• [KLARIFIKASI] “Reynhard Sinaga Dipulangkan ke Tanah Air”

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 07/01/2020

    Berita

    Beredar sebuah tweet yang dibuat oleh akun @zarazettirazr di Twitter. Tweet tersebut telah mendapat 222 retweet dan 608 suka per 7 Januari 2020 pukul 13.56. Tweet tersebut mengutip berita dari Kumparan yang berjudul KBRI London Beri Perlindungan Hukum Bagi Reynhard Sinaga.

    Hasil Cek Fakta

    Melalui penelusuran, diketahui bahwa pemberitaan dalam artikel Kumparan berjudul “KBRI London Beri Perlindungan Hukum Bagi Reynhard Sinaga” tidak menyinggung soal pemulangan Reynhard. Berikut kutipannya:

    […] KBRI London Beri Perlindungan Hukum Bagi Reynhard Sinaga

    Kementerian Luar Negeri Negeri telah menerima laporan seorang WNI bernama Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga yang terbukti bersalah atas kasus perkosaan dan pelecehan seksual terhadap 48 pria di Manchester, Inggris.

    Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Judha Nugraha, menuturkan KBRI London telah melakukan penanganan kasus Reynhard selama tiga tahun, yakni 2017-2020.
    Menurutnya, KBRI London telah memberikan perlindungan kepada Reynhard selama menjalani proses persidangan.

    "Perlindungan hukum yang dilakukan KBRI London dalam bentuk memastikan RS (Reynhard Sinaga) mendapat pengacara dan mendampingi selama rangkaian persidangan," kata Judha kepada wartawan, Senin (6/1).

    "Perlindungan non-litigasi dilakukan dalam bentuk kunjungan kekonsuleran selama RS dipenjara, serta fasilitasi pertemuan dan komunikasi keluarga dengan RS dan pengacara," lanjut dia.
    Judha menjelaskan, perlindungan yang diberikan kepada Reynhard dilakukan untuk memastikan dia mendapatkan haknya secara adil.

    Selain itu, Reynhard telah menjalani empat tahap persidangan. Dan hari ini, ia diputuskan bersalah dan divonis hukuman seumur hidup.

    "Pada persidangan terakhir tanggal 6 Januari 2020, hakim memutuskan hukuman masa tahanan 30 tahun," ucap Judha.

    Judha lalu merinci persidangan yang dijalani Reynhard. Selama persidangan, Reynhard dinyatakan terbukti bersalah atas 159 dakwaan.

    "Dengan rincian tindak pemerkosaan sebanyak 136 kali, usaha untuk pemerkosaan sebanyak 8 kali, kekerasan seksual sebanyak 13 kali, dan kekerasan seksual dengan penetrasi sebanyak 2 kali," tutupnya.

    Sementara itu, dalam persidangan, Reynhard diduga telah memperkosa setidaknya 190 pria. Namun, hanya 48 orang yang baru terbukti.

    Dikutip dari berbagai sumber, Reynhard tiba di Inggris pada 2007 lalu untuk belajar di Manchester University. Setelah lulus, ia mengambil S3 di Universitas Leeds.

    Tersangka tinggal sendirian di apartemennya di Manchester. Keterangan penegak hukum Inggris, Reynhard mengincar korban pria muda, mabuk, dan sedang berjalan sendirian. […]

    Adapun, yang dimaksud dengan perlindungan hukum yang diberikan KBRI merupakan kewajiban setiap negara kepada warga negaranya. Payung hukum untuk permasalahan tersebut adalah Vienna Convention 1961 yang kemudian diturunkan dalam Permenlu No. 5 Tahun 2018, terutama di bab IV pasal 8 mengenai bentuk perlindungan kekonsuleran. Berikut bunyi pasal tersebut:

    […] Pasal 8

    Bentuk Pelindungan Kekonsuleran paling sedikit meliputi:

    a. melindungi kepentingan Negara dan WNI yang berada di Negara Setempat;

    b. mengeluarkan paspor atau surat perjalanan laksana paspor kepada WNI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    c. bertindak sebagai notaris dan pejabat pencatatan sipil maupun dalam kedudukan serupa untuk melakukan tugas tertentu yang bersifat administratif sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Negara Setempat;

    d. bertindak sebagai wali bagi anak di bawah umur dan WNI yang tidak cakap melakukan tindakan hukum sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Negara Setempat;

    e. mewakili WNI di depan pengadilan dan instansi lain di Negara Setempat berdasarkan praktek dan tata cara yang berlaku di Negara Setempat;

    f. meneruskan dokumen pengadilan dan luar pengadilan atau melaksanakan surat pernyataan atau kuasa untuk mengambil alat bukti bagi pengadilan negara pengirim sesuai dengan hukum Negara Setempat serta hukum dan kebiasaan internasional;

    g. mendapatkan notifikasi kekonsuleran dari Negara Setempat;

    h. melakukan kunjungan ke penjara;

    i. menyampaikan keterangan dalam hal terjadinya kematian, perwalian atau pelindungan, kapal rusak, dan kecelakaan udara;

    J. melaksanakan fungsi lain yang dipercayakan kepada suatu Perwakilan Konsuler oleh negara pengirim yang tidak dilarang oleh hukum dan peraturan Negara Setempat; dan

    k. melakukan pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum berupa penyediaan Jasa Advokat. […]

    KBRI London hanya melakukan kewajibannya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap Reynhard sesuai dengan hak-haknya sebagai terpidana, yakni pendampingan selama persidangan dan mendapat pengacara.

    Perihal perlindungan hukum yang dimaksud tersebut sudah dipaparkan dalam artikel Kumparan yang dikutip dalam cuitan sumber. Selain Kumparan, beberapa media lain pun memberitakan hal serupa perihal bantuan hukum dari KBRI London.

    Berikut kutipan berita dari Kompas yang berjudul Ini Respons KBRI London Terkait Kasus Reynhard Sinaga:

    […] JAKARTA, KOMPAS.TV - KBRI London memastikan telah melakukan pendampingan terhadap Warga Negara Indonesia Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga alias Reynhard Sinaga sejak kasusnya dibuka pada 2017 hingga mendapat vonis hukuman seumur hidup dari Pengadilan Manchester, Inggris, Senin (6/1/2020).

    Langkah perlindungan hukum yang ditempuh KBRI London dalam dua tahun terakhir terkait kasus Reynhard yakni, memastikan Reynhard mendapat pengacara dan mendampingi selama rangkaian persidangan.

    Selain itu, pelindungan non-litigasi juga dilakukan dalam bentuk kunjungan kekonsuleran selama Reynhard di penjara serta memfasilitasi pertemuan dan komunikasi keluarga dengan Reynhard dan pengacara. […]

    Sumber lain dari Antara News menyebutkan bahwa KBRI London menghormati keputusan hukum terkait kasus Reynhard Sinaga. Berikut kutipan beritanya:

    […] London (ANTARA) – Kedutaan besar Indonesia (KBRI) di London menghormati keputusan pengadilan Inggris di Manchester, atas seorang warga Indonesia, Reynhard Sinaga, (36) yang dijatuhi hukuman seumur hidup setelah dinyatakan bersalah melakukan perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 pria Inggris.

    Minister Counsellor KBRI London, Thomas Ardian Siregar kepada Antara London, Senin mengatakan sejak KBRI London diberitahu oleh pihak kepolisian Juni 2017 lalu, kita terus mengikuti kasusnya dan memastikan Reynhard Sinaga, mendapatkan perlindungan hukum sesuai dengan hukum yang berlaku di UK.

    Menurut Thomas Ardian Siregar, sejak saat itu juga KBRI melakukan kontak dengan pihak keluarga dan pihak pengacaranya, “Perlu dipahami bahwa KBRI tidak bisa mengintervensi keputusan pengadilan,” ujarnya. […]

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum yang diberikan KBRI London kepada Reynhard berupa advokasi bantuan hukum untuk menjalani persidangannya. Adapun, pihak KBRI London menghormati keputusan pengadilan Inggris.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Kasatlantas Polres Bandara Soekarno-Hatta Beri Bantahan Terkait Kabar Wanita Terjepit Bus Damri

    Sumber: youtube.com
    Tanggal publish: 07/01/2020

    Berita

    Beredar video yang menyebutkan seorang wanita hamil menjadi korban terjepit bus Damri. Lokasi kejadian itu disebutkan di wilayah Bandara Soekarno-Hatta.

    Hasil Cek Fakta

    Atas beredarnya video dan kabar tersebut, pihak Kepolisian pun angkat bicara memberikan klarifikasinya. Kasatlantas Polres Bandara Soekarno-Hatta Kompol Argadija Putra menegaskan, korban bernama Nurlela yang terjepit bus Damri tidak dalam keadaan hamil.

    “Korban tidak hamil, kami kroscek langsung,” kata dia.

    Kompol Argadija mengatakan, kecelakaan lalu lintas tersebut terjadi pada Minggu (5/1/2020) kemarin. "Kemarin ada kejadian kecelakaan antara bus Damri dengan pejalan kaki," kata dia saat ditemui di Asrama Polisi, Benteng Kota Tangerang, Senin (6/1/2020).

    Arga menjelaskan kronologi kejadian tersebut bermula dari sopir bus Damri bernama Andi yang sedang melakukan aktivitas naik turun penumpang di halte shuttle bus TOD Bandara Soekarno-Hatta.

    "Setelah bus Damri selesai menaikkan (penumpang). Kemudian bus itu maju," kata Arga.

    Arga mengatakan, ada kemungkinan saat itu sopir kurang kurang konsentrasi saat berkendara. "Di depan kurang 100 meter ada Nurlela, terjepit dengan tembok akibat bus tersebut," kata dia.

    Bahkan, Arga mengatakan korban tidak mengalami luka serius dan hanya menderita luka memar saja dan sudah kembali dari Rumah Sakit. "Hasil Rontgen tidak ada luka dalam, hanya memar sedikit di bagian bahu," jelas dia.

    Korban juga diketahui menggunakan jalur bus untuk berjalan kaki. Padahal, kata Arga, jalur tempat kejadian perkara dikhususkan untuk jalur bus dan bukan untuk pejalan kaki.

    "Kalau rambu sudah cukup, tapi itu memang sempit dan bukan khusus jalan orang. Itu memang khusus perlintasan bus saja," kata dia. Saat ini sopir dengan nama Andi masih diamankan untuk dimintai keterangan lebih lanjut. "Kami amankan," kata dia.

    Rujukan

    • Mafindo
    • Kompas
    • 2 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Pemasukan TikTok Digunakan untuk Mendirikan Kamp Konsentrasi Muslim Uighur China

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 06/01/2020

    Berita

    Beredar konten yang menjelaskan penggunaan pemasukan TikTok untuk pembangunan kamp konsentrasi muslim Uighur di China. Konten tersebut juga memasukkan link berita dari CNN Indonesia untuk mengaitkan dengan isi yang dibahas. Berikut kutipan narasinya:

    Suka TikTok ???
    Aplikasi yg tengah membanjiri kawula muda saat ini adalah TIK TOK apa kamu juga memasang aplikasi ini di hpmu ???
    Kamu tau ga aplikasi ini berasal dari mana ???
    Ga tau ???
    Masa iya ga tau ???
    Aplikasi ini berasal dari NEGERI TIRAI BAMBU CINA
    Yups negeri para komunis terbesar kedua di dunia setelah Rusia
    Oh iya kamu tau ga setiap kali ada orang yg menginstal aplikasi TIK TOK ni maka pemasukan bagi negeri china juga bertambah loooh.
    Keren kaaaan
    Eh eh eh tapi kamu tau ga pemasukannya buat apa ???
    Seorang jurnalis muda asal amerika yang bernama Fira Aziz pernah melakukan sesi wawancara ke negeri tirai bambu untuk mencari kantor pencetus aplikasi TIK TOK ini loh.
    Dan kagetnya dia ketika dia mengetahui bahwa raupan uang yg dihasilkan dari aplikasi tersebut digunakan untuk mendirikan Camp Konsentrasi bagi muslim uighur.
    Memangnya kenapa dengan camp konsentrasi tersebut???
    Fira Aziz mengatakan bahwa di camp tersebut anak-anak kecil uighur di cuci otaknya hingga mereka tidak lagi mengenali ibu bapaknya.
    Suami dipisah dari istrinya.
    Para suami dan pemuda yg tidak mau melepas iman islamnya akan di sengat arus listrik hingga mati.
    Para istri dan gadis yg tidak mau melepas iman islamnya akan di perkosa bergilir oleh 13 laki-laki hingga dia wafat.
    Jadi buat kamu yg main TIK TOK kamu sadar ga sih kalo kamu lagi ngebantu kafir cina buat nyiksa saudara seimanmu sendiri ???
    Masih mau jadi bodoh gara-gara aplikasi bodoh ???
    Stop main TIK TOK
    _______
    https://m.cnnindonesia.com/…/media-asing-china-suap-ormas-i…
    AYO PARA MUSLIM/MUSLIMAH VIRALKAN
    Kalau 1 org mengirim ke 5 org lain. (Blm termasuk posting ke group). Hari ini ada 50 postingan membela Islam.
    Ini salah satu moment dimana kita bisa berjihad. Malaikat pencatat menunggu keseriusan kita dlm membela agama Allah
    Jangan tunggu pemerintah berbuat. Mumpung msh ada hayat dikandung badan. Sekalipun fisik kita mungkin tdk bisa turun ke jalan, tp jari2 kita msh bisa berjihad.
    Jadilah muslim yg tidak cuma NATO, No Action Talk Only. Besok mungkin kita sdh dipanggil Allah. Kita akan menyesal....

    Kabar tentang tik tok

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut tidak benar. Nama Fira Aziz, wartawan Amerika Serikat yang disebut melakukan kunjungan ke kantor TikTok di China, tidak ditemukan dalam platform database jurnalis PressHunt (presshunt.co) dan PressFarm (press.farm).

    Fakta tersebut diketahui setelah dilakukan pencarian di dua platform tersebut. Sementara lewat penelusuran dengan mesin pencari, kata kunci Fira Aziz merujuk kepada Feroza Aziz, seorang remaja Amerika Serikat yang sempat viral karena mengkritik perlakuan terhadap muslim Uighur di China.

    Berikut berita yang memuat penjelasan terkait kasus Feroza Aziz dengan TikTok:


    […] TikTok apologises and reinstates banned US teen

    Chinese-owned social network TikTok has apologised to a US teenager who was blocked from the service after she posted a viral clip criticising China's treatment of the Uighur Muslims.

    The firm said it had now lifted the ban, maintaining it was due to 17-year-old Feroza Aziz's prior conduct on the app - and unrelated to Chinese politics.

    Additionally, the firm said "human moderation error" was to blame for the video being taken down on Thursday for almost an hour.

    TIkTok, owned by Beijing-based ByteDance, has insisted it does not apply Chinese moderation principles to its product outside of mainland China.

    Ms Aziz posted on Twitter that she did not accept the firm's explanation.

    "Do I believe they took it away because of a unrelated satirical video that was deleted on a previous deleted account of mine? Right after I finished posting a three-part video about the Uighurs? No.”

    In an interview with BBC News reporter Vivienne Nunis, Ms Aziz said: "I will continue to talk about it, and I will talk about it on Twitter, on Instagram, on any platform I have, even TikTok.

    "I'm not scared of TikTok, even after the suspension. I won't be scared of TikTok.” […]

    Terjemahan:

    […] Media sosial milik perusahaan China, TikTok, telah meminta maaf kepada seorang remaja di Amerika Serikat yang diblokir dari pelayanan aplikasi tersebut setelah dia memposting sebuah video viral yang mengkritik perlakuan China terhadap muslim Uighur.

    Perusahaan tersebut telah mencabut larangannya dan menyebutkan bahwa hal tersebut dilakukan karena penyalahgunaan penggunaan oleh remaja 17 tahun tersebut, serta tidak ada hubungannya sama sekali dengan politik China.

    Selain itu, perusahaan tersebut menyatakan bahwa “human moderation error” merupakan penyebab video tersebut sempat dihapus pada hari Kamis lalu selama hampir satu jam.

    TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan ByteDance yang berbasis di Beijing, menyatakan tidak pernah menerapkan kebijakan pemerintah China terhadap produk-produknya di luar negeri.

    Ms. Aziz memposting di akun Twitter-nya menyatakan bahwa dia tidak terima dengan penjelasan perusahaan tersebut.

    “Apakah aku akan percaya bahwa mereka menghapusnya karena sebuah video satire yang tidak berkaitan yang sudah dihapus oleh akun lamaku yang telah dihapus? Setelah aku memposting tiga part video mengenai Uighurs? Tidak.”

    Dalam wawancara dengan reporter BBC News Vivienne Nunis, Ms. Aziz mengatakan, “Aku akan terus membahasnya, dan aku akan terus membahasnya di Twitter, di Instagram, atau di platform lain yang aku punya, bahkan TikTok.”

    “Aku tidak takut dengan TikTok, bahkan setelah disuspensi. Aku tidak akan takut dengan TikTok.”

    […]

    Selain itu, link berita CNN Indonesia yang dikutip tidak memiliki kaitan dengan isi yang dibahas dalam konten tersebut. Link berita tersebut membahas laporan dari Wall Street Journal (WSJ) yang menyebut China membujuk ormas Islam agar tidak lagi mengkritik dugaan persekusi terhadap muslim Uighur lewat sejumlah bantuan dan menjawab kritik yang dilayangkan lewat Kedutaan Besar China di Jakarta. Sehingga, link berita yang dicantumkan tidak mendukung klaim dari konten tersebut.

    Berikut kutipan berita yang dimaksud:

    […] Jakarta, CNN Indonesia -- China disebut berupaya membujuk sejumlah organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, media Indonesia, hingga akademisi agar tak lagi mengkritik dugaan persekusi yang diterima etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.

    Laporan the Wall Street Journal (WSJ) yang ditulis Rabu (11/12), memaparkan China mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap ormas-ormas Islam tersebut setelah isu Uighur kembali mencuat ke publik pada 2018 lalu.

    Saat itu, isu Uighur mencuat usai sejumlah organisasi HAM internasional merilis laporan yang menuding China menahan satu juta Uighur di kamp penahanan layaknya kamp konsentrasi di Xinjiang.

    Beijing bahkan disebut membiayai puluhan tokoh seperti petinggi NU dan Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang.

    Hal itu, papar WSJ, terlihat dari perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal dugaan persekusi Uighur sebelum dan setelah kunjungan ke Xinjiang.

    Dalam laporan WSJ, para pemimpin Muhammadiyah sempat mengeluarkan surat terbuka pada Desember 2018 lalu yang menyuarakan dugaan kekerasan terhadap komunitas Uighur. Muhammadiyah bahkan menuntut penjelasan China dan memanggil duta besarnya di Jakarta.

    Sejumlah kelompok Islam bahkan berunjuk rasa di depan kedubes China di Jakarta sebagai bentuk protes terhadap dugaan penahanan itu.

    Tak lama dari itu, China berupaya meyakinkan ormas-ormas Islam bahwa tak ada kamp konsentrasi dan penahanan.

    Beijing berdalih kamp-kamp itu merupakan kamp pelatihan vokasi untuk memberdayakan dan menjauhkan etnis Uighur dari paham ekstremisme.
    China lalu mengundang puluhan pemuka agama Islam, wartawan, hingga akademisi Indonesia untuk mengunjungi kamp-kamp tersebut di Xinjiang.

    Sejumlah pejabat China juga memberikan presentasi terkait serangan terorisme yang dilakukan oknum etnis Uighur.

    Sejak rangkaian tur Xinjiang itu berlangsung, pandangan para pemuka agama Islam tersebut berubah. Seorang tokoh senior Muhammadiyah yang ikut kunjungan ke Xinjiang mengatakan bahwa kamp-kamp yang ia kunjungi sangat bagus dan nyaman, serta jauh dari kesan penjara.

    Kata WSJ, hal itu diutarakan dalam catatan perjalanannya yang dirilis di majalah Muhammadiyah.

    WSJ juga mengatakan hal serupa soal sikap NU. Pemimpin NU, Said Aqil Siroj, disebut meminta warga terutama umat Muslim Indonesia tak percaya pada laporan media dan televisi internasional untuk memahami situasi di Xinjiang. WSJ mengatakan pernyataan itu disampaikan Said melalui buku yang diterbitkan NU cabang China.

    Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga mantan pengurus NU, Masduki Baidlowi, juga disebut WSJ mengamini pernyataan China selama ini bahwa kamp-kamp itu adalah kamp pelatihan vokasi untuk memberdayakan masyarakat Uighur dan menjauhkan mereka dari ekstremisme.

    "Ada masalah dengan ekstremisme di Xinjiang dan mereka [China] sedang menanganinya. Mereka memberikan solusi: pelatihan vokasi dan skill," kata Masduki seperti dikutip WSJ.

    Selain tur gratis ke Xinjiang, China juga disebut menyalurkan sejumlah donasi dan bantuan finansial lainnya yang dibungkus dengan program beasiswa. Sejumlah siswa ormas-ormas Islam termasuk NU turut menerima beasiswa itu.

    Merespons laporan itu, Muhammadiyah membantah bahwa organisasinya bungkam soal Uighur karena sejumlah bantuan dari China.

    Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Muhti, menegaskan bahwa organisasinya independen dan tidak bisa didikte oleh pihak manapun apalagi asing.

    "Muhammadiyah tidak akan menyampaikan suatu pandangan karena sumbangan. Apalagi selama ini tidak ada sumbangan untuk Muhammadiyah," kata Abdul saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Kamis (12/12).

    Abdul juga mengatakan organisasinya menentang keras segala bentuk pelanggaran HAM oleh siapapun. "Tidak terkecuali oleh China, Arab Saudi, Israel, dan sebagainya. Tetapi Muhammadiyah tidak akan bersikap tanpa bukti-bukti yang kuat. Dan tidak hendak mencampuri urusan dalam negeri negara lain," tambahnya.

    Sementara itu, MUI membantah laporan WSJ tersebut. Menurut Kepala Hubungan Internasional MUI, Muhyiddin Junaiddi, tidak semua petinggi agama yang ikut tur ke Xinj

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan dan kutipan pemberitaan itu, maka dapat dikatakan bahwa konten yang tertera pada sumber keliru. Dengan demikian, konten tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Princess Qajar Simbol Kecantikan di Persia Sampai 13 Pria Muda Bunuh Diri Karena Ditolak Cintanya

    Sumber: instagram.com
    Tanggal publish: 06/01/2020

    Berita

    Beredar konten yang menampilkan foto dua wanita berkumis di media sosial Instagram. Dalam narasi postingan disebutkan bahwa foto tersebut merupakan foto “Princess Qajar” yang telah menolak 13 pria muda hingga para pria itu bunuh diri. Berikut kutipan:

    Pada zaman Persia kuno, kumis dan badan gemuk adalah simbol kecantikan sejati. Salah satu contohnya, Putri Qajar (Esmat) di era Persia menjadi rebutan para pria. .⁣
    .⁣
    Putri Fatemeh Khanum “Esmat al-Dowleh” (1855/6–1905) adalah seorang putri dari Dinasti Qajar, salah satu anak perempuan dari raja Persia yang bertahta dari tahun 1848–1896. .⁣
    .⁣
    Putri Qajar sudah berkali-kali dilamar oleh banyak pria di negaranya, namun kebanyakan berakhir penolakan. Sebanyak 13 orang dari pelamar tersebut dikabarkan meninggal dunia karena bunuh diri lantaran ditolak putri tersebut. .⁣

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut tidak benar. Melansir dari hasil cek fakta liputan6.com, diketahui bahwa dua foto tersebut merupakan dua orang berbeda, bukan satu orang.

    Fakta tersebut diketahui dari laman dw.com pada artikel berita foto berjudul “Foto Langka Putri Harem Persia.” Dalam laman dw.com tersebut diketahui bahwa foto wanita berkerudung di sebelah kanan konten sumber bernama Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala. Berikut kutipan dari dw.com:

    […] Pemain piano pertama di Iran

    Raja Nasir al-Din Shah Qajar tidak hanya memiliki banyak istri, tapi juga punya banyak anak. Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala merupakan salah satu putri Raja Nasir Shah. Ibunya, Taj al-Dawla atau Taj el Dowleh merupakan selir Raja Nasir Shah. Esmat lahir pada tahun 1855. Sang ayah mengimpor piano ke Iran dan Esmat el-Dowleh kemudian menjadi perempuan pertama di Iran yang bisa main piano. […]

    Dalam informasi yang ada pada dw.com itu tidak tertulis bahwa putri Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala pernah menolak 13 pria muda. Informasi yang ada hanya Esmat memang dianggap cantik lantaran kumisnya dan sering menolak lamaran laki-laki. Berikut kutipan informasinya:

    […] Kumis Putri Esmat al Dowleh

    Pada masa itu, sangat lumrah jika perempuan berkumis. Berbagai laporan menyebutkan , begitu banyak pria mengagumi kecantikan putri raja berkumis itu dan ingin meminangnya. Esmat sering menolak lamaran-lamaran itu. […]

    Dari kutipan itu dapat terlihat bahwa informasi yang ada ialah Esmat dikagumi karena memiliki kumis dan ia menolak lamaran pria-pria yang meminangnya. Namun, tidak disebutkan jumlahnya.

    Lalu, foto sebelah kiri, mengacu kepada laman dw.com, ialah Taj al-Saltanah. Dia dijelaskan juga seorang putri Raja Nasir dari istri bernama Turan al-Saltaneh. Berikut kutipan informasinya:

    […] Putri yang progresif

    Taj al-Saltanah dilahirkan tahun 1883 dari salah satu istri Raja Nasir yang bernama Turan al-Saltaneh. Putri kesayangan raja ini sangat terkenal sebagai feminis dan anggota The Society of Women’s Freedom. […]

    Perihal Putri Taj al-Saltanah tersebut tidak ditemukan informasi yang menyebutkan ia menolak pinangan 13 pria muda. Informasi yang ada menjelaskan bahwa dirinya merupakan figur putri raja yang progresif, dekat dengan kalangan sastrawan, dan putri yang modern. Berikut kutipannya:

    […] Melawan saudara laki-lakinya sendiri

    Putri Taj al-Saltanah merupakan salah satu pendorong Revolusi Konstitusional di Iran melawan abangnya sendiri, Mozaafar al-Dhin Shah, yang hidup mewah dari pinjaman Rusia dan Inggris. Revolusi tahun 1905-1907 ini memperjuangkan sistem konstitusional dan menentang kekuasaan absolut kerajaan serta intervensi asing di Iran.

    Putri terkasih

    Raja Nasir al-Din Shah Qajar amat mengasihi putrinya yang progresif ini. Sang putri juga dikenal dekat dengan kalangan sastrawan, terutama para penyair. Meski dicinta sang ayah, ia dibenci oleh saudara laki-laki ynag menggantikan ayahnya sebagai raja. Mozaafar al-Dhin Shah sangat tidak suka dengan aktivitas Taj di ruang publik.

    Dari harem ke modernitas

    Taj al-Saltanah juga aktiv menulis buku. Salah satu karyanya berjudul: Crowning Anguish: Memoirs of a Persian Princess from the Harem to Modernity 1884-1914. […]

    Selain dari laman dw.com, bantahan juga disampaikan oleh seorang sejarahwan bernama Victoria Martinez. Dalam tulisannya, ia memaparkan bahwa klaim mengenai “Princess Qajar” tidak berdasarkan fakta. Berikut kutipannya:

    […] The historical reality of this junk history meme is, like all history, complex, and deeply rooted in a period of great change in Persian history that involved issues like reform, nationalism and women’s rights. At its core, however, is a story of not one, but two, Persian princesses who both defined and defied the standards and expectations set for women of their time and place. Neither one, incidentally, was named “Princess Qajar,” though they were both princesses of the Persian Qajar dynasty.

    The primary figure in this history is Princess Fatemeh Khanum “‘Esmat al-Dowleh”[1] (1855/6–1905), a daughter of Nasir al-Din Shah Qajar (1831–1896), King of Persia from 1848–1896, and one of his wives, Taj al-Dowleh. The photograph circulating is indeed ‘Esmat, not an actor, and was taken by her husband circa the mid- to late-19th century. This information alone, readily available online and in print, contradicts the claim that ‘Esmat was “the ultimate symbol of beauty… in the early 1900s.” Since the photo of ‘Esmat was taken years before then, and she died in 1905, it’s a stretch to make her an icon of a period she barely graced.

    The only part of the meme that has a grain of truth to it is that there was indeed a period in Persian history when ‘Esmat’s appearance — namely, her “mustache” — was considered beautiful. According to Harvard University professor Dr. Afsaneh Najmabadi, “Many Persian-language sources, as well as photographs, from the nineteenth century confirm that Qajar women sported a thin mustache, or more accurately a soft down, as a sign of beauty.”[2] But, as Dr. Najmabadi clearly points out, this concept of beauty was at its height in the 19th century. In other words, the 1800s, not the 1900s, as the meme claims. […]

    Terjemahannya:

    […] Realitas historis dari meme sejarah sampah ini, seperti semua sejarah, kompleks, dan berakar dalam pada periode perubahan besar dalam sejarah Persia yang melibatkan isu-isu seperti reformasi, nasionalisme, dan hak-hak perempuan. Pada intinya, bagaimanapun, adalah kisah bukan hanya satu, tetapi dua, putri Persia yang sama-sama mendefinisikan dan menentang standar dan harapan yang ditetapkan bagi wanita dari waktu dan tempat mereka. Tak satu pun, kebetulan, bernama "Putri Qajar," meskipun mereka berdua putri dari dinasti Qajar Persia.

    Tokoh utama dalam sejarah ini adalah Puteri Fatemeh Khanum "'Esmat al-Dowleh" [1] (1855 / 6–1905), putri Nasir al-Din Shah Qajar (1831–1896), Raja Persia dari tahun 1848–1896 , dan salah satu istrinya, Taj al-Dowleh. Foto yang beredar memang ‘Esmat, bukan aktor, dan diambil oleh suaminya sekitar pertengahan hingga akhir abad ke-19. Informasi ini sendiri, tersedia secara online dan dalam bentuk cetak, bertentangan dengan klaim bahwa 'Esmat adalah "simbol kecantikan yang paling ... di awal tahun 1900-an." Karena foto' Esmat diambil bertahun-tahun sebelumnya, dan dia meninggal pada tahun 1905, itu peregangan untuk menjadikannya ikon dari periode yang nyaris tidak ia sambut.

    Satu-satunya bagian dari meme yang memiliki kebenaran adalah bahwa memang ada suatu periode dalam sejarah Persia ketika 'penampilan Esmat - yaitu, "kumisnya" - dianggap indah. Menurut profesor Universitas Harvard, Dr. Afsaneh Najmabadi, "Banyak sumber berbahasa Persia, serta foto-foto, dari abad kesembilan belas mengkonfirmasi bahwa perempuan Qajar memakai kumis tipis, atau lebih tepatnya pelembut lembut, sebagai tanda kecantikan." [ 2] Tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh Dr. Najmabadi, konsep kecantikan ini mencapai puncaknya pada abad ke-19. Dengan kata lain, tahun 1800-an, bukan tahun 1900-an, seperti yang dikatakan meme. […]

    Melalui tulisannya, Martinez memaparkan bahwa klaim konten sumber tidak berdasarkan fakta sejarah. Meski demikian, ia memaparkan bahwa konsep cantik wanita berkumis memang sempat berlaku, namun tidak ada fakta sejarah terjait konteks informasi dalam konten “Princess Qajar” yang dikatakan menolak 13 pria muda hingga bunuh diri.

    Kesimpulan

    Dari paparan itu, maka dapat disimpulkan bahwa klaim konten sumber tidak tepat. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah. Hal itu didasari kesalahan konteks dalam konten itu yang membuat satu kesatuan kontennya salah.

    Rujukan

    • Mafindo
    • Liputan 6
    • 2 media telah memverifikasi klaim ini