[SALAH] Anissa Pohan Grebek AHY Dengan Wanita Lain
Sumber: Youtube.comTanggal publish: 26/02/2021
Berita
Sebuah akun Youtube bernama SKEMA POLITIK mengunggah video dengan judul yang mengklaim bahwa AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) digrebek sang istri, Annisa Pohan, setelah kepergok tengah bersama wanita lain. Video ini pun telah ditonton lebih dari 400 ribu kali sejak 5 hari ditayangkan.
Hasil Cek Fakta
Namun setelah dilakukan penelusuran, ternyata video Anissa Pohan yang menggrebek AHY adalah hoaks. Wanita yang ada di dalam video diketahui bukan Anissa, melainkan seorang dokter asal Sulawesi yang tengah ramai dibicarakan masyarakat karena kasus perselingkuhan yang dilakukan suaminya.
Dalam video Youtube tersebut pun tidak ada pernyataan yang mengungkap secara jelas tentang kabar perselingkuhan oleh AHY. Sebaliknya, video tersebut hanya memaparkan tentang hoaks yang menimpa AHY dan Anissa terkait isu perselingkuhan dan disambung dengan pemaparan terkait kehidupan politik partai demokrat saat ini serta kehidupan keluarga dari AHY dan Anissa Pohan.
Jadi dapat disimpulkan video dengan klaim judul yang menyatakan bahwa AHY digrebek Anissa karena berselingkuh dengan wanita lain adalah hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
Dalam video Youtube tersebut pun tidak ada pernyataan yang mengungkap secara jelas tentang kabar perselingkuhan oleh AHY. Sebaliknya, video tersebut hanya memaparkan tentang hoaks yang menimpa AHY dan Anissa terkait isu perselingkuhan dan disambung dengan pemaparan terkait kehidupan politik partai demokrat saat ini serta kehidupan keluarga dari AHY dan Anissa Pohan.
Jadi dapat disimpulkan video dengan klaim judul yang menyatakan bahwa AHY digrebek Anissa karena berselingkuh dengan wanita lain adalah hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Klaim tersebut salah. Faktanya wanita dan pria dalam video tersebut bukan Anissa dan AHY, melainkan pasangan suami istri asal Sulawesi yang terlibat kasus perselingkuhan.
Rujukan
[SALAH] Demonstrasi Memprotes Kebijakan Covid-19 di Romania
Sumber: facebook.comTanggal publish: 26/02/2021
Berita
Pengguna Facebook Scott Young mengunggah sebuah foto (19/2) yang menunjukkan aksi demonstrasi yang sedang berlangsung. Unggahan tersebut juga disertai dengan keterangan yang menyatakan bahwa demonstrasi tersebut terjadi di Romania dan bertujuan untuk memprotes kebijakan Covid-19 yang diterapkan oleh pemerintah setempat.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, foto tersebut bukan merupakan foto demonstrasi yang dilaksanakan guna memprotes kebijakan Covid-19 yang diterapkan oleh pemerintah Romania, melainkan foto demonstrasi anti-korupsi di Bukares, Romania pada Februari 2017 yang lalu. Foto yang sama pertama kali diunggah oleh Koert Debeuf, seorang politisi Belgia, melalui akun Twitter resminya, koertdebeuf, pada 6 Februari 2017 waktu setempat.
Informasi dengan topik serupa juga telah dimuat dalam situs Reuters dengan judul artikel “Fact check: Photo of Massive Protest in Romania is Four Years Old and Unrelated to COVID-19 Restrictions” dan mengkategorikannya sebagai ‘mislabeled’.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh pengguna Facebook Scott Young tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Informasi dengan topik serupa juga telah dimuat dalam situs Reuters dengan judul artikel “Fact check: Photo of Massive Protest in Romania is Four Years Old and Unrelated to COVID-19 Restrictions” dan mengkategorikannya sebagai ‘mislabeled’.
Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh pengguna Facebook Scott Young tersebut dapat dikategorikan sebagai Konteks yang Salah/False Context.
Rujukan
[SALAH] Video Banjir “25-2-2021 PUKUL 05:50 WIB #PRAYFORSEMARANG”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 25/02/2021
Berita
“Astaghfirullah hal adzim😭😭
Innalilahi wa innailaihi rojiun
Semoga semua ni cepat berlalu
Selamatkan lah KAMI didunia maupun diakhirat kelak…. AAMIIN YA ALLAH
#prayforsemarang”
“25-2-2021
PUKUL 05:50 WIB
#PRAYFORSEMARANG
SEMARANG X
GAWE…
GENUK… KOYO
NGENE…”
Video banjir Semarang
Innalilahi wa innailaihi rojiun
Semoga semua ni cepat berlalu
Selamatkan lah KAMI didunia maupun diakhirat kelak…. AAMIIN YA ALLAH
#prayforsemarang”
“25-2-2021
PUKUL 05:50 WIB
#PRAYFORSEMARANG
SEMARANG X
GAWE…
GENUK… KOYO
NGENE…”
Video banjir Semarang
Hasil Cek Fakta
Salah satu video yang direkam di lokasi yang sama, diunggah pada 2 Januari 2020 ke Facebook. Video lain yang berkaitan, diunggah pada 2 Januari 2020 ke YouTube. KOMPAS.com: “Sejak banjir merendam sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (1/1/2020), berbagai foto dan video beredar”
Kesimpulan
BUKAN video tanggal 25 Februari 2021 di Semarang. FAKTANYA, video sudah pernah dibagikan sebelumnya pada Januari 2020. Rekaman peristiwa banjir pada 1 Januari 2020 di Jalan Gunung Putri, di sekitar pertigaan Jalan Pondok Gede Permai – Jalan Gunung Putri – Jalan Pondok Benda, Bekasi.
[SALAH] Pakai Masker Wajah Sebabkan Bakteri Pneumonia
Sumber: FacebookTanggal publish: 25/02/2021
Berita
Pengguna Facebook atas nama Donny Pate mengunggah tangkapan layar yang menyebut penggunaan masker bakal menyebabkan bakteri pneumonia.
Akun tersebut mengunggah klaim penggunaan masker wajah menyebabkan bakteri pneumonia pada 23 Februari 2021. Dia juga mengunggah gambar paru-paru berwarna oranye.
Begini narasinya:
"By wearing a mask ... you're inhaling it all back in, causing infections like bacterial pneumonia and hypoxia"
Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:
"Dengan memakai masker ... Anda menghirup semuanya kembali, menyebabkan infeksi seperti pneumonia bakterial dan hipoksia."
Akun tersebut mengunggah klaim penggunaan masker wajah menyebabkan bakteri pneumonia pada 23 Februari 2021. Dia juga mengunggah gambar paru-paru berwarna oranye.
Begini narasinya:
"By wearing a mask ... you're inhaling it all back in, causing infections like bacterial pneumonia and hypoxia"
Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:
"Dengan memakai masker ... Anda menghirup semuanya kembali, menyebabkan infeksi seperti pneumonia bakterial dan hipoksia."
Hasil Cek Fakta
Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menggunakan mesin pencari, Google Search. Hasil penelusuran menunjukkan ada banyak media kredibel yang membahas tentang klaim ini.
Bahkan, Cek Fakta Liputan6.com pernah membahas soal klaim penggunaan masker yang mengakibatkan hipoksia. Klaim itu bisa dilihat dalam artikel berjudul: "Cek Fakta: Tidak Benar Memakai Masker Dalam Waktu Lama Berakibat Hipoksia", yang dipublikasikan pada 2 Oktober 2020.
Artikel ini mengambil penjelasan dari Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL. Dia membantah klaim mengenakan masker bisa menyebabkan keracunan gas buang pernafasan karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2).
"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," tegasnya.
Dia menyampaikan penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan. Bahkan, dalam operasi yang berlangsung hingga bereberapa jam, belum pernah dijumpai kasus baik dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbondioksida dan maupun kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.
"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maksernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," papar pria yang akrab disapa Boni ini.
Kemudian, ada juga artikel yang ditulis Cek Fakta Liputan6.com pada 26 Oktober 2020 dengan judul: "Cek Fakta: Benarkah Pneumonia Bakterial Berasal dari Penggunaan Masker Secara Rutin?".
Artikel ini mengambil penjelasan dari situs National Institues of Health (NIH) dengan judul: "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic". Artikel tersebut sudah tayang pada 19 Agustus 2008.
Dari artikel tersebut, dijelaskan kalau mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918 bukan hanya karena virus influenza. Sebagian besar, kematian disebabkan oleh pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.
Laporan itu dibuat dari salah satu bagian NIH, yakni para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).
"Besarnya bukti yang kami periksa dari analisis historis dan modern soal pandemi influenza 1918, mendukung skenario di mana kerusakan virus diikuti oleh pneumonia bakteri menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci.
"Intinya, virus ini mendaratkan pukulan pertama, semendara bakteri mengirimkan pukulan yang lebih mematikan," kata Fauci, yang sekarang merupakan kepata satgas covid-19 di Amerika Serikat.
Bahkan, Cek Fakta Liputan6.com pernah membahas soal klaim penggunaan masker yang mengakibatkan hipoksia. Klaim itu bisa dilihat dalam artikel berjudul: "Cek Fakta: Tidak Benar Memakai Masker Dalam Waktu Lama Berakibat Hipoksia", yang dipublikasikan pada 2 Oktober 2020.
Artikel ini mengambil penjelasan dari Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL. Dia membantah klaim mengenakan masker bisa menyebabkan keracunan gas buang pernafasan karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2).
"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," tegasnya.
Dia menyampaikan penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan. Bahkan, dalam operasi yang berlangsung hingga bereberapa jam, belum pernah dijumpai kasus baik dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbondioksida dan maupun kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.
"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maksernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," papar pria yang akrab disapa Boni ini.
Kemudian, ada juga artikel yang ditulis Cek Fakta Liputan6.com pada 26 Oktober 2020 dengan judul: "Cek Fakta: Benarkah Pneumonia Bakterial Berasal dari Penggunaan Masker Secara Rutin?".
Artikel ini mengambil penjelasan dari situs National Institues of Health (NIH) dengan judul: "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic". Artikel tersebut sudah tayang pada 19 Agustus 2008.
Dari artikel tersebut, dijelaskan kalau mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918 bukan hanya karena virus influenza. Sebagian besar, kematian disebabkan oleh pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.
Laporan itu dibuat dari salah satu bagian NIH, yakni para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).
"Besarnya bukti yang kami periksa dari analisis historis dan modern soal pandemi influenza 1918, mendukung skenario di mana kerusakan virus diikuti oleh pneumonia bakteri menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci.
"Intinya, virus ini mendaratkan pukulan pertama, semendara bakteri mengirimkan pukulan yang lebih mematikan," kata Fauci, yang sekarang merupakan kepata satgas covid-19 di Amerika Serikat.
Kesimpulan
Informasi yang menyebut pneumonia bakterial berasal dari penggunaan masker secara rutin adalah salah.
Faktanya, sesuai pemaparan para ahli, pneumonia bakterial merupakan penyakit komplikasi dari penyakit primer. Dan penggunaan masker sangat bagus untuk meminimalisir penularan penyakit.
Faktanya, sesuai pemaparan para ahli, pneumonia bakterial merupakan penyakit komplikasi dari penyakit primer. Dan penggunaan masker sangat bagus untuk meminimalisir penularan penyakit.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4492418/cek-fakta-tidak-benar-penggunaan-masker-wajah-sebabkan-bakteri-pneumonia
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4392206/cek-fakta-benarkah-pneumonia-bakterial-berasal-dari-penggunaan-masker-secara-rutin
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4371702/cek-fakta-tidak-benar-memakai-masker-dalam-waktu-lama-berakibat-hipoksia
- https://www.nih.gov/news-events/news-releases/bacterial-pneumonia-caused-most-deaths-1918-influenza-pandemic?fbclid=IwAR3cOhUcSkmnNg-gUIv9uU2PxHCzdYnHoY5UxO5YT_0z-BdXIyRZL0MbKBA
Halaman: 5149/6719