“Everyone needs to listen to this!
Bill Gates briefing the CIA back in 2005 on how he has created a plan to suppress certain genes in humans by way of vaccines. “We will need to create a respiratory virus in order to get the vaccine out.” Guys. Seriously. Don’t be fooled by the government.
& Do not get the vaccine”.
Terjemahan Narasi:
“Semua orang perlu mendengarkan ini!
Bill Gates memberi tahu CIA pada tahun 2005 tentang bagaimana dia telah membuat rencana untuk menekan gen tertentu pada manusia melalui vaksin. “Kami perlu membuat virus di saluran pernapasan untuk mendistribusikan vaksin.” Kawan. Sungguh. Jangan tertipu oleh pemerintah.
& Jangan divaksin”.
[SALAH] Video Bill Gates Rapat dengan CIA Mengenai Vaksin Pada Tahun 2005
Sumber: facebook.comTanggal publish: 20/01/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Beredar video di media sosial berupa seorang pria yang tengah presentasi tentang program vaksin. Narasi yang beredar menyebutkan pria dalam video adalah Bill Gates. Selain itu video juga menampilkan beberapa gambar tentang vaksin yang dapat mengendalikan pikiran manusia.
Dari hasil penelusuran diketahui klaim tersebut tidak benar. Video telah beredar sejak 2011 lalu dengan klaim yang menyerang pihak CIA. Presenter dalam video bukan Bill Gates, begitu pula dengan video presentasi pada CIA yang juga tidak asli. Juru bicara Bill & Melinda Gates Foundation mengonfirmasi kepada Reuters.com pada 14 Mei 2020 melalui email bahwa video tersebut tidak menampilkan Bill Gates.
Sementara video itu sendiri merupakan promosi untuk film berjudul ‘FunVax’, sebuah film dokumenter pada tahun 2011 yang gagal diproduksi oleh sutradara Ryan Harper. Film ini gagal diproduksi karena kekurangan dana dan dibiarkan begitu saja, namun promosinya sudah beredar di internet secara diam-diam.
Sejak beredar pada tahun 2011, telah banyak media yang memeriksa kebenaran dari video ini. Terlebih setelah video memperlihatkan gambar dua otak manusia yang berbeda dengan klaim “itu adalah otak religius dan non-religius” sebenarnya adalah gambar yang sama dari seorang pecandu sabu berusia 43 tahun, gambar tersebut diambil dari artikel ilmiah di Neurology.org edisi Desember 2010. Foto telah disunting dengan memberi efek berwarna merah dan kuning.
“Gambar hasil photoshop dari artikel tahun 2010 yang tidak terkait dengan video”, diterjemahkan dari situs metabunk 01 Desember 2010.
Dari penelusuran di atas, video tersebut merupakan bagian dari promosi film berjudul “FunVax,” dan presenter dalam video bukan Bill Gates, namun aktor yang berperan sebagai presenter. Sehingga status tersebut masuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Dari hasil penelusuran diketahui klaim tersebut tidak benar. Video telah beredar sejak 2011 lalu dengan klaim yang menyerang pihak CIA. Presenter dalam video bukan Bill Gates, begitu pula dengan video presentasi pada CIA yang juga tidak asli. Juru bicara Bill & Melinda Gates Foundation mengonfirmasi kepada Reuters.com pada 14 Mei 2020 melalui email bahwa video tersebut tidak menampilkan Bill Gates.
Sementara video itu sendiri merupakan promosi untuk film berjudul ‘FunVax’, sebuah film dokumenter pada tahun 2011 yang gagal diproduksi oleh sutradara Ryan Harper. Film ini gagal diproduksi karena kekurangan dana dan dibiarkan begitu saja, namun promosinya sudah beredar di internet secara diam-diam.
Sejak beredar pada tahun 2011, telah banyak media yang memeriksa kebenaran dari video ini. Terlebih setelah video memperlihatkan gambar dua otak manusia yang berbeda dengan klaim “itu adalah otak religius dan non-religius” sebenarnya adalah gambar yang sama dari seorang pecandu sabu berusia 43 tahun, gambar tersebut diambil dari artikel ilmiah di Neurology.org edisi Desember 2010. Foto telah disunting dengan memberi efek berwarna merah dan kuning.
“Gambar hasil photoshop dari artikel tahun 2010 yang tidak terkait dengan video”, diterjemahkan dari situs metabunk 01 Desember 2010.
Dari penelusuran di atas, video tersebut merupakan bagian dari promosi film berjudul “FunVax,” dan presenter dalam video bukan Bill Gates, namun aktor yang berperan sebagai presenter. Sehingga status tersebut masuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Rizqi Abdul Azis (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia).
Bukan Bill Gates. Video tersebut merupakan promosi film berjudul “FunVax” yang gagal digarap pada tahun 2011 oleh sutradara bernama Ryan Harper. Foto hasil rontgen otak dalam video diambil dari studi pada tahun 2010 tentang seorang wanita berusia 43 tahun dengan riwayat penyalahgunaan metamfetamin (sabu-sabu).
Bukan Bill Gates. Video tersebut merupakan promosi film berjudul “FunVax” yang gagal digarap pada tahun 2011 oleh sutradara bernama Ryan Harper. Foto hasil rontgen otak dalam video diambil dari studi pada tahun 2010 tentang seorang wanita berusia 43 tahun dengan riwayat penyalahgunaan metamfetamin (sabu-sabu).
[SALAH] Video Puluhan Santri Pingsan Setelah Vaksin Covid-19 Sinovac
Sumber: facebook.comTanggal publish: 19/01/2021
Berita
“Vaksin sinovac memakan korban lagi kali ini santri dari jember…. pekerjaan paling aneh org sehat kok disuntik macam gk ad kerjaan lain”
Setelah di vaksin pingsan
Setelah di vaksin pingsan
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook Rahmat Lubis memposting ulang sebuah status dengan klaim narasi bahwa vaksin Sinovac memakan korban santri di Jember, Jawa Timur dari pengguna Facebook Misman. Postingan yang diunggah pada 13 Januari 2021 ini telah mendapatkan sebanyak 4 komentar dan telah dibagikan sebanyak 1 kali oleh pengguna Facebook lain.
Setelah ditelusuri, peristiwa dalam video tersebut terjadi jauh sebelum munculnya Covid-19, video tersebut ditemukan di kanal Youtube Jember 1Tv pada 28 Febuari 2018, dengan judul “Puluhan Santri Pingsan Usai Imunisasi Difteri”. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa puluhan santri di pondok pesantren Pondok Pesantren Madinatul Ulum berada di Kecamatan Jenggawah itu pingsan karena dehidrasi usai disuntik vaksin difteri.
Dilansir dari akun Instagram Pondok Pesantren Madinatul Ulum @madinatululum_, Pihak ponpes membagikan Surat Edaran YPP, terkait video vaksinasi Difteri 3 tahun lalu yang disebar ulang dan dikaitkan dengan vaksinasi Covid-19.
Berikut keterangan Surat Edaran YPP:
“Assalamualaikum Wr. Wb. Salam silaturahim kami sampaikan, semoga kesehatan dan kebaikan menaungi kita semua. Menanggapi tersebarnya kembali video vaksinasi di YPP. Madinatul Ulum, maka kami merasa perlu meluruskan beberapa hal: 1. Vakasinasi pada video tersebut merupakan vaksinasi difteri yang dilakukan oleh Puskesmas Jenggawah tiga tahun lalu pada tanggal 28 Februari 2018. 2. Tidak benar jika video tersebut dihubungkan dengan vaksinasi COVID-19 yang marak akhir-akhir ini. 3. Alhamdulillah, kondisi terkini seluruh santri YPP. Madinatul Ulum dalam keadaan sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa 4. Seluruh kegiatan dan aktivitas yang berlangsung di lingkungan YPP. Madinatul Ulum dilakukan dengan mengikuti protokol COVID-19. 5. Oleh karena itu, dimohon untuk tidak memancing ketakutan dan kegaduhan dengan kembali menyebarluaskan video tersebut. Demikian informasi ini kami sampaikan, atas kerjasamanya kami haturkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb”.
Sebagai tambahan, pemberitaan terkait video tersebut terdapat dalam artikel Liputan6.com berjudull “73 Santri Jember Mual Massal Pasca-Imunisasi Difteri” terbit pada 1 Maret 2018. Puluhan santri Pondok Pesantren Madinatul Ulum, Jember, dirawat di Puskesmas Jenggawah. Sebagian besar santri juga dirawat secara intensif di pesantren karena mengalami mual, pusing, dan lemas pada 27 Februari 2018 malam.
Dengan demikian klaim vaksin Sinovac memakan korban santri di Jember dengan video yang dibagikan adalah tidak benar karena video tersebut merupakan video vaksinasi Difteri 3 tahun lalu. Sehingga klaim tersebut masuk dalam ketegori konten yang menyesatkan.
Setelah ditelusuri, peristiwa dalam video tersebut terjadi jauh sebelum munculnya Covid-19, video tersebut ditemukan di kanal Youtube Jember 1Tv pada 28 Febuari 2018, dengan judul “Puluhan Santri Pingsan Usai Imunisasi Difteri”. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa puluhan santri di pondok pesantren Pondok Pesantren Madinatul Ulum berada di Kecamatan Jenggawah itu pingsan karena dehidrasi usai disuntik vaksin difteri.
Dilansir dari akun Instagram Pondok Pesantren Madinatul Ulum @madinatululum_, Pihak ponpes membagikan Surat Edaran YPP, terkait video vaksinasi Difteri 3 tahun lalu yang disebar ulang dan dikaitkan dengan vaksinasi Covid-19.
Berikut keterangan Surat Edaran YPP:
“Assalamualaikum Wr. Wb. Salam silaturahim kami sampaikan, semoga kesehatan dan kebaikan menaungi kita semua. Menanggapi tersebarnya kembali video vaksinasi di YPP. Madinatul Ulum, maka kami merasa perlu meluruskan beberapa hal: 1. Vakasinasi pada video tersebut merupakan vaksinasi difteri yang dilakukan oleh Puskesmas Jenggawah tiga tahun lalu pada tanggal 28 Februari 2018. 2. Tidak benar jika video tersebut dihubungkan dengan vaksinasi COVID-19 yang marak akhir-akhir ini. 3. Alhamdulillah, kondisi terkini seluruh santri YPP. Madinatul Ulum dalam keadaan sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa 4. Seluruh kegiatan dan aktivitas yang berlangsung di lingkungan YPP. Madinatul Ulum dilakukan dengan mengikuti protokol COVID-19. 5. Oleh karena itu, dimohon untuk tidak memancing ketakutan dan kegaduhan dengan kembali menyebarluaskan video tersebut. Demikian informasi ini kami sampaikan, atas kerjasamanya kami haturkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb”.
Sebagai tambahan, pemberitaan terkait video tersebut terdapat dalam artikel Liputan6.com berjudull “73 Santri Jember Mual Massal Pasca-Imunisasi Difteri” terbit pada 1 Maret 2018. Puluhan santri Pondok Pesantren Madinatul Ulum, Jember, dirawat di Puskesmas Jenggawah. Sebagian besar santri juga dirawat secara intensif di pesantren karena mengalami mual, pusing, dan lemas pada 27 Februari 2018 malam.
Dengan demikian klaim vaksin Sinovac memakan korban santri di Jember dengan video yang dibagikan adalah tidak benar karena video tersebut merupakan video vaksinasi Difteri 3 tahun lalu. Sehingga klaim tersebut masuk dalam ketegori konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Rahmah An Nisaa (Uin Sunan Ampel Surabaya).
Informasi yang salah. Narasi dalam postingan tidak sesuai dengan video yang diunggah. Faktanya, dalam video dinyatakan puluhan santri pondok pesantren di Kecamatan Jenggawah Jember pingsan karena dehidrasi usai disuntik vaksin difteri pada 27 Febuari 2018.
Informasi yang salah. Narasi dalam postingan tidak sesuai dengan video yang diunggah. Faktanya, dalam video dinyatakan puluhan santri pondok pesantren di Kecamatan Jenggawah Jember pingsan karena dehidrasi usai disuntik vaksin difteri pada 27 Febuari 2018.
Rujukan
[SALAH] Singapura Hentikan Vaksinasi Setelah 48 Orang Meninggal di Negaranya
Sumber: twitter.comTanggal publish: 19/01/2021
Berita
“48 people died in Singapore
https : //www[dot]facebook[dot]com/100002508248302/posts/3597378857022354/?d=n”
“48 orang meninggal di Singapura
https : //www[dot]facebook[dot]com/100002508248302/posts/3597378857022354/?d=n”
Setelah vaksin meninggal
Vaksin singapura
Vaksinasi virus corona
Kasus Covid 19 Singapore
Kementerian kesahatan, singapura
Vaksin bikin mati
Apa benar habis vaksin bisa meninggal
meninggal setelah divaksin
https : //www[dot]facebook[dot]com/100002508248302/posts/3597378857022354/?d=n”
“48 orang meninggal di Singapura
https : //www[dot]facebook[dot]com/100002508248302/posts/3597378857022354/?d=n”
Setelah vaksin meninggal
Vaksin singapura
Vaksinasi virus corona
Kasus Covid 19 Singapore
Kementerian kesahatan, singapura
Vaksin bikin mati
Apa benar habis vaksin bisa meninggal
meninggal setelah divaksin
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter Luisa Capra (@LuisaCapra6) mengunggah cuitan berupa narasi yang menyebutkan terdapat 48 orang meninggal di Singapura beserta tautan unggahan Facebook. Cuitan tersebut diunggah pada 3 Januari 2021.
Berdasarkan hasil penelusuran, narasi dan tautan unggahan Facebook tersebut merujuk kepada artikel The Telegraph berjudul “Singapore halts use of flu vaccines after 48 die in South Korea” yang terbit pada 26 Oktober 2020. Pada artikel itu, disebutkan bahwa Singapura menghentikan sementara penggunaan dua jenis vaksin influenza, SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra, sebagai tindakan pencegahan setelah dilaporkannya beberapa orang yang disuntikan vaksin flu meninggal di Korea Selatan.
Pihak pemerintah Korea Selatan mengonfirmasi, akan tetap melanjutkan program vaksinasi karena tidak ditemukan hubungan antara kematian dan suntikan vaksin. Mengutip dari Reuters, 20 hasil otopsi dari National Forensic Service menunjukkan bahwa 13 orang meninggal karena penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan gangguan lainnya yang bukan disebabkan oleh vaksinasi.
Mengutip dari DetikHealth, usai diberhentikannya penggunaan dua jenis vaksin influenza selama kurang lebih satu minggu pada Oktober 2020, Singapura kembali mengizinkan penggunaaan dua vaksin tersebut pada 2 November 2020. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura mengememukakan bahwa vaksin influenza yang beredar sudah memenuhi standar dengan efek samping yang dilaporan pasien bersifat ringan, seperti ruam merah dan demam.
Dengan demikian, unggahan akun Twitter Luisa Capra (@LuisaCapra6) dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan karena tidak ada 48 orang yang meninggal di Singapura terkait vaksinasi flu.
Berdasarkan hasil penelusuran, narasi dan tautan unggahan Facebook tersebut merujuk kepada artikel The Telegraph berjudul “Singapore halts use of flu vaccines after 48 die in South Korea” yang terbit pada 26 Oktober 2020. Pada artikel itu, disebutkan bahwa Singapura menghentikan sementara penggunaan dua jenis vaksin influenza, SKYCellflu Quadrivalent dan VaxigripTetra, sebagai tindakan pencegahan setelah dilaporkannya beberapa orang yang disuntikan vaksin flu meninggal di Korea Selatan.
Pihak pemerintah Korea Selatan mengonfirmasi, akan tetap melanjutkan program vaksinasi karena tidak ditemukan hubungan antara kematian dan suntikan vaksin. Mengutip dari Reuters, 20 hasil otopsi dari National Forensic Service menunjukkan bahwa 13 orang meninggal karena penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan gangguan lainnya yang bukan disebabkan oleh vaksinasi.
Mengutip dari DetikHealth, usai diberhentikannya penggunaan dua jenis vaksin influenza selama kurang lebih satu minggu pada Oktober 2020, Singapura kembali mengizinkan penggunaaan dua vaksin tersebut pada 2 November 2020. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura mengememukakan bahwa vaksin influenza yang beredar sudah memenuhi standar dengan efek samping yang dilaporan pasien bersifat ringan, seperti ruam merah dan demam.
Dengan demikian, unggahan akun Twitter Luisa Capra (@LuisaCapra6) dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan karena tidak ada 48 orang yang meninggal di Singapura terkait vaksinasi flu.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Renanda Dwina Putri (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia)
Bukan warga di Singapura, melainkan warga di Korea Selatan. Singapura memang sempat menghentikan program vaksinasi selama satu minggu, hingga akhirnya kembali berjalan pada November 2020. Adapun kematian puluhan orang tersebut disebabkan adanya riwayat penyakit lain, bukan karena vaksinasi.
Bukan warga di Singapura, melainkan warga di Korea Selatan. Singapura memang sempat menghentikan program vaksinasi selama satu minggu, hingga akhirnya kembali berjalan pada November 2020. Adapun kematian puluhan orang tersebut disebabkan adanya riwayat penyakit lain, bukan karena vaksinasi.
Rujukan
- https://www.telegraph.co.uk/news/2020/10/26/singapore-halts-use-flu-vaccines-48-die-south-korea/amp/?fbclid=IwAR0n8aXV-rHlfeAM2I972hygywDkJpiwKZHpfllziDJg_AgtJ6alNHOPXbg
- https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-southkorea-flushot/south-korean-authorities-stick-to-flu-vaccine-plan-after-deaths-rise-to-48-idUSKBN2790G8
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5238851/singapura-kembali-izinkan-vaksin-influenza-usai-dihentikan-sementara
[SALAH] Video Gunung Semeru di Lumajang Keluarkan Lahar Dingin
Sumber: facebook.comTanggal publish: 19/01/2021
Berita
Gunung Semeru di Lumajang Keluarkan Lahar Dingin
Hasil Cek Fakta
Sebuah akun Facebook bernama Ardi Aris Putra Nugroho mengunggah video yang berdurasi 59 detik memperlihatkan sebuah arus lahar dingin mengalir ke jalan raya dan mengenai sebuah truk. Video tersebut telah dibagikan sebanyak 186 kali.
Setelah ditelusuri video tersebut banyak dibagikan di Youtube dan merupakan video amatiran yang diambil saat merekam detik-detik munculnya arus banjir di Desa Sempol, Kecamatan Ijen, Bondowoso pada 29 Januari 2020 lalu.
Sehingga, klaim mengenai video kejadian Gunung Semeru di Lumajang yang mengeluarkan lahar dingin termasuk hoaks dengan kategori konten yang salah.
Setelah ditelusuri video tersebut banyak dibagikan di Youtube dan merupakan video amatiran yang diambil saat merekam detik-detik munculnya arus banjir di Desa Sempol, Kecamatan Ijen, Bondowoso pada 29 Januari 2020 lalu.
Sehingga, klaim mengenai video kejadian Gunung Semeru di Lumajang yang mengeluarkan lahar dingin termasuk hoaks dengan kategori konten yang salah.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Aisyah Adilah (Anggota Komisariat MAFINDO Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik Jakarta)
Bukan video lahar dingin dari Gunung Semeru. Faktanya, Video tersebut merupakan video banjir bandang di Bondowoso pada 29 Januari 2020 lalu.
Bukan video lahar dingin dari Gunung Semeru. Faktanya, Video tersebut merupakan video banjir bandang di Bondowoso pada 29 Januari 2020 lalu.
Rujukan
Halaman: 5201/6702