• Cek Fakta: Tidak Benar Tsunami dalam Video Ini Terjadi setelah Gempa Turki

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 08/02/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video tsunami setelah gempa Turki. Kabar tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 7 Februari 2023.
    Klaim video tsunami setelah gempa Turki menampilkan gelobang air menunju daratan dan sejumlah orang dari bangunan bertingkat menyaksikannya.
    Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
    "ngeri. Tsunami selepas gempa bumi melanda pantai Turki. Kemas kini yang dikeluarkan baru-baru ini setakat ini 2,379 orang telah terbunuh dan 13,293 cedera.Komentar"
    Benarkah klaim video tsunami setelah gempa Turki? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video tsunami setelah gempa Turki, dengan menangkap layar video untuk dijadikan bahan penelusuran menggunakan Google Image.
     
     
    Penelusuran mengarah pada sejumlah situs salah satunya adalah washingtonpost.com, dalam artikel berjudul "‘There’s a smell of dead bodies’: Toll climbs in Indonesia as desperate relatives try to reach disaster area" yang dimuat pada 1 Oktober 2018. Artikel tersebut memuat foto yang identik dengan klaim video tsunami setelah gempa Turki.
     
     
    Artikel situs washingtonpost.com menyebutkan, peristiwa dalam foto tersebut adalah gelombang tsunami menghantam pantai di Palu, Pulau Sulawesi, Indonesia, dalam foto 28 September 2018.
    Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Chilling Video Shows The Moment a Tsunami Tore Through an Indonesia Island Earlier Today" yang dimuat situs sciencealert.com, pada 28 September 2018. Situs tersebut juga memuat foto yang identik dengan klaim.
     
    Situs sciencealert.com menyebutkan, gempa berkekuatan 7,5 skala Richter telah terjadi di lepas pantai pulau Sulawesi, Indonesia, memicu tsunami setinggi 1,8 meter (6 kaki).
    Gelombang itu menerjang beberapa kota pesisir pulau itu, termasuk ibu kota Palu, pada Jumat.
     
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video tsunami setelah gempa Turki tidak benar.
    Peristiwa tsunami dalam video tersebut terjadi  di pantai di Palu, Pulau Sulawesi, Indonesia, pada 28 September 2018.

    Rujukan

    • Liputan 6
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Cek Fakta: Tidak Benar Video Ini Tsunami Turki setelah Gempa Bumi

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 07/02/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video tsunami di Turki setelah gempa bumi. Kabar tersebut diunggah akun Facebook, pada 7 Februari 2023.
    Klaim video tsunami di Turki setelah gempa bumi menampilkan air dengan gelombang memasuki wilayah daratan. Video tersebut diambil dari atas dan terlihat sejumlah orang berlarian.
    Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
    "Sempat terjadi Tsunami di Turki setelah gempa bumi 7,8 SR. Video tersebut terekam oleh para tamu salah satu hotel di pesisir pantai."
    Benarkah klaim video tsunami di Turki setelah gempa bumi? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video tsunami di Turki setelah gempa bumi, dengan menangkap layar video tersebut untuk dijadikan bahan penelusurian menggunakan Google Image.
    Penelusuran mengarah pada sejumlah situs salah satunya sapeople.com, dalam artikel berjudul "More Photos and Videos of Heavy Waves Battering Durban Beach Front, South Africa". Dalam artikel tersebut memuat foto yang identik dengan klaim tsunami setelah gempa Turki.
     
    Artikel situs tersebut menyebutkan berikut adalah cuplikan video dan foto yang lebih luar biasa dari gelombang besar yang aneh, dengan satu secara khusus bersifat mini seperti Tsunami yang menghantam kawasan pejalan kaki, depan pantai Durban di Afrika Selatan hari ini, Minggu 12 Maret 2017.
     
    Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Video of High Waves Was Not Taken After the Recent Earthquake in Turkey" yang dimuat situs misbar.com, pada 6 Februari 2023. Situs tersebut pun membahas video yang identik dengan klaim. 
    Artikel situs misbar.com menyebutkan, video tersebut telah lama beredar sebelum gempa Turki pada 6 Februari 2023. Yaotu pada 12 Maret 2017, melalui saluran YouTube bernama “Interesting Stuff” mengunggah video yang sama dengan judul “Tsunami DURBAN beach front”.
     
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video tsunami di Turki setelah gempa bumi tidak benar.
    Peristiwa dalam video tersebut terjadi di pantai Durban di Afrika Selatan hari ini, Minggu 12 Maret 2017.
     

    Rujukan

    • Liputan 6
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru, Foto dengan Klaim Munculnya Awan Pertanda Gempa Turki

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 07/02/2023

    Berita


    Foto penampakan awan menyerupai mata yang diklaim muncul menjelang gempa Turki, beredar di Facebook. Foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa penampakan awan menjadi pertanda datangnya gempa Turki pada 6 Februari 2023.

    Akun ini mengunggah foto tersebut di Facebook pada 6 Februari 2023. Akun ini  menulis narasi, "Penampakan awan beberapa waktu lalu sebelum gempa terjadi".
    Benarkah munculnya awan tersebut merupakan pertanda sebelum gempa dahsyat di Turki? 

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut di internet dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, foto-foto yang memperlihatkan awan menyerupai mata–bahkan ada yang menyebut menyerupai UFO, terlihat di Provinsi Bursa, Turki, pada 19 Januari 2023. 
    Awan tersebut dikenal sebagai awan lenticularis, fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan. Awan tersebut bukan merupakan tanda akan terjadinya bencana alam, termasuk gempa.
    Foto-foto yang identik tentang awan tersebut pernah diunggah laman Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, pada 19 Januari 2023. Anadolu menulis bahwa awan lentikular mengambang di langit Provinsi Bursa, Turki, pada 19 Januari 2023.
    Tentang Awan Lentikular
    Mengutip The Washington Post, Bursa — tempat awan terlihat — terletak sekitar 50 mil selatan Istanbul, di seberang Laut Marmara. Ini rumah bagi sekitar 2 juta orang. Bursa terletak di kaki bukit sekitar Gunung Uludag setinggi 8.343 kaki di sebelah selatan.
    Awan lentikular terbentuk di lingkungan yang bertingkat secara linier—atau yang dicirikan oleh lapisan atmosfer yang sempurna.  Dalam keadaan biasa, lapisan-lapisan itu tetap terpisah. Tetapi jika ada penghalang seperti gunung, akan membentang beberapa lapisan, udara dari bawah dapat dipaksa ke atas, mengganggu lingkungan yang sebenarnya berlapis sempurna. Hal ini terutama terjadi ketika angin yang lebih dekat ke tanah mendorong massa udara ke arah medan yang naik, sehingga mereka tidak punya pilihan selain naik juga.
    Karena udara di dekat tanah biasanya menyimpan lebih banyak uap air daripada udara di atasnya, kantong udara di dekat permukaan itu menjadi lebih lembab daripada lingkungan sekitarnya. Dan karena suhu udara mendingin dengan ketinggian, parsel udara itu dapat didinginkan hingga titik embunnya saat naik. Saat itu terjadi, udara menjadi jenuh dan membentuk awan.
    Namun pengaruh gunung tidak bertahan selamanya. Nyatanya, begitu gumpalan udara melewati gunung atau penghalang, ia turun ke tingkat aslinya. Dengan demikian, awan tersebut hanya ada di atas puncak gunung dan mengikuti arah angin, membentuk awan topi yang seringkali berbentuk lingkaran.
    Bukan Tanda Bencana
    Pakar Iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Emilya Nurjani, menjelaskan kemunculan awan lentikular tidak terkait dengan pertanda akan terjadinya bencana. Namun begitu, awan ini berbahaya bagi aktivitas penerbangan karena bisa mengakibatkan turbulensi.
    Awan lenticularis merupakan fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan. Awan yang berbentuk seperti UFO ini pernah terlihat di beberapa gunung di Pulau Jawa, seperti Gunung Merapi, Merbabu, Lawu, Arjuno, dan lain-lain.
    Pembentukan awan lentikular, kata Emilya, dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi. Hal ini menyebabkan awan lentikularis sering muncul di daerah pegunungan atau perbukitan.
    Awan lenticular biasanya terbentuk di sisi bawah angin atau sisi belakang lereng. Dengan demikian, udara lembab yang naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan hingga menghasilkan awan.
    Gempa Turki
    Berdasarkan arsip berita Tempo, gempa yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023, berepisentrum di perbatasan kedua negara. Gempa terjadi pukul 04.17 pagi waktu setempat atau 08.17 WIB dengan pusat gempa di Kahramanmaras di Provinsi Gaziantep, Turki, yang berjarak 33 km dari ibu kota provinsi itu yang juga bernama Gaziantep.
    Gaziantep  berpenduduk dua juta orang yang juga menjadi tempat bagi ratusan ribu pengungsi korban perang saudara Suriah yang mulai pecah pada 2011. Gempa ini segera diikuti oleh 40 gempa susulan yang satu di antaranya bermagnitudo 6,7.
    Menurut Chris Elders dari School of Earth and Planetary Sciences pada Universitas Curtin di Perth, Australia, gempa susulan ini membentang sekitar 200 km di sepanjang garis patahan besar, yakni Sesar Anatolia Timur, di sepanjang bagian tenggara Turki.
    Elders mengungkapkan gempa ini amat dahsyat dan menghancurkan karena kedalamannya hanya 18 km dari permukaan bumi atau sangat dangkal. Akibatnya, tidak hanya menciptakan suara yang mengerikan, gempa ini juga melepaskan energi yang jauh lebih besar ketimbang gempa berkedalaman di dalam kerak bumi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, foto awan berbentuk mata dengan klaim merupakan pertanda sebelum gempa dahsyat di Turki pada 6 Februari 2023 adalah keliru. 
    Fenomena awan yang seperti pada foto di atas dikenal sebagai awan lentikular.  Awan lenticular merupakan fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan dan bukan merupakan tanda akan terjadinya bencana alam, termasuk gempa. Awan lentikular seringkali muncul dalam bentuk lingkaran.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Menyesatkan, Video Intelijen tentang Pertemuan Rahasia Anies Baswedan dengan Pengusaha di Eropa

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/02/2023

    Berita


    Tim Cek Fakta Tempo mendapatkan permintaan dari pembaca untuk memverifikasi sebuah video berisi klaim rekaman intelijen soal pertemuan-pertemuan rahasia Anies Baswedan. Ia disebut bertemu dengan beberapa pengusaha di Eropa. Video itu dibuat di Tiktok yang kemudian diunggah ulang oleh salah satu akun di Instagram. 
    Video itu berisi kompilasi rekaman video pertemuan Anies dengan beberapa pejabat dari luar negeri, rekaman YouTube Haidar Alwi, Eko Kuntadhi dan Ade Armando.

    Beberapa pernyataan yang disampaikan ketiganya yakni Anies sudah dipersiapkan sejak lama oleh Amerika Serikat dan menjadi boneka AS, Wikileaks membocorkan kawat dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta, dan Anies Baswedan diangkat menjadi anggota board (dewan) di Universitas Oxford, Inggris.

    Hasil Cek Fakta


    Video 1

    Potongan video ini identik dengan yang ditayangkan oleh akun tvOneNews pada 28 September 2022. Peristiwa yang sama diunggah oleh akun Youtube Anies Baswedan, 23 Juli 2022. Peristiwa ini terjadi saat Anies Baswedan masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
    Anies Baswedan bersama EU Ambassador H.E. Vincent Piket, dan Vice President of the European Investment Bank Mr. Kris Peeters serta jajarannya rapat bersama di Kantor MRT Bundaran Hotel Indonesia, membahas investasi pengembangan transportasi umum di Jakarta, terutama untuk MRT fase-fase berikutnya. Usai rapat, mereka mencoba naik MRT dan menikmati suasana terowongan Kendal dan mampir ke kafe yang dikelola oleh kaum difabilitas.   
    Video 2

    Potongan video ini bagian dari liputan Kompas.com, saat mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie pada Rabu (23/2/2022) untuk membahas potensi kolaborasi terkait iklim hingga transportasi. 
    Setelah itu, Anies mengajak Anne naik MRT. Tak hanya itu, Anies dan Anne juga menjajal minuman di kopi kekinian dan berjalan kaki menyusuri terowongan Kendal. Pertemuan tersebut saat Anies juga masih menjabat Gubernur DKI Jakarta.
    Video 3

    Anies Baswedan yang saat itu masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, bersama Duta Besar Jerman untuk Indonesia H.E. Ina Lepel menyambangi lokasi Jakarta Future City Hub di Jakarta Box Tower Lantai 23, Jakarta.
    Jakarta Future City Hub ini merupakan hasil kolaborasi Pemprov DKI Jakarta dengan Pemerintah Berlin dalam proyek smart change yang didanai oleh Uni Eropa. Momen kunjungan Anies dan Ina Lepel ini diunggah diunggah oleh akun YouTube Kompas TV pada 1 Mei 2022. 
    Klaim-klaim
    Potongan video ini adalah rekaman pernyataan Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Institute yang dicuplik dari Kanal Anak Bangsa Podcast milik Rudi S Kamri, mulai menit Ke-11:38. 

    Sedangkan potongan video Ade Armando ini dikutip dari kanal YouTube COKRO TV pada 16 Januari 2023. 

    Namun Tempo tidak melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan Haidar Ali dan Ade Armando yang bersifat opini. Pernyataan opini adalah pernyataan subyektif dari seseorang untuk menilai orang lain atau situasi. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta, cuplikan video yang diklaim tentang pertemuan-pertemuan rahasia Anies Baswedan dengan beberapa pengusaha di Eropa adalah menyesatkan. 
    Beberapa video yang menampilkan Anies Baswedan adalah pertemuannya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama EU Ambassador H.E. Vincent Piket,  Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marie, dan Duta Besar Jerman untuk Indonesia H.E. Ina Lepel. Video-video itu bukan video rahasia yang dibocorkan oleh intelijen, melainkan telah dipublikasikan oleh beberapa media di Indonesia.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini