"probolinggo virall..
orang mancing dijembatan dapat ikan aneh"
[SALAH] IKAN ANEH YANG DITEMUKAN DI PROBOLINGGO
Sumber: facebook.comTanggal publish: 24/08/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video melalui media sosial Facebook, dari akun bernama Dunia Parenting Indonesia. Di dalam unggahannya, terlampir sebuah video yang memperlihatkan sekumpulan orang yang berhasil menangkap sebuah ikan aneh yang tampak memiliki kaki. Disebutkan bahwa ikan tersebut ditemukan ketika seseorang memancing di sekitaran jembatan yang ada di Probolinggo. Sejak artikel ini dibuat, video ini setidaknya telah disaksikan oleh ratusan orang dan menuai beragam komentar oleh pengguna Facebook lainnya. Lalu apakah benar bahwa ikan aneh tersebut merupakan ikan yang ditemukan di sekitaran jembatan yang berada di Probolinggo?
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut terhadap video yang beredar tersebut, ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa klaim yang terdapat di dalam video tesebut merupakan klaim yang keliru. Diketahui bahwa video tersebut ternyata merupakan video lama yang pernah beredar melalui Facebook pada tahun 2016 lalu.
Melalui artikel dari news.com.au, video tersebut pertama kali disebarkan oleh laman LiveLeak pada tahun 2016. Disebutkan bahwa ikan yang tampak memiliki kaki tersebut merupakan ikan yang ditemukan oleh seorang pemancing di sebuah perairan di Thailand. Menurut keterangan yang tercantum di dalamnya, ikan tersebut dipercaya merupakan ikan Batfish, makhluk tropis dengan tubuh pipih dan mata seperti manik-manik yang menonjol.
Jadi dapat disimpulkan, video penangkapan ikan aneh yang diklaim terjadi di Probolinggo, merupakan klaim yang keliru. Unggahan ini dapat dikategorikan sebagai false context atau konteks yang salah.
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut terhadap video yang beredar tersebut, ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa klaim yang terdapat di dalam video tesebut merupakan klaim yang keliru. Diketahui bahwa video tersebut ternyata merupakan video lama yang pernah beredar melalui Facebook pada tahun 2016 lalu.
Melalui artikel dari news.com.au, video tersebut pertama kali disebarkan oleh laman LiveLeak pada tahun 2016. Disebutkan bahwa ikan yang tampak memiliki kaki tersebut merupakan ikan yang ditemukan oleh seorang pemancing di sebuah perairan di Thailand. Menurut keterangan yang tercantum di dalamnya, ikan tersebut dipercaya merupakan ikan Batfish, makhluk tropis dengan tubuh pipih dan mata seperti manik-manik yang menonjol.
Jadi dapat disimpulkan, video penangkapan ikan aneh yang diklaim terjadi di Probolinggo, merupakan klaim yang keliru. Unggahan ini dapat dikategorikan sebagai false context atau konteks yang salah.
Kesimpulan
Informasi tersebut tidak benar. Faktanya, penangkapan ikan aneh yang terdapat di dalam video pada unggahan, bukan terjadi di Probolinggo, melainkan di Thailand.
Rujukan
[KLARIFIKASI] Video Anak-anak Tidur Berlokasi di Turkiye, Bukan Gaza
Sumber:Tanggal publish: 22/08/2024
Berita
KOMPAS.com - Beredar video sekumpulan anak-anak tidur di luar ruangan yang diklaim berlokasi di Gaza.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi dalam video keliru.
Video anak-anak yang diklaim berlokasi di Gaza disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Jumat (16/8/2024):
THE LAST CHILDREN IN GAZALihatlah di mana dan bagaimana anak-anak Gaza tidur.Masya Allah nak.. semoga Allah senantiasa melindungi kalian.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi dalam video keliru.
Video anak-anak yang diklaim berlokasi di Gaza disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Jumat (16/8/2024):
THE LAST CHILDREN IN GAZALihatlah di mana dan bagaimana anak-anak Gaza tidur.Masya Allah nak.. semoga Allah senantiasa melindungi kalian.
Hasil Cek Fakta
Video yang beredar pertama kali diunggah oleh fotografer Turkiye bernama Umit Kavak melalui akun Instagramnya, pada 11 Agustus 2024.
Ia merekam anak-anak tidur di luar ruangan di Mardin, sebuah kota di Provinsi Mardin, Turkiye.
"Tidur terindah di dunia," tulis Kavak, dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Video tersebut tidak terkait dengan perang yang terjadi di Gaza.
Sebagai konteks, serangan Israel ke Gaza dan wilayah Palestina lainnya yang berlangsung sejak Oktober 2023.
Serangan itu merupakan balasan terhadap tindakan Hamas yang menginfiltrasi dan menyandera warga Israel pada 7 Oktober 2023.
Berdasarkan catatan Al Jazeera, Kamis (21/8/2024), serangan Israel telah mengakibatkan kematian lebih dari 40.223 warga Palestina. Termasuk sekitar 16.500 di antaranya anak-anak.
Selain itu, lebih dari 92.981 orang terluka dan lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang.
Ia merekam anak-anak tidur di luar ruangan di Mardin, sebuah kota di Provinsi Mardin, Turkiye.
"Tidur terindah di dunia," tulis Kavak, dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Video tersebut tidak terkait dengan perang yang terjadi di Gaza.
Sebagai konteks, serangan Israel ke Gaza dan wilayah Palestina lainnya yang berlangsung sejak Oktober 2023.
Serangan itu merupakan balasan terhadap tindakan Hamas yang menginfiltrasi dan menyandera warga Israel pada 7 Oktober 2023.
Berdasarkan catatan Al Jazeera, Kamis (21/8/2024), serangan Israel telah mengakibatkan kematian lebih dari 40.223 warga Palestina. Termasuk sekitar 16.500 di antaranya anak-anak.
Selain itu, lebih dari 92.981 orang terluka dan lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang.
Kesimpulan
Video anak-anak tidur di Mardin, Turkiye, disebarkan dengan konteks keliru.
Video tersebut pertama kali diunggah oleh fotografer Turkiye, Umit Kavak, pada 11 Agustus 2024.
Kejadian dalam video tidak terkait dengan konflik di Gaza.
Video tersebut pertama kali diunggah oleh fotografer Turkiye, Umit Kavak, pada 11 Agustus 2024.
Kejadian dalam video tidak terkait dengan konflik di Gaza.
Rujukan
- https://www.facebook.com/syafrudin.ahmad/videos/893121932838021/
- https://www.facebook.com/100027804790733/videos/350362871468204
- https://www.facebook.com/andre.husain.96/videos/377881025115441
- https://www.facebook.com/reel/1713954982683083
- https://www.instagram.com/p/C-iV1bZok3_/
- https://www.instagram.com/reel/C-iV1bZok3_/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://www.instagram.com/p/C-7-JjeN8Xp/?hl=en
- https://www.instagram.com/p/C-7-JjeN8Xp/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
[HOAKS] Vaksin Covid-19 Sinovac Sebabkan Mpox
Sumber:Tanggal publish: 22/08/2024
Berita
KOMPAS.com - Vaksin Covid-19 merek Sinovac diklaim sebagai penyebab Mpox atau yang sebelumnya disebut cacar monyet.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Klaim mengenai vaksin Sinovac penyebab Mpox disebarkan oleh akun Facebook ini pada Selasa (20/8/2024). Arsipnya dapat dilihat di sini.
Berikut narasinya:
Yang terkena jenis vaks ini,akan mengalami monkey poxNauzubillah tsumma NauzubillahmindalikSegera detox vaksKandungan dari jenis ini ada verocell yg menjadi kan penyebab monkeypox
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Klaim mengenai vaksin Sinovac penyebab Mpox disebarkan oleh akun Facebook ini pada Selasa (20/8/2024). Arsipnya dapat dilihat di sini.
Berikut narasinya:
Yang terkena jenis vaks ini,akan mengalami monkey poxNauzubillah tsumma NauzubillahmindalikSegera detox vaksKandungan dari jenis ini ada verocell yg menjadi kan penyebab monkeypox
Hasil Cek Fakta
Mpox disebabkan oleh virus yang terdapat pada hewan liar dan dapat ditularkan melalui kontak langsung.
Mpox dapat dibawa oleh beberapa spesies monyet atau hewan pengerat, seperti tupai pohon. Namun, Mpox juga dapat menyebar melalui kontak dekat antarmanusia.
Dilansir situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mpox dapat menular dari kontak kulit ke kulit, mulut ke kulit, mulut ke mulut atau berdekatan dengan penderita Mpox dalam waktu yang cukup lama.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, sumber penyakit ini masih belum diketahui.
Kasus Mpox pada manusia pertama tercatat pada 1970, di wilayah yang sekarang disebut Republik Demokratik Kongo.
Para ilmuwan menduga virus bersumber dari hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia yang jadi pembawa virus dan menginfeksi manusia.
Kendati demikian, tidak ada penelitian, bukti ilmiah, atau kajian yang mengaitkan vaksin Covid-19 dengan Mpox.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyatakan vaksin Covid-19 merek Sinovac aman.
Saat pandemi Covid-19, BPOM memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac.
Hasil uji klinis menunjukkan, vaksin Covid-19 merek Sinovac memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutunya.
Sesuai panduan WHO, izin penggunaan darurat diberikan setelah memenuhi data hasil pemantauan keamanan dan khasiat/efikasi selama 3 bulan pada uji klinik fase 3, dengan efikasi vaksin minimal 50 persen.
Uji klinik fase 3 di Indonesia, Turkiye, dan Brazil menunjukkan, vaksin Sinovac tidak menunjukkan efek samping berat.
Ahli mikrobiologi dan imunologi Johns Hopkins, Kari Moore Debbink mengatakan, tidak ada kaitan antara vaksin Covid-19 dan Mpox.
"Vaksin Covid mRNA digunakan secara global, sementara kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan jumlah kasus yang rendah di luar wilayah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin Covid mRNA dan kasus Mpox," kata Debbink, dilansir DW.
Pendapat senada disampaikan profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, William Schaffner.
"Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin untuk melawan Covid tidak ada hubungannya dengan Mpox," ujar Schaffner.
Mpox dapat dibawa oleh beberapa spesies monyet atau hewan pengerat, seperti tupai pohon. Namun, Mpox juga dapat menyebar melalui kontak dekat antarmanusia.
Dilansir situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mpox dapat menular dari kontak kulit ke kulit, mulut ke kulit, mulut ke mulut atau berdekatan dengan penderita Mpox dalam waktu yang cukup lama.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, sumber penyakit ini masih belum diketahui.
Kasus Mpox pada manusia pertama tercatat pada 1970, di wilayah yang sekarang disebut Republik Demokratik Kongo.
Para ilmuwan menduga virus bersumber dari hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia yang jadi pembawa virus dan menginfeksi manusia.
Kendati demikian, tidak ada penelitian, bukti ilmiah, atau kajian yang mengaitkan vaksin Covid-19 dengan Mpox.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyatakan vaksin Covid-19 merek Sinovac aman.
Saat pandemi Covid-19, BPOM memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac.
Hasil uji klinis menunjukkan, vaksin Covid-19 merek Sinovac memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutunya.
Sesuai panduan WHO, izin penggunaan darurat diberikan setelah memenuhi data hasil pemantauan keamanan dan khasiat/efikasi selama 3 bulan pada uji klinik fase 3, dengan efikasi vaksin minimal 50 persen.
Uji klinik fase 3 di Indonesia, Turkiye, dan Brazil menunjukkan, vaksin Sinovac tidak menunjukkan efek samping berat.
Ahli mikrobiologi dan imunologi Johns Hopkins, Kari Moore Debbink mengatakan, tidak ada kaitan antara vaksin Covid-19 dan Mpox.
"Vaksin Covid mRNA digunakan secara global, sementara kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan jumlah kasus yang rendah di luar wilayah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin Covid mRNA dan kasus Mpox," kata Debbink, dilansir DW.
Pendapat senada disampaikan profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, William Schaffner.
"Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin untuk melawan Covid tidak ada hubungannya dengan Mpox," ujar Schaffner.
Kesimpulan
Narasi mengenai vaksin Sinovac merupakan penyebab Mpox adalah hoaks.
BPOM menyatakan vaksin Covid-19 merek Sinovac aman. Tidak ada efek samping berat yang ditimbulkan berdasarkan uji klinis dan evaluasi.
Sumber virus penyebab Mpox masih belum diketahui. Namun, para peneliti menduga virus bersumber dari hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia.
BPOM menyatakan vaksin Covid-19 merek Sinovac aman. Tidak ada efek samping berat yang ditimbulkan berdasarkan uji klinis dan evaluasi.
Sumber virus penyebab Mpox masih belum diketahui. Namun, para peneliti menduga virus bersumber dari hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia.
Rujukan
- https://www.facebook.com/arga.janu.39/posts/pfbid023xeomRkYCv4S3ikHS8yTdHrcQRjqaCwRoAcWGrCYqj6AqufnKAUyirsxQmGrMLQ6l
- https://ghostarchive.org/archive/iZceE
- https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/mpox#:~:text=Mpox%20is%20an%20illness%20caused,by%20a%20person%20with%20mpox.
- https://www.cdc.gov/poxvirus/mpox/about/index.html#:~:text=Despite%20being%20named%20%E2%80%9Cmonkeypox%E2%80%9D%20originally,Democratic%20Republic%20of%20the%20Congo.
- https://www.pom.go.id/berita/badan-pom-terbitkan-eua-vaksin-coronavac-sinovac-siap-disuntikkan
- https://www.dw.com/en/fact-check-no-link-between-mpox-and-covid-vaccination/a-69977565
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Covid-19 Pfizer Sebabkan Cacar Monyet
Sumber:Tanggal publish: 24/08/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan vaksin covid-19 Pfizer menyebabkan penyakit cacar monyet. Postingan itu beredar sejak akhir pekan ini.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 23 Agustus 2024.
Dalam postingannya terdapat foto dokumen dengan narasi:
"Auto immune blistering disease is an adverse reaction to the Pfizer vaccine, its on page 2 of the Pfizer data drop. Monkey pox is a cover up"
atau dalam Bahasa Indonesia
"Penyakit autoimun yang melepuh merupakan reaksi yang merugikan terhadap vaksin Pfizer, hal ini ada di halaman 2 dari data Pfizer. Cacar monyet adalah tindakan menutupinya"
Akun itu menambahkan narasi "Penyakit lepuh auto imun ialah tindak balas buruk terhadap vaksin Pfizer, yang terdapat pada halaman 2 penurunan data Pfizer. Cacar monyet adalah penutup!"
Lalu benarkah postingan yang mengklaim vaksin covid-19 Pfizer menyebabkan penyakit cacar monyet?
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel dari AFP Fact Check berjudul "Monkeypox not a side effect of Pfizer's Covid-19 vaccine" yang tayang 10 Juni 2022.
Dalam artikel itu terdapat penjelasan dari Keanna Ghazvini, Senior Associate Hubungan Media Global di Pfizer.
"Kami tidak bisa memverifikasi keakuratan klaim dan dokumen yang tersebar di media sosial. Cacar monyet bukanlah salah satu efek samping dari vaksin Covid-19 Pfizer," ujar Keanna.
"Vaksin covid-19 Pfizer tidak mengandung virus hidup dan sepenuhnya sintetis. Vaksin kami juga tidak menyebarkan virus apapun yang dapat ditularkan dari manusia ke manusia," katanya menambahkan.
Selain itu terdapat penjelasan dari Kari Debbink, virologis dan ilmuan di John Hopkins Bloomberg School of Public Health. Ia mengatakan cacar monyet tidak ditularkan melalui vaksin covid-19.
"Tidak ada satupun vaksin covid-19 yang mengandung virus. Selain itu tidak ada bukti ilmiah bahwa vaksin covid-19 menyebabkan cacar monyet dan cacar monyet adalah hal yang sama dengan penyakit autoimun yang melepuh," ujarnya menegaskan.
Di sisi lain, dalam tulisan berjudul "Multi-country monkeypox outbreak in non-endemic countries" yang dimuat situs resmi WHO, pada 22 Mei 2022 menyebutkan, Monkeypox adalah virus zoonosis (virus yang ditularkan ke manusia dari hewan) dengan gejala yang sangat mirip dengan yang terlihat di masa lalu pada pasien cacar, meskipun secara klinis tidak terlalu parah. Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili Poxviridae.
Ada dua clades virus monkeypox: clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Nama monkeypox berasal dari penemuan awal virus pada monyet di laboratorium Denmark pada tahun 1958. Kasus manusia pertama diidentifikasi pada seorang anak di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.
Kesimpulan
Postingan yang mengklaim vaksin covid-19 Pfizer menyebabkan penyakit cacar monyet adalah tidak benar.
Rujukan
- https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.32C64JW
- https://www.yahoo.com/news/claim-between-mpox-covid-19-184304550.html
- https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2022-DON385#:~:text=Monkeypox%20is%20a%20viral%20zoonosis,genus%20of%20the%20Poxviridae%20family.
- https://fullfact.org/health/mpox-covid-vaccines/
Halaman: 1298/6752