• Robot Pemantau Situng KPU Hairul Anas, Prof Marsudi: Menyesatkan Publik

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 26/07/2019

    Berita

    Suara.com - Guru Besar Ilmu Komputer Profesor Marsudi Wahyu Kisworo menilai, Robot Ikhlas ciptaan Hairul Anas Suaidi, pakar IT Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga, cenderung menyesatkkan publik.

    Menurut Profesor Marsudi, Robot Ikhlas yang diklaim bisa memantau Situng KPU tersebut bukanlah karya fenomenal bagi masyarakat IT.

    Profesor Marsudi mengakui, ia tidak terkesan dengan karya yang dibanggakan oleh alumni Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung itu. Profesor Marsudi justru menilai hasil harya Hairul Anas dapat menyesatkan publik.

    "Terus terang saja, hasil karya Hairul Anas Suaidi itu biasa saja dan cenderung menyesatkan publik," kata Profesor Marsudi seperti dikutip dari blog pribadi miliknya, Jumat (17/5/2019).


    Profesor Marsudi menjelaskan, Situng KPU memang dibuat secara terbuka dan transparan, sehingga proses pengunduhan data per jam, menit, hingga real time sekali pun akan mudah dilakukan.

    Menurutnya, robot yang diklaim dapat memantau kerja Situng KPU tersebut bukanlah sebuah karya yang menggemparkan.

    Sebab, mahasiswa yang semester agak tinggi pun bisa melakukan salinan database Situng KPU secara mudah.

    "Sehingga dapat saya katakan di sini bahwa Robot yang katanya dapat memantau Situng KPU bukanlah sebuah karya yang fenomenal bagi masyarakat IT. Tidak perlu menjadi seorang pakar untuk membuat aplikasi seperti itu," ungkap Profesor Marsudi.


    Profesor Marsudi menjelaskan, meskipun robot ikhlas tersebut diklaim dapat menemukan ribuan kecurangan, walau Situng KPU diretas, diacak-acak hingga dihancurkan sekali pun, maka tidak akan berpengaruh terhadap penghitungan suara.

    Pasalnya, Situng KPU hanya dijadikan sebagai media informasi bagi publik untuk memantau hasil penghitungan suara di tingkat TPS. Apabila terjadi manipulasi, maka form C1 yang diunggah di Situng bisa menjadi referensi.

    Namun, Situng KPU bukanlah acuan akhir penghitungan suara. Penghitungan suara manual secara berjenjanglah yang menentunagn penghitungan suara akhir.

    Hasil Cek Fakta

    Banyak pihak yang meminta agar Situng KPU ditutup saja lantaran dinilai tak berguna atau disebut mubazir.
    Anggapan tersebut ditolak oleh Profesor Marsudi. Sebab, menghentikan Situng sama dengan menutup akses partisipasi dan kontrol publik terhadap penghitungan suara manual berjenjang.

    "Biarkan saja Situng berjalan seperti sekarang, tidak usah diributkan apalagi oleh pakar IT abal-abal, karena jika pakar yang benar-benar pakar, dengan penelitian dan karya-karya yang mendunia, pasti tahu bahwa Situng KPU tidak digunakan sebagai alat penghitungan suara yang sah, tetapi hanya alat kontrol saja, yang sah adalah sistem penghitungan suara manual berjenjang," tandasnya.

    Hingga berita ini diunggah, Suara.com sudah mencoba menghubungi Profesor Marsudi untuk konfirmasi lebih lanjut. Namun, kami masih belum mendapatkan respons.

    Rujukan

    • Suara.com
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Polisi Tegaskan Terduga Teroris yang Tewas di Bekasi Hanya Satu Orang

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 26/04/2019

    Berita

    BEKASI - Polres Metro Bekasi menegaskan terduga teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung yang tewas dalam penyergapan di ruko Kampung Pangkalan, RT 11 RW 04, Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, hanya berjumlah satu orang (sebelumnya diberitakan dua).

    "Untuk pelaku hanya satu orang yang tewas ditembak. Namun kami belum mendapatkan inisialnya karena ditangani Mabes Polri," kata Kasubag Humas Polrestro Bekasi, AKP Sunardi di Bekasi, Sabtu (4/5/2019).


    Menurutnya, terduga teroris yang tewas terkena timah tim Densus 88 dikarenakan melakukan perlawanan saat akan ditangkap. Sedangkan dua terduga teroris lainnya berhasil kabur menggunakan sepeda motor.

    "Tindakan tegas terukur yang diambil sudah menjadi standar petugas apabila ada perlawanan dari pelaku," ujarnya.

    Sunardi mengaku tidak mengetahui apa saja barang bukti yang diamankan tim Densus 88 dari lokasi penyergapan.

    "Yang pasti setelah dicek tidak ditemukan bahan peledak. Dua pelaku yang kabur juga tidak membawa bahan peledak," ungkapnya.

    Hasil Cek Fakta

    Sementara dari informasi yang beredar, dua terduga teroris yang berhasil kabur disebutkan bernama Samuel dan Taripudin. Samuel memiliki ciri alis tebal, rambut lurus sebahu, tinggi badan sekitar 168 sentimeter, kulit sawo matang, memakai topi hitam dan membawa tas punggung.

    Sementara Taripudin berciri alis tebal, memiliki tahi lalat di mata kanan bawah dan bibir bawah, tinggi sekitar 170 sentimeter, kulit kuning langsat, membawa tas selempang dan mengenakan jaket warna abu-abu.

    Sedangkan sepeda motor yang digunakan keduanya untuk kabur, berjenis Suzuki Smash dengan nopol B 6324 KHR. Sepeda motor tersebut dikabarkan mengarah ke Kota Bekasi.

    Kabar lain menyebutkan, bahwa ruko yang menjadi tempat persembunyian para terduga teroris, dulunya merupakan bengkel las.

    "Tadinya itu bengkel las, usaha milik Ki Opung. Terus dia jual Rp11juta ke pak Menin atau yang dikenal Mandor Patek. Nah sama pak Menin ruko itu dikontrakin. Yang ngontrak itu lah terduga teroris itu," kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Kedung Pengawas, Maryanto (35).

    Namun pembelian ruko tersebut belum dibayarkan Manin seluruhnya. Ia baru membayar sebesar Rp6juta dari harga yang ditawarkan.

    "Dijualnya sekitar 7 bulan lalu, baru setengah pembayaran, sisa Rp6 juta lagi. Harganya sudah termasuk murah karena ada di lahan milik pihak pengairan, Perum Jasa Tirta II," jelasnya.

    Kini ruko tersebut telah dipasangi garis polisi untuk kepentingan penyelidikan.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Polisi Ungkap Pengakuan Terduga Teroris yang akan Beraksi 22 Mei

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/07/2019

    Berita

    Jakarta - Polisi menayangkan video berisi pengakuan terduga teroris yang akan beraksi pada 22 Mei 2019 ini atau hari penetapan pemenang Pilpres 2019. Dalam video tersebut, terduga teroris yang mengaku bernama Dede Yusuf alias Jundi alias Bondan mengaku telah membuat bom yang siap diledakkan.

    Dalam video yang ditayangkan polisi saat jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan (17/5/2019), wajah Yusuf tidak diperlihatkan semuanya. Matanya tertutup garis berwarna hitam.

    "Nama saya Dede Yusuf alias Jundi alias Bondan. Saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliah pada tanggal 22 Mei dengan menggunakan bom yang sudah saya rangkai dengan menggunakan remote (control)," kata Yusuf sebagaimana dalam video yang ditayangkan, seperti dilihat detikcom.

    Hasil Cek Fakta

    Yusuf menilai tanggal 22 Mei merupakan hari yang tepat untuk melakukan amaliah. Sebab, 22 Mei bertepatan dengan penetapan pemenangan Pilpres 2019, yang menurut Yusuf bertentangan dengan keyakinannya.

    "Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus menurut saya untuk melakukan amaliah, karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya itu adalah syirik akbar yang membatalkan keislaman dan sebagai bentuk baro'ah melepas dirinya saya daripada kesyirikan tersebut," papar Yusuf.

    Yusuf merupakan salah seorang terduga teroris yang ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror sepanjang Mei 2019 ini. Dia ditangkap di Jepara, Jawa Tengah, pada 14 Mei.

    Polisi memang tak memungkiri masih ada potensi serangan meski sudah ada yang ditangkap. Karena itu, polisi meminta masyarakat tak melakukan aksi turun ke jalan pada 22 Mei guna mengantisipasi jatuhnya korban.

    "Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa, termasuk aparat," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (17/5).

    Rujukan

    • Detik
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Jokowi Sudah Teken PP, Ini Daftar Penerima THR

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/03/2019

    Berita

    Jakarta - Kabar gembira untuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebab, Tunjangan Hari Raya (THR) tahun ini dipastikan cair di akhir Mei.

    Hasil Cek Fakta

    THR ini bakal cair pada 24 Mei 2019. Kepastian itu didapat setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meneken Peraturan Pemerintah (PP) sebagai payung hukum kebijakan THR.

    "PP-nya, Bapak Presiden sudah tanda tangan tadi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019).

    Lalu, berapa besarannya THR? Siapa saja yang dapat? Berikut berita selengkapnya dirangkum detikFinance:

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini