• [Fakta atau Hoax] Benarkah Din Syamsuddin Mundur karena Kecewa Jokowi Tak Temui Ulama Uzbekistan dan Xinjiang?

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/03/2019

    Berita

    Narasi:
    Ada pernah berita , Presiden joko wi , tidak mau nenerima pimpinan suku uigur yang akan memberi hadiah Al Quran tulisan tangan , dgn alasan takut kep negara China tersinggung

    Hasil Cek Fakta

    Ustaz Fahmi al-Anjatani mengunggah sebuah video pernyataan di halaman pribadinya di Facebook pada 25 Februari 2019. Dalam video itu ia mengungkapkan alasan mundurnya Din Syamsuddin sebagai Wakil Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban pada 21 September 2018 lalu.

    Dalam video berdurasi 4 menit 31 detik itu, Ustadz Fahmi mengatakan bahwa mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah itu mundur lantaran kecewa Presiden Joko Widodo menolak menemui puluhan ulama dari Uzbekistan dan Xinjiang, Cina. Saat itu, kata Ustaz Fahmi, ulama Uzbekistan dan Xinjiang itu akan menemui Jokowi untuk menyampaikan oleh-oleh berupa Al Qur’an tulisan tangan. “Tapi jawaban Jokowi, bahwa dia tidak bisa menemui para ulama itu, karena presiden Jokowi ditekan oleh beberapa orang di belakangnya tidak boleh menemui mereka. Alasannya beliau tidak enak dengan pemerintah Cina ketika harus mengunjungi ulama-ulama Xinjiang dan Uzbekistan,” kata Ustaz Fahmi. Di akhir videonya, Ustaz Fahmi menyatakan apabila pernyataan Din Syamsuddin itu benar, maka ia mengharamkan umat Islam untuk memilih Jokowi dalam Pilpres mendatang. Video tersebut menjadi viral di Facebook. Hingga 6 Maret 2019, video itu telah dibagikan lebih dari 40 ribu kali. KLARIFIKASI Saat dikonfirmasi Tempo, Din Syamsuddin membantah bahwa ia mundur karena kecewa atas sikap Presiden Jokowi yang tidak menemui ulama dari Uzbekistan dan Xinjiang. Din mengatakan, seluruh isi video tersebut tidak benar. “Apa yang dinyatakan oleh Ust. Fahmi Al-Anjatani terkait diri saya adalah tidak benar, tidak faktual, alias hoax. Tidak benar dan tidak pernah ada kunjungan ulama dari Xinjiang dan Uzbekistan ke istana dan Presiden Jokowi menolak menerimanya,” kata Din kepada Tempo melalui pesan WhatsApp, Rabu 6 Maret 2019. Sebelumnya, Din Syamsuddin memang benar mengundurkan diri sebagai Wakil Utusan Khusus Presiden pada 21 September 2018. Namun alasannya mundur adalah untuk memilih posisi netral menjelang Pemilihan Presiden 2019. "Jabatan saya terlalu berkonotasi dekat sama seseorang (Jokowi)," kata Din kepada Tempo di Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 21 September 2018. Bahkan ia juga menolak jabatan sebagai ketua tim sukses calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo - Ma’ruf Amin. “Umat Islam saat ini terpecah karena berbeda pilihan politik. Kalau saya berada di satu pihak, mereka tidak akan mau lagi. Jadi lebih bagus saya berada di posisi netral," kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. Di kesempatan yang lain, Din Syamsuddin menjelaskan, bahwa ia banyak terlibat dalam kegiatan organisasi dan gerakan yang bersifat lintas agama, suku, golongan, dan budaya. Ia khawatir jika masih menjadi utusan khusus presiden dan terkesan mendukung salah satu calon akan menghalanginya membangun kebersamaan. Din mengaku memiliki obsesi untuk membangun kebersamaan di tengah kemajemukan. Untuk mewujudkannya ia harus netral dari tarik-menarik kepentingan politik. "Pak Jokowi, saya ingin sampaikan, dapat memahami posisi tersebut, dan oleh karena itu tentu beliau menerima pengunduran diri saya,” kata Din Syamsuddin, 25 September 2018. Selebihnya, tidak ada pemberitaan di media massa terkait kunjungan ulama Uzbekistan dan Xinjiang ke Istana Presiden. Kunjungan dari Uzbekistan justru pernah dilakukan oleh pejabat pemerintah setempat pada 21 Agustus 2017 di Istana Merdeka, Jalan Merdeka Barat, Jakarta. Kunjungan pemerintah Uzbekistan itu untuk bekerja sama dalam sektor perikanan, sekaligus untuk memberi dukungan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. KESIMPULAN Dari fakta ini, bisa disimpulkan bahwa informasi mundurnya Din Syamsuddin karena Jokowi tidak menemui ulama Uzbekistan dan Xinjiang adalah keliru.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • H - 4 Pilpres, Aa Gym Resmi Dukung Prabowo - Sandiaga Uno

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 16/04/2019

    Hasil Cek Fakta

    Suara.com - Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno tengah mempersiapkan diri menghadapi debat final yang akan diselenggarakan di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019) malam.

    Namun di sela-sela persiapan itu, keduanya masih menyempatkan diri untuk bersilahturahmi dengan ustaz Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym.

    Momen pertemuan itu diabadikan dan diunggah pada akun @indonesiaadilmakmur, Sabtu sore. Namun, dalam unggahannya itu tidak disebutkan lokasi pertemuan itu dilakukan.

    "Berkumpul bersama @aagym siang ini. TabarakAllaah Aa. Doa dan ucapanmu menjadi tameng umat ini," tulis admin @indonesiaadilmakmur.

    Akun Instagram lainnya @indonesiamenang.02 juga turut mengunggah momen tersebut dalam bentuk video. Di dalam video itu, Aa Gym menyampaikan dukungannya untuk Prabowo – Sandiaga.

    ".... lebih jernih hatinya yang tidak punya kepentingan apa-apa. Bismillah saya memilih 02, Pak Prabowo dan Pak Sandi," kata Aa Gym yang langsung disambut ucapan alhamdulillah dari Prabowo dan Sandiaga.

    Rujukan

    • Suara.com
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Mengerikan Agama Baru Meniru Islam”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 16/07/2019

    Berita

    “Mengerikan lihat video ini…..apa pendapat saudara Dan sebarkan video ini…. Untuk Masyarakat Islam lain….”

    Hasil Cek Fakta

    Pelintiran daur ulang. Kristen Ortodoks bukan agama baru, sudah ada sejak Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) yang di Indonesia resmi diakui pada tahun 1991.

    Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan

    • Mafindo
    • Medcom.id
    • 2 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Deddy Dhukun Meninggal

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 16/07/2019

    Berita

    Beredar di kalangan wartawan pesan berantai yang menyebutkan bahwa Deddy Dhukun telah meninggal dunia. Dalam pesan itu disebutkan bahwa meninggal di RS An Nisa Tangerang. Berikut kutipan narasinya:

    Berita Duka...
    Telah meninggal Dunia pagi ini, Selasa, 16 Juli'2019 pada jm.06.20 di RS An Nisa Tangerang saudaraku tercinta yg kita kenal sebagai Deduk / Deddy Dhukun dalam usia 65 tahun...
    Mohon Doa' nya dan agar dimaafkan segala kesalahannya...
    Akan dimakamkan hari ini di tanah kusir

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Glenn Roty, Produser 2D (grup bernaungnya Deddy Dhukun) membantah kabar tersebut. Glenn mengatakan, di malam sebelumnya, yakni Senin 15 Juli 2019, Deddy masih beraktivitas seperti biasa.

    “Kayaknya nggak deh, nggak itu nggak bener. Hoaks. Karena nggak mungkin kalau Deddy Dhukun kena serangan jantung ya. Soalnya kemaren malem tuh masih kumpul-kumpul,” kata Glenn.

    Tak hanya itu, menurut Glenn ada kejanggalan dalam pesan tersebut. Sebab, dalam pesan itu disebutkan Deddy dibawa ke sebuah rumah sakit di bilangan Tangerang. Padahal, menurut Glenn, kediaman Deddy Dhukun di daerah Ciganjur, Jakarta Selatan.

    “Kalau misalnya kena serangan jantung nggak mungkin jauh-jauh dibawa ke Tangerang. Rumahnya kan di Ciganjur. Paling dia ke Depok atau ke Bogor atau ke Pondok Indah,” dia melanjutkan.

    Perihal kabar itu pun sampai ke Deddy Dhukun. Penyanyi yang beken di tahun 80-an itu menepis kabar dirinya telah meninggal dunia. Deddy menyatakan, dirinya masih sehat walafiat. “Itu gosip brother. Deddy Dhukun sehat walafiat. Hahaha,” kelakar Deddy.

    Deddy pun merasa heran dirinya dikabarkan seperti demikian. “Semalam (Deddy Dhukun) dikabarkan sakit, tadi pagi dikabarkan meninggal,” ucap Deddy heran.

    Meski begitu, Deddy tak mau berburuk sangka. Teman duet mendiang Dian Pramana Poetra ini tetap berpikir positif. “Ya enggak tahu itu kerjaannya siapa. Mungkin yang meninggal Deddy Dhukun yang lain,” ucapnya.

    Rujukan

    • Mafindo
    • Detik
    • Kompas
    • Liputan 6
    • Suara.com
    • VIVA
    • 6 media telah memverifikasi klaim ini