN / http://archive.md/7zRhF (arsip cadangan).
======
Rujukan
Halaman: 5879/6757