• Hati-hati! Beredar Hoaks Cuaca Panas Ekstrem

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 24/10/2019

    Berita

    "Apakah berita tentang suhu udara itu hoax?"

    "Assalamualaikum untuk kawan-kawan semua,.. mulai besok sampai 3 hari ke depan di harapkan kurangi aktifitas di luar rumah karena cuaca panas extreme melanda Indonesia untuk 3 hari ke depan. Banyak minum air mineral dan multivitamin ya Bro... Temperatur panas extreme yang terbaca oleh deteksi satelit hari ini, adalah di daerah :
    Jakarta 38°C
    Depok 38°C
    Serang Banten 44°C
    Bekasi 38°C
    Tangerang 44°C
    Jogjakarta 40°C
    Malang 44°C
    Solo 45°C
    Madiun 39°C
    Magelang 39°C
    Purworejo 40°C
    Madura 42°C
    Bali 45°C
    Lombok 43°C
    Riau 45°C
    Pekanbaru 45°C
    Batam 42°C
    Makassar 43°C
    Pare-pare dan bone 40°C
    Papua Nugini, nyaris mendekati 50°C

    Daerah lain masih dalam pantauan mitigasi klimatologi NASA.

    Jaga kesehatan, pola makan, dan banyak minum air ya, Kawan. Panas extreme pemicu dehidrasi, malaria, tifus, campak, dan pelemahan sel jaringan otak."

    Hasil Cek Fakta

    Sleman - Beredar pesan berantai di media sosial yang narasinya menyebutkan bahwa tiga hari ke depan akan terjadi cuaca panas ekstrem di berbagai tempat. Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas, memastikan pesan berantai tersebut hoaks.

    "Berita tersebut adalah hoaks karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah," jelas Reni dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Rabu (23/10/2019).

    Berikut berita hoaks tersebut:
    Untuk kawan-kawan semua,.. mulai besok sampai 3 hari ke depan di harapkan kurangi aktifitas di luar rumah karena cuaca panas extreme melanda Indonesia untuk 3 hari ke depan. Banyak minum air mineral dan multivitamin ya Bro... Temperatur panas extreme yang terbaca oleh deteksi satelit hari ini, adalah di daerah :


    Jakarta 38°C
    Depok 38°C
    Serang Banten 44°C
    Bekasi 38°C
    Tangerang 44°C
    Jogjakarta 40°C
    Malang 44°C
    Solo 45°C
    Madiun 39°C
    Magelang 39°C
    Purworejo 40°C
    Madura 42°C
    Bali 45°C
    Lombok 43°C
    Riau 45°C
    Pekanbaru 45°C
    Batam 42°C
    Makassar 43°C
    Pare-pare dan bone 40°C
    Papua Nugini, nyaris mendekati 50°C
    Daerah lain masih dalam pantauan mitigasi klimatologi NASA.
    Jaga kesehatan, pola makan, dan banyak minum air ya, Kawan. Panas extreme pemicu dehidrasi, malaria, tifus, campak, dan pelemahan sel jaringan otak.

    Reni menegaskan keterangan pesan di media sosial itu tidak benar. Ia mencontohkan suhu udara di Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan di BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta suhu udara maksimum tanggal 22 dan 23 Oktober 2019 adalah 32 °C.

    "Suhu maksimum selama 5 hari terakhir yaitu antara 31-36 °C. Suhu 36°C terjadi pada tanggal 21 Oktober 2019 dan hari berikutnya hingga hari ini tanggal 23 Oktober 2019 tren suhu menunjukkan penurunan," sebutnya.

    Saat dimintai konfirmasi kenapa data suhu udara yang tercatat di aplikasi android berbeda dengan data pengamatan BMKG, menurut Reni penyebabnya karena data dari handphone android adalah data permodelan. Sementara data dari BMKG adalah hasil pengamatan langsung.

    "Karena BMKG melakukan pengamatan langsung dan real unsur cuaca di lapangan dengan memakai alat-alat terkalibrasi keakuratannya, tidak hanya sekedar main aplikasi. Jadi suhu yang tercatat benar-benar pengamatan lokal," pungkas dia.
    (ush/bgs)

    Rujukan

    • Detik
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Kisah Mengerikan Perantau di Wamena yang Diselamatkan Penduduk Setempat

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 23/10/2019

    Berita

    Suara.com - Aksi damai yang berujung ricuh kembali terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua pada Senin (23/9/2019) lalu. Sejumlah kantor pemerintahan, fasilitas umum dan rumah warga dibakar.

    Tercatat puluhan orang menjadi korban dalam kerusuhan tersebut. Tak hanya penduduk asli, masyarakat dari luar Papua pun turut menjadi korban.
    Bahkan tak sedikit masyarakat dari luar kota tersebut sementara waktu diungsikan untuk kemudian dipulangkan ke kampung halamannya.
    Ketika berada di pengungsian, para pengungsi pun menceritakan peristiwa mengerikan yang dialami.

    Nani Susongki, asal Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur merupakan satu dari sekian warga yang memilih mengungsi.

    Wanita paruh baya yang sudah 17 tahun merantau ke Wamena itu, mengaku selamat dari aksi beberapa pekan lalu karena pertolongan seorang masyarakat asli setempat yang biasa disapa Mama Manu.

    Letak rumah Mama Manu di Kota Wamena, tepat berada di belakang rumah Nani.

    Hasil Cek Fakta

    “Kalau kami sembunyi di Honai (rumah) Mama Manu. Kami disembunyikan di situ,” kata Nani Susongki di Aula Lanud Jayapura yang dijadikan lokasi pengungsian sementara.

    Ia menceritakan, sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30, anak perempuannya yang bekerja di salah satu toko gadget, menelponnya. Mengingatkan agar Nani tidak keluar rumah.

    Tak berapa lama, informasi menyebar jika daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di dalam Kota Wamena mulai bergejolak.

    Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah. Menuju ke bagian belakang rumah. Dalam perjalanan, ia bertemu tiga orang yang memegang senjata tajam.

    “Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain,” ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.

    Saat Nani, keluarganya dan beberapa warga lain bersembunyi, sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.
    Mama Manu meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.
    “Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi,” ucapnya.

    Nani menyatakan tidak pernah menyangka Mama Manu nekad berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam untuk mempertahankan warga yang berlindung dalam rumahnya.

    “Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita,” katanya.

    Setelah bersembunyi hampir satu jam, Nani Susongki dan beberapa warga yang berlindung di rumah Mama Manu dievakuasi polisi ke Polres Jawijaya. Setelah tiga hari di Polres, Nani bersama keluarganya memilih mengungsi ke Jayapura, dan berencana kembali ke kampung halaman.

    “Mobilnya dan rumah kami tidak dibakar, akan tetapi hancur. Kami juga berterimakasih kepada AU RI di Jayapura yang telah menampung kami dan memenuhi kebutuhan kami selama di sini,” ucapnya.

    Pengungsi lainnya, Abdullah Sihanudin (40) yang sejak 2014 lalu merantau ke Wamena, sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek dan agen tiket pesawat mengatakan, saat demonstrasi pecah, istrinya terlebih dahulu telah menyelamatkan diri bersama warga lain.

    Ketika Abdullah bersama anak perempuannya yang masih balita akan menyelamatkan diri, ada yang bertanya kepadanya akan bersembunyi di mana. Ia pun menjawab mau bersembunyi sementara waktu di Honai, hingga ada polisi yang menolongnya.
    Abdullah bersembunyi di rumah salah satu warga asli setempat yang biasa disapa Mama Lani.

    “Seorang ibu di belakang rumah saya yang menyelamatkan saya. Anak saya langsung dirangkaul dan Mama Lani berteriak jangan dibunuh, pak de ini yang setiap hari membantu saya,” kata Abdullah.

    Ketika demonstrasi berujung rusuh pecah di Wamena, sejumlah bangunan dibakar, termasuk kios milik istri Abdullah.

    “Ketika itu sudah ada 10 orang yang pesan tiket pesawat, tapi karena kejadian itu akhirnya tiket semua hangus. Hingga kini uang orang yang sudah pesan tiket saya belum bisa ganti. Totalnya Rp 3,5 juta,” ucapnya.

    Seperti Nani Susongki, Abullah juga berencana kembali ke kampung halamannya di Probolinggo. Ia merasa khawatir karena hingga kini sebagian besar warga Wamena mengungsi.

    “Sudah tiga hari kami di Jayapura. Di Jayapura saya tidak punya keluarga. Saya ingin pulang secepatnya ke kampung halaman,” ujarnya.

    Rujukan

    • Suara.com
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • BNPB: 99 Persen Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Adalah Manusia

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 23/10/2019

    Berita

    Merdeka.com - Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, pihaknya siap mempekerjakan masyarakat yang melakukan pembakaran hutan dan lahan (Karhutla). Pasalnya Karhutla yang terjadi di sejumlah wilayah diduga dilakukan manusia.

    Hasil Cek Fakta


    "Kami BNPB mengatakan kalau ada masyarakat yang dibayar untuk membakar ladang, kami siap menampung mereka, kami pekerjakan sebagai bagian dari satgas pemadaman api. Kita bayar, lebih baik kita membayar rakyat, dari pada rakyat dibayar orang lain untuk membakar," katanya di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (14/9).

    "Saya bilang tadi, 99 persen penyebab kebakaran adalah manusia," sambungnya.

    Menurutnya, tak menutup kemungkinan kebakaran ini akan terjadi tiap tahun. Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat lebih aktif untuk mencegah kebakaran.

    "Masalah kebakaran hutan dan lahan bukan tanggung jawab pemerintah semata, tapi seluruh bangsa kita, harus timbul memahami dan ikut bertanggung jawab. Tahun depan bisa ada lagi," tutupnya. [fik]

    Rujukan

    • Merdeka.com
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Vlog Jokowi-Jan Ethes Dianggap Tak Peka Karhutla, Istana Angkat Bicara

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 23/10/2019

    Berita

    Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memosting momen bersama cucunya Jan Ethes pada Sabtu pekan lalu, di tengah persoalan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang masih belum bisa diselesaikan. Akibat postingan itu, Jokowi dianggap oleh sejumlah netizen tidak simpatik terhadap fenomena kabut asap di Indonesia.

    Postingan ini diunggah Jokowi lewat akun Twitter-nya. Jokowi mengajak Ethes berkeliling Istana Kepresidenan Bogor.

    "Jalan-jalan pagi di sekitar Istana Bogor bersama Jan Ethes, melihat kuda, kambing, dan rusa merumput di pelataran. Ngomong-ngomong, Jan Ethes paling suka binatang apa?," kata Jokowi yang di-upload di akun YouTube-nya, Sabtu (21/9/2019)

    Namun reaksi dari warganet justru menyoroti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Jokowi juga dianggap tidak peka terhadap situasi tersebut.

    Hasil Cek Fakta

    Saat dimintai konfirmasi detikcom, Stafsus Presiden Adita Irawati mengatakan Jokowi berkomitmen mengatasi karhutla. Ini dibuktikan dengan kunjungan Jokowi ke Riau pekan lalu.

    "Kalau komitmen, beliau sangat komitmen untuk hal ini. Yang perlu diingat, soal karhutla banyak di pemda dan Presiden menekankan daerah lebih bisa komit ambil peran, dan dibantu pemerintah pusat," kata Adita lewat sambungan telepon.
    Terkait reaksi negatif dari warganet, Adita memakluminya. Namun ia menepis Jokowi tidak peka terhadap kabut asap.

    "Itu pandangan dari masyarakat ya bebas mereka menyampaikan pendapat itu. Tapi kalau disampaikan tidak peka menurut saya, Presiden sangat-sangat memberikan perhatian dan hampir setiap hari selalu memantau perkembangan," tuturnya.
    (dkp/fjp)

    Rujukan

    • Detik
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini