• [SALAH] Undertaker Mendukung Petani India

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Laatsahab Sanju Gujjar Jsp mengunggah gambar hasil tangkapan layar salah satu postingan akun Twitter Undertaker pegulat profesional WWE, dalam postingan itu terdapat foto Undertaker sedang memegang sebuah kertas dengan tulisan “LET’S TEAM UP”.

    Postingan tersebut juga disertai narasi yang diklaim mendukung petani di India yang sedang melakukan demo dan mogok makan sebagai bentuk protes atas kebijakan pertanian baru yang diperkenalkan oleh PM Narendra Modi.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, gambar tersebut adalah hasil editan. Ditemukan postingan asli pada akun Twitter Undertaker dengan foto yang sama diunggah pada 17 Desember 2020 dengan disertai narasi sebagai berikut:

    “.@WWE has teamed up with Omaze to support the life-changing work of Make-A-Wish by offering you the chance to win a day at the @WWEPC with me.”

    Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:

    “.@WWE telah bekerja sama dengan Omaze untuk mendukung karya Make-A-Wish yang mengubah hidup dengan menawarkan Anda kesempatan untuk memenangkan satu hari di @WWEPC bersama saya.”

    Dengan demikian, klaim gambar Undertaker mendukung petani India adalah salah dan termasuk dalam konten yang dimanipulasi.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Yang bikin banyak positif bukan acara pernikahannya, tapi testnya”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Akun Facebook Bii mengunggah gambar hasil tangkapan layar artikel radarbali.jawapos.com berjudul “Duh, Usai Gelar Acara Pernikahan, 21 Warga Klungkung Positif Covid-19” disertai dengan narasi yang mengklaim banyak yang positif Covid-19 bukan karena acara pernikahan melainkan tes rapid, swab, dan lainnya menjadi penyebab utama banyaknya angka positif Covid-19.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim tersebut adalah tidak benar. Dilansir dari Liputan6.com, menurut dr. Muhammad Fajri Adda’i seorang dokter relawan Covid-19 dan edukator kesehatan, klaim banyaknya angka positif Covid-19 disebabkan tes rapid, swab, dan lainnya merupakan kesalahan pola pikir.

    “Kalau menurut saya, ini kesalahan mindset. Alat tes itu kemampuannya untuk mendeteksi, bukan sebaliknya karena dia dikasih virus sama alat tersebut. Ya tidak begitu,” katanya melalui WhatsApp, Rabu (10/2/2021).

    Rapid test hanya untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi, dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mengecek keberadaan antibodi sebagai respon tubuh terhadap infeksi virus Covid-19. Ketika terjadi peningkatan antibodi maka hasil tes bisa menjadi reaktif. Antibodi terbentuk sebagai hasil respon sistem imun saat terinfeksi virus. Bila terinfeksi virus SARSCoV-2 maka akan terbentuk antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 atau Corona.

    Untuk membentuk antibodi dibutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk mencapai jumlah yang bisa terdeteksi. Kondisi seperti ini dalam hasil rapid test bisa terlihat non-reaktif. Namun, untuk mendapatkan hasil yang paling akurat sebaiknya langsung melakukan swab test. PCR swab test adalah tes molekuler dengan tingkat kepercayaan tertinggi atau gold standart untuk mendiagnosis apakah seseorang positif Covid-19 atau tidak.

    Sementara itu, dalam artikel radarbali.jawapos.com tidak disebutkan bahwa alat tes menjadi penyebab banyaknya kasus positif melainkan artikel itu memberitakan sebanyak 21 orang dinyatakan positif Covid-19 usai menggelar acara pernikahan di salah satu Banjar di Desa Bungbunban, Kecamatan Banjarangkan.

    Dengan demikian, klaim banyaknya angka positif Covid-19 disebabkan rapid test, swab dan lainnya adalah tidak benar dan termasuk dalam kategori konten yang menyesatkan.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Kec.Panjang Bandar Lampung di Hantam Banjir”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Beredar video di media sosial, proses evakuasi banjir dengan narasi yang menyebutkan kejadian tersebut berada di Pidada Panjang, Bandar Lampung. Dalam video tersebut terlihat beberapa warga dibantu tim SAR gabungan sedang menyeberangi jalanan yang banjir dibawah jembatan layang.

    Hasil Cek Fakta

    Dari hasil penelusuran diketahui informasi tersebut salah. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, Syamsul Rahman, mengatakan video yang beredar itu tidak benar.

    “Hoax. Saya telepon Camat Panjang dan nggak ada flyover di Pidada Panjang,” ujarnya pada lampost.co, Selasa, 9 Februari 2021.

    Lebih lanjut Camat Panjang, Bagus Harisma Bramado, mengatakan video tersebut tidak terjadi di wilayahnya melainkan di Jawa Barat. Camat Panjang juga mengimbau untuk berhati-hati dan menyaring informasi yang diterima.

    “Itu di Pamanukan, Subang. Untuk masyarakat khususnya Lampung mohon untuk cerdas menyaring informasi yang diterima,” ujarnya.

    Di sisi lain, melalui pemberitaan kotasubang.com terlihat video evakuasi korban banjir serupa dengan keterangan banjir terjadi di kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada 08 Februari 2021. Banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi sehari sebelumnya. Dari penelusuran di atas, status tersebut masuk kategori Konten yang Salah.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Vietnam Tanpa Kasus Kematian Akibat Covid-19 karena Campuran Teh Panas dan Lemon

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/02/2021

    Berita

    Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah sebuah postingan yang mengklaim bahwa negara Vietnam tercatat tidak memiliki kasus kematian akibat Covid-19. Hal ini disebabkan karena masyarakat di negara Vietnam, rutin mengkonsumsi air panas dengan tambahan perasan lemon.
    Covid di Vietnam teh & lemon

    Vietnam dan covid 19
    Menyembuhka covid dengan lemon dam teh panas

    Hasil Cek Fakta

    Namun, melalui penelusuran terkait kebenaran klaim tersebut, ditemukan fakta bahwa sampai pada bulan Januari 2021, Vietnam tercatat mengalami kasus kematian akibat Covid-19 sebanyak 35 orang. Bahkan hasil Wordo Meters menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Vietnam pada Januari 2021.

    Fakta ini menunjukkan bahwa walaupun berhasil menjaga angka kematian akibat Covid-19 tetap nol selama 3 bulan sejak awal penyebaran, Vietnam akhirnya melaporkan kasus kematian pertama pada Agustus 2020. Hal ini diduga disebabkan oleh penyebaran yang tidak sengaja oleh orang-orang tanpa gejala yang terpapar Covid-19.

    Lalu, terkait klaim yang menyatakan bahwa campuran air panas dengan lemon ampuh menjaga masyarakat Vietnam dari penyebaran Covid-19 juga merupakan hoaks. Sampai hari ini tidak penelitian yang dapat membuktikan bahwa campuran air panas dan lemon memang benar-benar ampuh untuk mencegah Covid-19 atau tidak.

    Hoaks ini sebelumnya telah muncul pada April tahun 2020. Mengutip dari artikel Liputan6 dengan judul “Hoaks Resep Lemon dan Teh Panas untuk Sembuhkan COVID-19 dari Palestina”. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Daeng M. Faqih menyatakan bahwa hal tersebut belum terbukti benar dan belum ada penelitian ilmiahnya.

    Selain itu, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisonal dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR.dr. Inggrid Tania M.Si, menjelaskan bahwa lemon dan teh masing-masing memang bersifat antioksidan. Jika dicampur, maka sifat antioksidan dalam campuran tersebut akan lebih tinggi lagi. Bahan alam yang bersifat antioksidan, biasanya bersifat meregulasi sistem imun dengan menangkal radikal bebas pada proses peradangan.

    Dokter Spesialis Gizi Klinik dari RS Metropolitan Medical Center, Raissa Edwina Djuanda juga menjelaskan bahwa asupan gizi dan antioksidan di dalam lemon memang berkontribusi terhadap pencegahan virus. Namun meski begitu, bukan berarti lemon bisa membunuh virus corona, atau virus-virus lainnya yang ada dalam tubuh.

    Adapun, perihal strategi Vietnam untuk mengatasi Covid-19 sehingga mampu menekan angka penyebaran dan korban meninggal akibat Covid-19, tidak terkait dengan penggunaan campuran teh dan lemon. Hal ini disebabkan dengan berbagai kebijakan yang cepat dan tanggap dari pemerintah Vietnam.

    Jadi dapat disimpulkan klaim yang menyatakan bahwa tidak adanya kematian akibat Covid-19 di Vietnam disebabkan karena masyarakatnya rajin mengonsumsi campuran teh panas dan lemon adalah hoaks kategori misleading content atau konten menyesatkan.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini