• [HOAKS] WHO Meminta Pemerintah Bersiap dengan Mega Lockdown

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/08/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial yang menyebutkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta pemerintah bersiap dengan mega lockdown.

    Penguncian massa besar-besaran atau mega lockdown dikaitkan dengan merebaknya kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.

    Informasi mengenai WHO meminta pemerintah bersiap untuk mega lockdown, disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (18/9/2024):

    Tuh baca sendiri, bukan mega thrust yang akan terjadi yang akan menghancurkan dan memporak porandakan, tapi "MEGA LOCKDOWN",

    MEGA THRUST yang masih potensi kalian udah pada panik seolah olah negeri ini akan terpecah dan terbelah saja, sedangkan MEGATRON melalui anak kesayangan nya 10 tahun menjabat sudah menghancurkan dan memporak-poranda kan pecah belah sana sini saya lihat kalian santai santai saja tuh, tenang tenang saja sambil berorasi "hidup bapaknya samsul... Hidup bapaknya samsul",

    Pengguna Facebook menyertakan tangkapan layar dari situs web "The People's Voice", 15 Agustus 2024, dengan judul berikut:

    WHO Orders Govt's To Prepare for 'Mega Lockdowns' Die to 'Deadly Monkeypox' Strain

    Narasi serupa juga beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah akun ini dan ini.

    Hasil Cek Fakta

    Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (14/8/2024), menyampaikan mengenai peningkatan jumlah kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo.

    Pada 2023, ada lebih dari 14.000 kasus dan 524 kematian akibat Mpox.

    Kemudian dalam sebulan terakhir, sekitar 90 kasus clade 1b telah dilaporkan di empat negara tetangga Kongo yang belum pernah melaporkan Mpox sebelumnya, yakni Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda.

    WHO merekomendasikan sejumlah langkah penanganan, seperti pemberian vaksin dan memperkuat surveilans.

    Namun, tidak ada pernyataan Tedros mengenai permintaan lockdown kepada pemerintah.

    WHO tidak mempunyai wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada pemerintah di seluruh dunia.

    Dilansir USA Today, peran WHO sebagai organisasi ilmiah dan teknis adalah memberi nasihat dan mendukung 194 negara anggotanya.

    Meskipun WHO mengeluarkan rekomendasi kesehatan masyarakat, setiap anggota mempunyai pilihan untuk membuat keputusan sendiri.

    Di sisi lain, narasi yang beredar bersumber dari situs "The People’s Voice" yang memiliki rekam jejak menyebarkan disinformasi.

    Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs tersebut bias sayap kanan ekstrem yang kerap mempromosikan teori konspirasi dari sumber yang tidak kredibel.

    Kesimpulan

    Narasi mengenai WHO meminta pemerintah bersiap untuk mega lockdown merupakan hoaks.

    Narasi yang beredar bersumber dari situs yang memiliki rekam jejak menyebar disinformasi dan teori konspirasi.

    Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak pernah bicara mengenai lockdown akibat meningkatnya kasus Mpox.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAKS] Prabowo Tawarkan Bantuan dalam Rangka HUT ke-79 RI

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/08/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang mengeklaim Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menawarkan bantuan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI).

    Akan tetapi, setelah ditelusuri konten tersebut merupakan hasil manipulasi.

    Video yang mengeklaim Prabowo menawarkan bantuan dalam rangka HUT ke-79 RI muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Facebook ini.

    Dalam video, Prabowo mengatakan, untuk mendapat bantuan cukup dengan menyukai dan membagikan unggahan tersebut.

    Video diberi keterangan sebagai berikut:

    AMANAH DARI SAYA UNTUK ANDA

    ini real 100 % bukan HOAX

    SEMOGA BISA MERINGANKAN PEREKONOMIAN RAKYATKU TERCINTA

     

    Akun Facebook Tangkapan layar Faceboook narasi yang menyebut Prabowo menawarkan bantuan dalam rangka HUT RI

    Hasil Cek Fakta

    Ketika diamati, gerakan bibir dan ucapan yang dikeluarkan Prabowo tidak sinkron.

    Kemudian, Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek video tersebut menggunakan Hive Moderation untuk memastikan apakah konten tersebut asli atau hasil rekayasa kecerdasaan buatan (AI).

    Setelah dicek, suara Prabowo menawarkan bantuan terdeteksi dihasilkan AI dengan probabilitas mencapai 88,3 persen.

    Selain itu, di akun Facebook dan Instagram miliki Prabowo juga tidak terdapat konten soal penawaran bantuan dalam rangka HUT RI.

    Sebelumnya di media sosial juga beredar narasi keliru yang menyebut Prabowo menawarkan bantuan melalui nomor WhatsApp.

    Unggahan itu telah dibantah oleh Juru Bicara Prabowo, Dahnil Azhar Simanjuntak. Penelusuran Kompas.com bisa dilihat di sini.

    Kesimpulan

    Video yang mengeklaim Prabowo menawarkan bantuan dalam rangka HUT RI merupakan hasil rekayasa.

    Setelah dicek menggunakan Hive Moderation, suara Prabowo terdeteksi dihasilkan oleh AI dengan probabilitas mencapai 88,3 persen. 

    Di media sosial milik Prabowo juga tidak ditemukan konten soal penawaran hadiah dalam rangka HUT ke-79 RI.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Tidak Benar Donald Trump Telah Peringatkan soal Lockdown Mpox

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/08/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi dengan klaim yang menyatakan kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, telah memperingatkan tentang lockdown akibat wabah cacar monyet atau monkeypox (Mpox).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut perlu diluruskan.

    Sebagai konteks, narasi itu beredar setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan wabah Mpox sebagai darurat kesehatan global pada 14 Agustus 2024.

    Narasi Donald Trump telah memperingatkan soal lockdown Mpox dibagikan oleh akun X (Twitter) ini, ini, dan ini, pada 15 Agustus 2024. Narasi itu disertai video Trump sedang berpidato.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Trump mengatakan kepada para pemilih untuk tidak mematuhi vaksinasi paksa atau lockdown karena “ancaman” Cacar Monyet membayangi. Ia menyebutnya sebagai gangguan pemilu.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah dicermati, video yang disertakan dalam narasi tersebut berasal dari akun X yang dikelola oleh tim kampanye Trump @TeamTrump.

    Akun @TeamTrump membagikan video yang sama pada 31 Agustus 2023. Namun, narasi video tidak terkait dengan wabah Mpox.

    Dalam video tersebut, Trump tidak berbicara tentang Mpox, tetapi mengampanyekan penolakan terhadap lockdown dan kewajiban memakai masker terkait Covid-19.

    Sementara itu, Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic mengonfirmasi kepada USA Today bahwa tidak ada perintah lockdown sehubungan penetapan status Mpox sebagai darurat kesehatan global.

    "WHO tidak dapat dan tidak memerintahkan pemerintah untuk mempersiapkan 'mega lockdown' atau segala jenis karantina wilayah karena Mpox," kata Jasarevic melalui email.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi Trump telah memperingatkan soal lockdown Mpox perlu diluruskan.

    Video Donald Trump yang dibagikan adalah pernyataan lama pada Agustus 2023.

    Dalam video tersebut, Trump tidak berbicara tentang Mpox, tetapi mengampanyekan penolakan terhadap lockdown dan kewajiban memakai masker terkait Covid-19.

    Selain itu, WHO tidak dapat dan tidak memerintahkan pemerintah berbagai negara untuk memberlakukkan lockdown karena wabah Mpox.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru, Narasi Tentang Pertolongan untuk Lansia Tersedak, Salah Bantal, Kram Kaki, dan Kesemutan

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/08/2024

    Berita



    Sebuah narasi beredar di WhatsApp serta akun Facebook ini, ini, dan ini, yang mengatakan terdapat beberapa cara menolong lansia yang mengalami tersedak, salah bantal, kram kaki, maupun kesemutan. Lansia yang mengalami masalah-masalah tersebut diklaim bisa diatasi dengan memintanya mengangkat tangan. 

    Ketika mengalami salah bantal, bisa diredakan dengan mengangkat kaki, menarik ibu jari kaki, dan memijatnya secara memutar. Sementara saat terjadi kram kaki kiri, bisa dikurangi dengan mengangkat tangan kanan. Jika yang terasa kram kaki kanan, bisa diatasi dengan mengangkat tangan kiri. Begitu juga kesemutan kaki kiri diterapi mengayunkan tangan kanan sekuat tenaga, dan sebaliknya bila yang kesemutan kaki kanan.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah beberapa jenis pertolongan pertama itu tepat untuk lansia yang mengalami tersedak, salah bantal, kram kaki, dan kaki kesemutan?

    Hasil Cek Fakta



    Dokter Spesialis Geriatri RS. Permata Cibubur, Dr. dr. Esthika Dewiasty, SpPD- KGer telah menganalisa narasi yang beredar tersebut. Dia mengirimkan penjelasannya pada Tempo, pada Selasa, 20 Agustus 2024.

    Berikut penjelasannya:

    1. Pertolongan Lansia Tersedak

    Ada dua cara tepat menolong orang tersedak yang terbukti dan direkomendasikan oleh American Red Cross dan American Heart Association. Pertama, memukul secara keras di bagian punggung (back blows). 

    Kedua abdominal thrusts atau manuver heimlich yakni lingkarkan tangan di bagian pinggang orang yang tersedak sambil berdiri di belakangnya, kemudian kepalkan tangan tepat di pusar dan dorong ke dalam dan atas untuk mengeluarkan benda penyebab tersedak.

    “Jika kamu menemui seseorang ataupun lansia yang tersedak, penting untuk mengikuti langkah-langkah pertolongan pertama (pertolongan awal) yang benar dan segera menghubungi layanan darurat rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya,” kata dr Eshtika.

    Dia juga mengatakan memberikan pertolongan pertama pada orang tersedak, termasuk lansia, dengan memintanya mengangkat tangan tidak direkomendasikan. Memang terdapat mitos yang mengatakan mengangkat tangan bisa membuka jalur napas, namun tidak terbukti secara ilmiah dalam membantu orang tersedak.

    2. Pertolongan Lansia Salah Bantal

    Staf Medis Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu juga menjelaskan mengangkat kaki, menarik ibu jari dan memijatnya secara memutar untuk mengatasi lansia salah bantal tidak memiliki dasar ilmiah ataupun dukungan dari organisasi kesehatan.

    “Meskipun beberapa teknik seperti pijat atau peregangan bisa membantu meredakan ketegangan otot, langkah-langkah yang Anda sebutkan (dalam narasi yang beredar) lebih bersifat mitos dan tidak didukung oleh bukti medis,” kata dr Eshtika lagi.

    Sementara penanganan yang direkomendasikan ialah mengompres bagian yang nyeri menggunakan handuk hangat atau bantalan pemanas, serta melakukan peregangan leher secara lembut untuk melemaskan otot yang tegang.

    Mengkonsumsi obat pereda nyeri seperti paracetamol juga disarankan. Demikian juga memijat secara lembut dan berhati-hati di bagian leher yang terdampak salah bantal. Bila nyeri berlanjut, disarankan diperiksakan ke dokter untuk mendapat obat yang tepat atau terapi lainnya.

    “Untuk informasi yang lebih mendalam, Anda dapat merujuk pada sumber-sumber seperti Mayo Clinic atau WebMD yang memberikan panduan medis terkait penanganan nyeri leher? (St John Ambulance Victoria)? (CPR Certified),” kata dia.

    3. Pertolongan Lansia Kram Kaki

    Terkait mengatasi kram kaki pada lansia, cara yang direkomendasikan adalah peregangan otot di lokasi yang terasa kram. Misalnya, kram pada otot betis, coba untuk meluruskan kaki dan menarik jari kaki ke arah tubuh.

    Bisa juga dengan mengompres menggunakan air hangat atau bantalan pemanas untuk meredakan otot. Juga minum air putih, karena bisa jadi kram itu disebabkan tubuh sedang mengalami dehidrasi.

    Selanjutnya cobalah meminta lansia itu menggerakkan kaki atau berjalan-jalan yang bisa membantu memperlancar peredaran darah dan meredakan kram. Sejumlah cara tersebut direkomendasikan Mayo Clinic dan WebMD? (CPR Certified)? (YourTango). CPR adalah prosedur pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

    “Jika kram kaki sering terjadi atau sangat menyakitkan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab dan penanganan yang lebih tepat,” kata dr Eshtika lagi.

    4. Pertolongan Lansia Kesemutan

    Kemudian, metode mengayunkan telapak tangan kanan sekuat tenaga untuk mengatasi kesemutan di kaki kiri, atau sebaliknya, kata dr Eshtika, adalah mitos. Cara itu tidak direkomendasikan Mayo Clinic dan WebMD karena tidak terbukti secara ilmiah ataupun medis.

    “Kesemutan (paresthesia) biasanya disebabkan oleh tekanan pada saraf atau aliran darah yang terganggu, dan tindakan seperti ini (mengayunkan sekuat tenaga) tidak akan secara langsung mempengaruhi kondisi tersebut,” katanya.

    Penanganan yang lebih umum dan efektif untuk kesemutan meliputi mengubah posisi duduk atau berdiri, karena bisa jadi posisi itu menekan saraf tertentu yang menyebabkan kesemutan. Cara lainnya ialah dengan peregangan agar tekanan saraf berkurang dan memperlancar aliran darah.

    Pijatan yang ringan atau lembut di area yang kesemutan dan menghidrasi tubuh dengan minum air putih, juga direkomendasikan. Jika kesemutan terjadi secara berkepanjangan atau sering, disarankan berkonsultasi ke dokter.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan narasi yang menyatakan cara menolong lansia yang sedang tersedak, nyeri karena salah bantal, kram kaki, dan kesemutan tersebut, adalah klaim yang keliru.

    Narasi itu mengandung mitos dan tidak dibuktikan secara ilmiah maupun medis. Sehingga cara-cara pertolongan pertama tersebut tidak direkomendasikan, termasuk untuk lansia.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini