• PSSI memutuskan keluar dari AFC, benarkah?

    Sumber:
    Tanggal publish: 31/10/2024

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di YouTube menarasikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan untuk keluar dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan pindah menjadi anggota Konfederasi Sepak bola Oceania (OFC).

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “AFC AUTO NANGIS  PSSI Putuskan Timnas Indonesia Keluar~Pindah ke Zona Oseania, Jadi 3 Harapanku”

    Namun, benarkah PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, dalam unggahan tersebut tidak ada klaim bahwa PSSI resmi memutuskan untuk keluar dari AFC dan bergabung dengan OFC.

    Dalam video tersebut, narator hanya membacakan narasi artikel dari media yang berjudul “3 Kerugian AFC Jika Indonesia Memutuskan Keluar dan Bergabung ke Oseania”.

    Dalam artikel tersebut tidak ada klaim PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC, namun salah satu pemerhati sepak bola yang menyerukan desakan tersebut adalah Justinus Lhaksana. Ia menilai PSSI lebih baik meninggalkan AFC jika permintaan BFA dikabulkan oleh otoritas sepak bola di Asia tersebut.

    Artikel tersebut juga menyebutkan tiga kerugian AFC, jika PSSI memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan OFC.

    Klaim: PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC

    Rating: Disinformasi

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2024

    Rujukan

    • ANTARA News
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Tidak Benar 159 Negara Akan Adopsi Sistem Pembayaran BRICS

    Sumber:
    Tanggal publish: 30/10/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi yang mengeklaim 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS.

    Untuk diketahui, BRICS adalah aliansi ekonomi yang dipelopori Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut perlu diluruskan karena informasinya tidak tepat.

    Narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS dibagikan oleh akun Facebook ini pada 11 September 2024.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    BRICS Mengonfirmasi 159 Negara Akan Mengadopsi Sistem Pembayaran Baru

     

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri narasi tersebut menggunakan Google Search, dan menemukan artikel dari pemeriksa fakta AFP yang dipublikasikan pada 9 September 2024.

    Dilansir AFP, narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS berasal dari kekeliruan media Rusia dalam memberitakan pernyataan pejabat bank sentral Rusia.

    Awalnya, Kantor berita Rusia, Sputnik, memberitakan pernyataan Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina pada 30 Januari 2024 soal sistem perbankan sebagai alternatif SWIFT.

    "Rusia memiliki Sistem Pengiriman Pesan Finansial (SPFS) yang merupakan alternatif dari SWIFT. Beberapa negara lain memiliki infrastruktur serupa. Kami sedang mendiskusikan interaksi platform-platform tersebut," kata Nabiullina.

    Moskow sedang mendiskusikan integrasi SPFS dengan negara-negara BRICS lainnya. Nabiullina mengatakan bahwa 159 peserta asing dari 20 negara telah mendaftar ke SPFS.

    Pernyataan tersebut dikutip oleh media Rusia lainnya, Russia Today (RT), dan dipublikasikan di platform media sosial China, Weibo, pada 17 Agustus 2024.

    Namun, RT keliru mengutip dan justru menyebutkan "159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS".

    Kemudian, RT mencabut pemberitaan tersebut serta menerbitkan klarifikasi di Weibo pada 22 Agustus 2024.

    Sementara itu, juru bicara BRICS Pay mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui soal 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran tersebut.

    "Pengembangan BRICS Pay memang terus berjalan, tetapi ini akan menjadi pengembangan yang bertahap dan berurutan," kata BRICS Pay kepada AFP pada 6 September 2024.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS perlu diluruskan.

    Narasi tersebut berasal dari kekeliruan media Rusia dalam memberitakan pernyataan pejabat bank sentral Rusia.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Video Ledakan Pabrik di China Dinarasikan Keliru sebagai Serangan Hezbollah

    Sumber:
    Tanggal publish: 30/10/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menunjukkan serangan Hezbollah, kelompok perlawanan asal Lebanon, yang menghancurkan pangkalan Israel.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu membagikan peristiwa lama yang terjadi di China dengan konteks keliru.

    Video yang diklaim menunjukkan Hezbollah menghancurkan pangkalan Israel dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada 14 Oktober 2024.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Boooommmm.....

    Breaking:

    Hizbullah Menyerang Pangkalan Zionis Israel dengan Rudal Terpandu dan Menyebabkan Kehancuran Total.

    Menyala Hizbullah

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri video tersebut dengan Google Lens untuk mengecek apakah narasi dalam unggahan itu sesuai fakta.

    Hasilnya, video yang sama pernah dipublikasikan oleh Mirror pada 26 November 2015. Artikel di Mirror menyatakan peristiwa itu sebagai ledakan pabrik kimia di Provinsi Zhejiang, China.

    Menurut Mirror, video amatir tersebut diunggah pertama kali di YouTube.

    Kemudian, Kompas.com melakukan penelusuran lebih lanjut dan menemukan video amatir yang merekam ledakan pabrik kimia di Zhejiang.

    Akun YouTube Mikey Trailz membagikan video tersebut pada 26 November 2015. Deskripsi video menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada 17 November 2015.

    Peristiwa itu tidak terkait dengan peristiwa yang terjadi di Timur Tengah, atau konflik bersenjata antara Israel dengan Hezbollah.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang diklaim menunjukkan Hezbollah menghancurkan pangkalan Israel perlu diluruskan.

    Video tersebut dibagikan dengan konteks keliru. Video yang sama beredar pada 2015 dan menunjukkan ledakan pabrik kimia di Provinsi Zhejiang, China.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Tidak Benar SPBU Terbakar karena Pembelian BBM Pakai QR Code

    Sumber:
    Tanggal publish: 30/10/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar video yang menghadirkan narasi sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) mengalami kebakaran karena masyarakat membeli bahan bakar minyak (BBM) menggunakan quick-responses code (QR code) dari gawai. 

    Namun, setelah ditelusuri narasi tersebut keliru dan perlu diluruskan informasinya. 

    Video yang diklaim menampilkan SPBU terbakar karena pembelian BBM menggunakan QR code muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan video yang menampilkan sebuah SPBU dilalap api. Berikut keterangan teks yang disampaikan:

    AKIBAT BELI BBM PAKAI QR Dulu HP dilarang dihidupkan di POM BENSIN, Sekarang HP Wajib dihidupkan karena pakai QR demi bisnis Aplikasi, bisnis Bank bisnis Sekelompok org RAKUS tanpa AKAL SEHAT. INI AKIBATNYA

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, video tersebut identik dengan unggahan di akun Instagram ini pada 12 Oktober 2024.

    Dalam video terdapat keterangan: "Kebakaran terjadi di spbu sabussalam kebakaran terjadi diduga akibat konsleting pick up saat isi bbm". 

    Kemudian, setelah ditelusuri lebih lanjut ditemukan pemberitaan di laman Serambinews dengan judul "Polisi Sebut Penyebab Kebakaran SPBU Oyon di Kota Subulussalam Akibat Korsleting Pikap Saat Isi BBM". 

    Dalam pemberitaan disebutkan, SPBU yang terbakar berada di Jalan Teuku Umar Simpang Terminal Terpadu, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. Kebakaran terjadi pada 10 Oktober 2024.

    Kepolisian menyatakan, kebakaran di SPBU diduga terjadi akibat korsleting pada mobil pikap yang sedang  mengisi BBM.

    Awalnya, mobil itu mengalami kebakaran di bagian depan, namun api membesar dan menyambar salah satu tangki pengisian BBM di dekatnya. 

    Kesimpulan

    Video yang diklaim menampilkan SPBU terbakar karena pembelian BBM menggunakan QR code adalah keliru.

    Faktanya, kebakaran diduga terjadi akibat korsleting pada mobil pikap yang sedang mengisi BBM. 

    Kebakaran terjadi di sebuah SPBU yang berada di Jalan Teuku Umar, Simpang Terminal Terpadu, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh pada 10 Oktober 2024. 

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini