• [SALAH] Video “5 Pasien Suspect Infeksi Virus Corona’ – 1 Meninggal Dunia Di RSU Dr Kariadi Semarang-Indonesia”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/02/2020

    Berita

    Akun Djakarta Metrostore (fb.com/djakartametrostore) mengunggah sebuah video berdurasi 36 detik dengan narasi :

    “#CoronaOutbreak
    5 Pasien Suspect Infeksi Virus Corona’— 1 Meninggal Dunia Di RSU Dr Kariadi Semarang-Indonesia”

    Hasil Cek Fakta

    Video berdurasi 36 detik yang diunggah sumber klaim tersebut faktanya telah disunting dan hanya menyisakan bagian awal berita video. Itu berbeda dengan konten asli berita video Kompas TV yaitu dua menit 12 detik.

    Dalam 36 detik pertama, Kompas TV belum menjelaskan kegiatan penanganan pasien yang diduga telah terinfeksi virus corona itu merupakan rangkaian simulasi yang digelar Rumah Sakit Umum Pusat dr. Karidi Semarang.

    Dalam kanal YouTube resmi mereka, Kompas TV menuliskan judul unggahan video “RS Kariadi, Semarang Gelar Simulasi Penanganan Pasien Virus Corona”.

    Dalam tayangan awal video itu hingga detik ke-44, sub-judul berita tertulis “4 Dirawat Di Ruang Isolasi, 1 Meninggal”. Namun pada detik ke-45, Kompas TV menulis sub-judul berita “RSUP dr Kariadi Simulasi Perawatan Pasien Virus Korona”.

    Berikut adalah keterangan yang disertakan dalam unggah video itu:

    “SEMARANG, KOMPAS.TV – RSUP Dr. Kariadi Semarang, menggelar simulasi siaga virus Corona.

    Ini dilakukan untuk persiapan, dan kesigapan tim RSUP Kariadi jika terdapat pasien terdampak virus Corona. Dengan cekatan para tim medis yang dilengkapi pakaian khusus tertutup, membawa satu per satu pasien ke dalam ruang isolasi UGD RSUP Dr. Kariadi Semarang.

    Satu per satu pasien dibawa ke ruang isolasi rawat di Ruang Rajawali. Dari lima pasien yang terjangkit virus Corona itu, satu di antaranya di nyatakan meninggal dunia. Rangkaian ini merupakan simulasi, yang diadakan pihak RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk penanganan, dan pencegahan merebaknya virus Corona.

    Pihaknya meminta masyarakat tetap menjaga kondisi, makan sehat, minum cukup, agar terhindar dari penyakit. Antisipasi penyebaran virus Corona, tim medis dan kru yang bertugas di Bandara Ahmad Yani, Semarang melakukan simulasi penanggulangan virus Corona kepada penumpang pesawat.

    Petugas isolasi, mempersiapkan diri dengan memakai pakaian khusus pengaman, seperti masker, sepatu, dan kacamata pengaman. Penumpang yang datang melewati ruang kedatangan bandar akan melewati pengecekan alat termo scanner atau pendeteksi suhu tubuh.

    Jika ada yang terindikasi virus korona, pasien akan dibawa, menuju ruang observasi. Di ruang observasi inilah, penumpang akan ditangani oleh tim medis dan penanganan lebih lanjut. #VirusCorona #Corona #Semarang”

    Kesimpulan

    Video berita simulasi yang disunting dan hanya menyisakan bagian awal berita video. Video berita aslinya diunggah di kanal youtube KOMPASTV dengan judul “RS Kariadi, Semarang Gelar Simulasi Penanganan Pasien Virus Corona” dan berdurasi 2 menit 12 detik bukan 36 detik.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Golden Swalayan Jadi Klaster Baru Covid-19, Warga Wajib Lapor RT Jika Ingin Berkunjung

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 19/05/2020

    Berita

    Masyarakat Kota Kediri dikejutkan dengan beredarnya informasi perihal adanya klaster baru persebaran virus corona atau Covid-19 yakni pusat perbelanjaan Golden Swalayan. Menurut narasi yang beredar, warga diminta wajib lapor terlebih dahulu kepada RT di wilayahnya masing-masing apabila ingin berkunjung ke Golden Swalayan. Untuk menambah rasa percaya public, pesan tersebut bahkan mencatut nama Humas Pemerintah Kota Kediri.

    Hasil Cek Fakta

    Namun pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, belakangan diketahui bahwa narasi yang terdapat dalam pesan tersebut adalah palsu. Melansir dari suara.com, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kediri, Fauzan Adima dengan tegas menyatakan bahwa pesan tersebut adalah tidak benar alias hoaks.

    “Berita yang beredar tersebut hoaks dari orang yang tidak bertanggungjawab dan berusaha memecah belah. Kami tidak pernah mengeluarkan himbauan seperti itu,” pungkasnya.

    Lanjut Fauzan menjelaskan, bahwa sebelumnya Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri memang sempat melakukan sampling Rapid Test di Golden Swalayan dan hasilnya reaktif. Namun untuk memastikan hal tersebut, Dinkes Kota Kediri akhirnya melakukan test ulang sehari setelahnya dan mendapati hasilnya non reaktif.

    “Tadi pagi kami Rapid Test yang kedua hasilnya non reaktif. Jadi masyarakat jangan tergesa-gesa menyimpulkan, karena metodologi test virus corona ini memang harus bertahap,” jelasnya.

    Kesimpulan

    Melalui pesan berantai Whatsapp pusat perbelanjaan Golden Swalayan, Kediri disebut sebagai klaster baru persebaran virus corona atau Covid-19. Oleh sebab itu warga diminta wajib lapor kepada Ketua RT di wilayahnya masing-masing apabila hendak berkunjung ke Golden Swalayan. Pasca beredarnya pesan yang menggegerkan warga tersebut, pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kediri pun akhirnya angkat bicara, dengan menyatakan bahwa pesan tersebut adalah palsu alias hoaks.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Wuhan China Orang² berteriak gak karuan”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 01/02/2020

    Berita

    * “Keadaan di kota Wuhan China saat ini semakin mencekam. Orang² berteriak gak karuan http://bit.ly/36KmSdj”.



    * “Penduduk Wuhan Berteriak-teriak Gak Karuan, Mau Manggil Nama Tuhan Tapi Gak Punya Tuhan”, selengkapnya di tautan di (2) bagian SUMBER.

    Hasil Cek Fakta

    SUMBER membagikan video mengenai teriakan “Wuhan Jiayou!”. SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan konteks yang benar sehingga menimbulkan kesimpulan pelintiran.

    detikHealth: “Video suasana malam di kota terisolasi Wuhan menyita perhatian netizen belakangan ini. Dari balik jendela apartemen masing-masing, warga kompak saling menyemangati dengan teriakan ‘Wuhan Jiayou!'”

    YouTube: “Bangkitkan Semangat Warga Wuhan Bersama Teriakkan WUHAN JIAYOU Warna Warni
    4,497 views • Jan 30, 2020
    Official NET News”

    Wikipedia: “Olimpiade Musim Panas 2008, secara resmi dikenal sebagai Games of the XXIX Olympiad (pertandingan Olimpiade ke-29) adalah ajang olahraga internasional yang diadakan di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok, dari 8 Agustus (kecuali sepak bola yang dimulai pada 6 Agustus) hingga 24 Agustus 2008, dengan acara pembukaan yang diadakan pada pukul 08:08:08 (8 malam lewat 8 menit dan 8 detik – angka 8 diasosiasikan dengan kemakmuran dalam kebudayaan Tionghoa).”

    Kesimpulan

    Yang diteriakkan adalah “Wuhan Jiayou!”, BUKAN teriak gak karuan. Teriakan untuk menyemangati, muncul pertama kali di Olimpiade Musim Panas 2008 Beijing.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Bukannya memotong gajinya untuk mereka para tim medis, malah memotong tunjangan para tim medis.”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 21/05/2020

    Berita

    Beredar artikel berjudul “Teganya Anies Potong Tunjangan & Transport Tenaga Medis” yang dimuat di situs gesuri[dot]id pada 9 Mei 2020.

    Salah satu sumber klaim yang membagikan artikel itu adalah akun Ocha (fb.com/dwi.may.12764) dengan narasi sebagai berikut:

    “Yakin masih ada yang mau milih doi di 2024?!
    Bukannya memotong gajinya untuk mereka para tim medis, malah memotong tunjangan para tim medis.
    Kok masih ada ya manusia kayak gini”

    Sumber klaim juga menyertakan tautan yang menuju artikel tersebut.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Liputan6 dan Medcom, klaim bahwa Anies Baswedan memotong tunjangan dan transport tenaga medis adalah klaim yang keliru.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan tidak memotong tunjangan tenaga medis khususnya yang menangani COVID-19. Pemotongan tunjangan penghasilan pegawai (TPP) hanya diberlakukan bagi PNS yang tidak terlibat dalam penanggulangan covid-19.

    Tim Cek Fakta Liputan6 menelusuri kabar Anies Baswedan memotong tunjangan dan transport tenaga medis, dengan membuka tautan artikel yang dicantumkan dalam klaim.

    Tautan tersebut mengarah pada artikel berjudul “Teganya Anies Potong Tunjangan & Transport Tenaga Medis” yang dimuat situs berita gesuri[dot]id, pada 9 Mei 2020.

    Berikut isi artikel tersebut:
    Jakarta, Gesuri.id – Politikus PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus mengecam keras kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memangkas tunjangan kinerja daerah (TKD) dan transport para pekerja medis.
    Deddy menegaskan kebijakan Anies itu sangat mengherankan. Sebab seharusnya para pekerja medis diberi insentif karena setiap hari bekerja di tengah pandemi Covid-19.
    “Mohon perhatiannya agar sampai ke Gubernur, ini kebijakan yang tidak masuk akal!” tegas Deddy.
    Deddy menegaskan, warga DKI menanti transparansi APBD DKI yang menguap tak jelas sehingga bansos untuk rakyat tak ada, serta TKD dan transport para perawat dan dokter harus dipotong.
    Deddy pun mengingatkan Gubernur soal dana ratusan miliar yang semula diperuntukkan untuk Formula E, namun kini tak jelas nasibnya.
    “Kembalikan duit ratusan miliar untuk Formula-E, supaya ada dana untuk bansos warga DKI!! Hentikan menyunat TKD dan transport perawat dan Dokter di DKI!!” tegas Deddy.
    Deddy juga menyentil Pemprov DKI soal 50% dana bagi hasil dari pemerintah pusat.
    “Mau tanya, 50% Dana Bagi Hasil yang sudah ditransfer pemerintah pusat ke DKI apakah sudah habis? Digunakan untuk apa kira-kira ya?” ujarnya.

    Dari artikel tersebut, Politikus PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus mengecam kebijakan Anies Baswedan memotong tunjangan dan transport tenaga medis. Namun, tidak ada pernyataan terkait Anies Baswedan telah memotong tunjangan dan transport tenaga medis.

    Penelusuran dilanjutkan menggunakan Google Search dengan kata kunci ‘Anies pangkas tunjangan dan transport tenaga medis’. Penelusuran mengarah pada artikel berjudul “Pemprov DKI Pastikan Tak Potong Tunjangan Tenaga Medis yang Berhadapan Langsung dengan Covid-19”, yang dimuat situs kompas.com, pada 12 Mei 2020.

    Dalam situs tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan tak akan memotong atau merasionalisasi tunjangan penghasilan pegawai (TPP) milik tenaga medis yang berhadapan langsung untuk menangani pasien Covid-19. Pemotongan TPP sebesar 50 persen itu hanya akan diberlakukan kepada pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak terlibat dalam penanggulangan Covid-19.

    “Enggak (dipotong tunjangan tenaga medis), terakhir disesuaikan. Dikecualikan kalau tenaga medis,” ucap Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI, Chaidir saat dihubungi.

    Chaidir menambahkan, tenaga medis yang terkena pemotongan tunjangan adalah tenaga medis yang tak berhadapan langsung dengan pasien covid-19. Misalnya, petugas kesehatan di bagian administrasi.

    “Tenaga medis dan paramedis itu kan ada yang melayani langsung pasien, tapi kan ada juga yang dibelakang meja. Kalau di belakang meja apakah dapat misalnya di bagian administrasi? Kan tidak,” tambahnya.

    Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI akan mendata tenaga medis mana yang dipotong tunjangannya dan mana yang tidak. “Nanti Dinas Kesehatan membuat usulan berapa paramedis yang langsung menangani covid-19. Ini kan kemampuan ekonomi kita terbatas karena kontraksi ekonomi,” tuturnya.

    Kesimpulan

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan tidak memotong tunjangan tenaga medis khususnya yang menangani COVID-19. Pemotongan tunjangan penghasilan pegawai (TPP) hanya diberlakukan bagi PNS yang tidak terlibat dalam penanggulangan covid-19.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini