• [SALAH] Hydro Oxy Mouth Freshener Spray Dapat Cegah dan Sembuhkan Virus Covid-19

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita

    Beredar promosi atau iklan di media sosial mengenai produk Hydro Oxy Mouth Freshener Spray yang diklaim mampu menangkal Covid-19.

    Salah satunya adalah akun marketplace Warung Sejahtera di Facebook yang juga menjual Hydro Oxy Mouth Freshener Spray yang diikuti dengan tangkapan layar gambar testimoni dan narasi yang mengklaim bahwa produk tersebut telah bersertifikasi BPOM dan dapat mencegah juga menyembuhkan virus Covid-19.

    Hasil Cek Fakta

    Dari hasil penelusuran, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membantah produk Hydro Oxy Mouth Freshener Spray dapat menangkal virus SARS CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.

    “Promosi yang menyebutkan bahwa produk hydro oxy mouth freshener spray dapat menangkal virus SARS CoV-2 adalah tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,” kata Kepala BPOM Penny K Lukito, Jakarta, Rabu (06/01/20).

    Melansir kompas.com, BPOM mengakui bahwa produk tersebut telah terdaftar sebagai produk kosmetik dan diberikan Nomor Izin Edar/Notifikasi POM NA18201400055. Adapun nomor notifikasi tersebut berlaku mulai 4 Agustus 2020 hingga 4 Agustus 2023.

    Kendati demikian, BPOM menegaskan bahwa tidak pernah memberikan persetujuan klaim kosmetik sebagai penangkal virus Covid-19.

    Badan POM juga menegaskan kepada pelaku usaha termasuk produsen agar selalu menaati peraturan yang berlaku, termasuk peraturan terkait izin edar, iklan, dan label dan terus melakukan pengawasan produk di peredaran. Jika menemukan produk yang mencantumkan klaim berlebihan, BPOM akan menindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berupa sanksi administrasi.
    Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO), melalui laman resminya who.int menyatakan sampai saat ini tidak ada obat khusus yang direkomendasikan untuk mencegah atau mengobati virus Covid-19.

    Namun, mereka yang terinfeksi virus harus menerima perawatan yang tepat untuk meredakan dan mengobati gejala, dan mereka yang sakit parah harus mendapatkan perawatan suportif yang dioptimalkan. Beberapa perawatan spesifik sedang diselidiki, dan akan diuji melalui uji klinis. WHO membantu mempercepat upaya penelitian dan pengembangan dengan sejumlah atau mitra.

    Atas penjelasan tersebut bahwa Hydro Oxy Mouth Freshener Spray dapat cegah dan sembuhkan Virus Covid-19 adalah tidak benar dan masuk ke dalam kategori konten yang menyesatkan.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Video Mahfud MD Joget Setelah Membubarkan FPI

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita

    Akun Facebook Siti Masruroh mengunggah sebuah video yang memperlihatkan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamananan Mahfud MD sedang berjoget di dalam sebuah ruangan. Akun Facebook Ian Oppo Sisi Sih juga turut membagikan ulang unggahan video tersebut dengan disertai klaim yang mengaitkan video itu dengan pembubaran FPI. Postingan yang diunggah pada 6 Januari 2021 ini telah ditanggapi sebanyak 47 komentar dan telah dibagikan 11 kali oleh pengguna Facebok lain.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, video tersebut telah beredar sejak tahun 2014 lalu dan tidak terkait dengan pembubaran FPI. Pada saat itu, Mahfud MD belum menjabat sebagai Menko Polhukam. Sementara itu, secara de jure FPI telah bubar sebagai ormas sejak 21 Juni 2019.

    Sebagai ormas FPI tetap melakukan aktivitas yang melanggar ketertiban dan keamanan serta bertentangan hukum maka pemerintah melalui Menko Polhukam Mahfud MD mengumumkan melarang kegiatan yang mengatasnamakan organisasi FPI. Pengumuman ini disampaikan Mahfud MD, di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Rabu (30/12/2020).

    Ditemukan video serupa pada kanal Youtube Ai Siti Hafsyiah yang berjudul “Mahfud MD Goyang I Like Dangdut” diunggah pada 20 November 2014. Video itu dibuat dalam rangka Mahfud MD mengikuti tantangan joget “I Like Dangdut” yang diadakan oleh Indosiar dan mengapresiasi program tersebut karena memiliki misi khusus untuk pendidikan Indonesia.

    Dengan demikian, klaim video Mahfud berjoget setelah pembubaran FPI adalah tidak benar karena tidak sesuai fakta dan termasuk dalam kategori konten yang salah.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Vaksin Covid-19 Merekayasa Genetik

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita

    Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim vaksin Covid-19 merekayasa genetik.

    Klaim vaksin Covid-19 merekayasa genetik, diunggah akun Facebook Mikha Maringka, pada 6 Januari 2021.

    Unggahan tersebut berupa rangkaian tangkapan layar yang berisi tulisan sebagai berikut:

    "Ada seorang sukarelawan yang telah disuntik dengan Vaksin Covid-19 mengatakan....

    Mereka telah membuat rasa hadirat Tuhan hilang dari saya..

    Jiwa saya terasa kosong dan mati

    Alasan kenapa orang ini mengatakan bahwa ia sudah tidak bisa merasakan hidarat Tuhan dan jiwanya terasa kosong dan mati....

    Karena benar kata beberapa orang doktor bahwa vaksi ini ada mRNA

    Dan mRNA pada vaksin ini akan mengubah DNA di dalam tubuh manusia

    dan menyuntik kedalam tubuh kita Sesuatu yang tidak berasal dari manusia

    dan mengubah kita dari seorang manusia menjadi bukan manusia lagi

    Seakan-akan jiwa kita sudah disingkirkan

    Banyak orang telah bersaksi dan mengatakan bahwa vaksin ini adalah tanda binatang anti-kristus 666"

    Unggahan tangkapan layar tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

    "Ternyata so ada eh teknologi rekayasa genetik for manusia cuma deng suntik vaksin.Cukupkan kebiongoan ini."

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim vaksin Covid-19 merekayasa genetik dengan menanyakan ke Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc.

    Dalam siaran langsung melalui akun Instagramnya @dirgarambe, Dirga menjawab pertanyaan Cek Fakta Liputan6.com.

    Dirga mengatakan, vaksin Covid-19 tidak bisa merekayasa genetik. Dia pun mengingatkan agar masyarakat hati-hati dengan informasi hoaks tersebut.

    "Jawabnya tidk bisa, ini hati-hati hoaks seperti ini cukup banyak," kata Dirga saat dikonfirmasi Liputan6.com.

    Dirga melanjutkan, tidak ada vaksin yang dapat merubah DNA manusia. "Vaksin apapun tidak bisa merubah DNA kita," tegasnya.

    Artikel berjudul "Coronavirus vaccines: Fake news and myths go viral" yang dimuat situs dw.com, pada 18 November 2020 menyebutkan, secara umum, tidak ada vaksin yang dapat memodifikasi DNA manusia secara genetik, menurut para ahli. Mark Lynas, seorang rekan tamu di kelompok Alliance for Science Universitas Cornell, mengatakan kepada Reuters, "Modifikasi genetik akan melibatkan penyisipan DNA asing yang disengaja ke dalam inti sel manusia, dan vaksin sama sekali tidak melakukan itu."

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim vaksin Covid-19 merekayasa genetik tidak benar.

    Pakar vaksin mengingatkan agar masyarakat hati-hati dengan informasi hoaks seputar vaksin.

    Rujukan

    • Liputan 6
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Tulisan Najwa Shihab soal Covid-19

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 07/01/2021

    Berita

    Beredar kembali di media sosial postingan beberapa klaim terkait covid-19. Terbaru postingan ini mengatasnamakan presenter Najwa Shihab.

    Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Cherry Umburuhingide Rasuh. Dia mengunggahnya di Facebook pada 3 Januari 2020.

    Berikut isi postingannya:

    *PENTING DIBACA DAN DIPAHAMI UNTUK DIKETAHUI.*‼*_NAJWA SIHAB KOMEN_**

    KITA BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN, KITA TIDAK MISKIN TAPI DIMISKINKAN OLEH SEBUAH SISTEM.

    **Rapid tes itu cek darah, sedangkan covid-19 tidak masuk ke DARAH

    **Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif bukan cek VIRUS.

    **Jika antibodi muncul /reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan tidak tahu itu Virus atau Bakteri apa langsung vonis hasilnya POSITIF.**Orang FLU kalo ikut rapid tes hasilnya pasti POSITIF karena antibodinya reaktif muncul.

    **Jadi hasil rapid tes POSITIF belum tentu kena CORONA Itu hanya menunjukkan ANTIBODINYA reaktif/muncul.

    **PCR tes pun hanya menunjukkan/mengindikasi keberadaan adanya VIRUS tapi gak bisa mejunjukan itu virus apa dan juga gak bisa Membedakan antara virus hidup dan virus mati akibat sudah di bunuh sama antibodi kita.

    **Tes PCR akan memberikan petunjuk hasil positif jika ada virus tapi tidak bisa nengidentifijasi virus jenis apa dan virus hidup atau virus mati.**Selama ini tidak ada yang meninggal disebabkan murni karena Virus Corona.

    **Kalau penyebabnya dikarena terlalu banyak bermacam² virus yang ada didalam tubuh sehingga antibodi kalah dan tidak mampu mengalahkan virus yang terlalu banyak dan bermacam² itu adalah benar.

    **Jika ada ribuan yang meninggal itu menunjukkan sebelum adanya covid-19 banyak ribuan orang sudah terjangkit virus lain.

    **Sehingga ketika kena covid kondisi tubuh semakin parah antibodi yang ada didalam tubuh tidak sanggup melawan dan mengatasi lagi.

    **Jadi kemungkinan yang kata media bertambah banyak yang kena corona / covid 19, diliat dari hasil rapid tes itu belum tentu kena covid-19, Sekali lagi rapid tes cuma mendeteksi antibodi seseorang muncul / reaktif apa tidak, Sedangkan orang flu aja antibodinya pasti muncul /reaktif jika dikakukan rapid tes dengan hasilnya pasti akan positif.

    **Jadi waspada boleh, Takut juga boleh, Tapi tidak perlu berlebihan sampai ketakutan akut / depresi, Sebab itu akan mempengaruhi imun kita menurun dratis / drop.

    **Semisal contoh kasus pertama beberapa hari yang lalu ada orang waktu malam tubuhnya panas, deman, batuk², muntah², sesak nafas dan besoknya meninggal Ternyata orang ini kena typus.

    **Contoh kasus kedua, seseorang panik ketakutan kena corona otomatis jantungnya berdebar kencang mengakibatkan sesak nafas dan besok meninggal.

    **Contoh kasus ketiga seseorang dengan aktifitas tinggi bekerja terlalu keras lupa istirahat badannya kelelahan jadi lemah, sress dari tes medis meninggalnya bukan karena virus corona tapi karena masuk virus lainya disebabkan imun turun karena kelelahan dan stress berat.

    **Semoga kita semua semakin paham tentang Covid-19 ini. Dan mindset / pola pikirnya berubah menjadi tenang dan selalu positif menghadapi segala situasi dan kondisi yang tidak menentu saat ini.*

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi akun resmi Najwa Shihab di Instagram, @najwashihab yang sudah bercentang biru atau terverifikasi. Di sana terdapat bantahan terkait postingan soal covid-19 tersebut.

    "Beredar info di WAG yang mengatasnamakan saya. Itu tidak benar, saya tidak pernah membuat tulisan ini," ujar Najwa dalam Instagram stories yang diunggah 6 Januari 2021.

    Terkait isinya, postingan serupa pernah ditulis Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Viral Postingan Berisi Klaim terkait Covid-19, Simak Fakta Sesungguhnya" yang tayang 29 Desember 2020.

    Di sana terdapat penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD. Dia membantah semua klaim dalam postingan tersebut.

    "Tidak benar kalau covid-19 tidak masuk ke darah. Beberapa bukti jurnal sudah dipublikasikan kalau covid-19 masuk ke darah kita," ujar dr Adaninggar, Selasa (29/12/2020).

    Terkait rapid test antibodi reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan dianggap positif juga merupakan misinformasi.

    "Rapid test antibodi memang memeriksa antibodi yang terbentuk di dalam tubuh manusia sebagai wujud respons tubuh terhadap infeksi. Antibodi yang terbentuk bersifat sangat spesifik tergantung infeksi kuman yang menyerang."

    "Alat rapid test yang dibuat juga bersifat spesifik artinya hanya bisa mengikat antibodi yang spesifik terhadap SARS CoV2. Hasil reaktif palsu memang bisa terjadi pada infeksi virus yang strukturnya mirip dengan SARS CoV2 jadi antibodinya bisa salah mengenali. Tapi kejadian ini sangat jarang tergantung akurasi alat juga," ujar dr Ning menjelaskan.

    "Hasil reaktif antibodi tidak pernah dianggap positif. Ini adalah suatu misinterpretasi di masyarakat akibat kurang pengetahuan yang akhirnya mengakibatkan stigma."

    Untuk klaim yang menyebut orang flu kalau dirapid test akan positif, dr Adaninggar menjelaskan hal itu tidak selalu.

    Ia menyebut virus yang bisa menyebabkan hasil reaktif palsu pada pemeriksaan antibodi covid adalah infeksi oleh virus corona jenis lain dan virus dengue. Sehingga jika flunya disebabkan coronavirus jenis lain maka terdeteksi.

    Sedangkan jika penyebab flu adalah virus influenza atau bakteri maka tidak akan bereaksi silang dengan antibodi covid karena struktur virus dan bakteri sangat berbeda.

    Ia juga membantah klaim yang menyebut PCR hanya bisa mendeteksi ada tidaknya virus tapi tidak bisa membedakan virus apa.

    "PCR betul bisa mendeteksi materi genetik virus tapi tidak bisa melihat apakah virus masih aktif atau tidak. Namun PCR didesain dengan sangat spesifik. Pemeriksaannya menggunakan reagen cetakan primer gen dari virus/bakteri yang akan diperiksa."

    "Jadi bila akan memeriksa virus SARS CoV2 ya yang digunakan adalah cetakan gen SARS CoV, demikian juga kalau mau memeriksa TBC/virus yang lain, digunakan cetakan gen masing-masing. Jadi sangat spesifik. Bila hasil positif, ya 99-100 persen memang didapatkan gen SARS CoV2 sesuai primer gen yang dipakai," ujarnya.

    Terkait klaim yang menyebut tidak ada yang meninggal dunia murni karena covid-19 adalah tidak benar. Dalam penelitian otopsi di luar negeri banyak bukti bahwa seseorang meninggal dunia murni karena covid-19, hal ini bisa dilihat pada tanda-tanda khas yang tidak ditemukan pada infeksi lain.

    Dalam data statistik di www.covid-19.go.id juga menunjukkan tidak 100 persen pasien meninggal dunia dengan penyakit penyerta. Berikut link untuk melihat statistik lengkapnya...

    Terkait media yang menambah data positif setelah melihat rapid tes antibodi reaktif juga tidak benar. Pasalnya yang dikelompokkan sebagai kasus konfirmasi adalah kasus yang dikonfirmasi dari hasil swab PCR bukan dari hasil rapid test antibodi.

    Kesimpulan

    Postingan soal covid-19 yang mengatasnamakan Najwa Shihab adalah hoaks. Isi dalam postingan tersebut juga tidak benar.

    Rujukan

    • Liputan 6
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini