Suara.com - Aksi damai yang berujung ricuh kembali terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua pada Senin (23/9/2019) lalu. Sejumlah kantor pemerintahan, fasilitas umum dan rumah warga dibakar.
Tercatat puluhan orang menjadi korban dalam kerusuhan tersebut. Tak hanya penduduk asli, masyarakat dari luar Papua pun turut menjadi korban.
Bahkan tak sedikit masyarakat dari luar kota tersebut sementara waktu diungsikan untuk kemudian dipulangkan ke kampung halamannya.
Ketika berada di pengungsian, para pengungsi pun menceritakan peristiwa mengerikan yang dialami.
Nani Susongki, asal Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur merupakan satu dari sekian warga yang memilih mengungsi.
Wanita paruh baya yang sudah 17 tahun merantau ke Wamena itu, mengaku selamat dari aksi beberapa pekan lalu karena pertolongan seorang masyarakat asli setempat yang biasa disapa Mama Manu.
Letak rumah Mama Manu di Kota Wamena, tepat berada di belakang rumah Nani.
Kisah Mengerikan Perantau di Wamena yang Diselamatkan Penduduk Setempat
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 23/10/2019
Berita
Hasil Cek Fakta
“Kalau kami sembunyi di Honai (rumah) Mama Manu. Kami disembunyikan di situ,” kata Nani Susongki di Aula Lanud Jayapura yang dijadikan lokasi pengungsian sementara.
Ia menceritakan, sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30, anak perempuannya yang bekerja di salah satu toko gadget, menelponnya. Mengingatkan agar Nani tidak keluar rumah.
Tak berapa lama, informasi menyebar jika daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di dalam Kota Wamena mulai bergejolak.
Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah. Menuju ke bagian belakang rumah. Dalam perjalanan, ia bertemu tiga orang yang memegang senjata tajam.
“Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain,” ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.
Saat Nani, keluarganya dan beberapa warga lain bersembunyi, sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.
Mama Manu meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.
“Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi,” ucapnya.
Nani menyatakan tidak pernah menyangka Mama Manu nekad berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam untuk mempertahankan warga yang berlindung dalam rumahnya.
“Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita,” katanya.
Setelah bersembunyi hampir satu jam, Nani Susongki dan beberapa warga yang berlindung di rumah Mama Manu dievakuasi polisi ke Polres Jawijaya. Setelah tiga hari di Polres, Nani bersama keluarganya memilih mengungsi ke Jayapura, dan berencana kembali ke kampung halaman.
“Mobilnya dan rumah kami tidak dibakar, akan tetapi hancur. Kami juga berterimakasih kepada AU RI di Jayapura yang telah menampung kami dan memenuhi kebutuhan kami selama di sini,” ucapnya.
Pengungsi lainnya, Abdullah Sihanudin (40) yang sejak 2014 lalu merantau ke Wamena, sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek dan agen tiket pesawat mengatakan, saat demonstrasi pecah, istrinya terlebih dahulu telah menyelamatkan diri bersama warga lain.
Ketika Abdullah bersama anak perempuannya yang masih balita akan menyelamatkan diri, ada yang bertanya kepadanya akan bersembunyi di mana. Ia pun menjawab mau bersembunyi sementara waktu di Honai, hingga ada polisi yang menolongnya.
Abdullah bersembunyi di rumah salah satu warga asli setempat yang biasa disapa Mama Lani.
“Seorang ibu di belakang rumah saya yang menyelamatkan saya. Anak saya langsung dirangkaul dan Mama Lani berteriak jangan dibunuh, pak de ini yang setiap hari membantu saya,” kata Abdullah.
Ketika demonstrasi berujung rusuh pecah di Wamena, sejumlah bangunan dibakar, termasuk kios milik istri Abdullah.
“Ketika itu sudah ada 10 orang yang pesan tiket pesawat, tapi karena kejadian itu akhirnya tiket semua hangus. Hingga kini uang orang yang sudah pesan tiket saya belum bisa ganti. Totalnya Rp 3,5 juta,” ucapnya.
Seperti Nani Susongki, Abullah juga berencana kembali ke kampung halamannya di Probolinggo. Ia merasa khawatir karena hingga kini sebagian besar warga Wamena mengungsi.
“Sudah tiga hari kami di Jayapura. Di Jayapura saya tidak punya keluarga. Saya ingin pulang secepatnya ke kampung halaman,” ujarnya.
Ia menceritakan, sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30, anak perempuannya yang bekerja di salah satu toko gadget, menelponnya. Mengingatkan agar Nani tidak keluar rumah.
Tak berapa lama, informasi menyebar jika daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di dalam Kota Wamena mulai bergejolak.
Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah. Menuju ke bagian belakang rumah. Dalam perjalanan, ia bertemu tiga orang yang memegang senjata tajam.
“Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain,” ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.
Saat Nani, keluarganya dan beberapa warga lain bersembunyi, sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.
Mama Manu meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.
“Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi,” ucapnya.
Nani menyatakan tidak pernah menyangka Mama Manu nekad berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam untuk mempertahankan warga yang berlindung dalam rumahnya.
“Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita,” katanya.
Setelah bersembunyi hampir satu jam, Nani Susongki dan beberapa warga yang berlindung di rumah Mama Manu dievakuasi polisi ke Polres Jawijaya. Setelah tiga hari di Polres, Nani bersama keluarganya memilih mengungsi ke Jayapura, dan berencana kembali ke kampung halaman.
“Mobilnya dan rumah kami tidak dibakar, akan tetapi hancur. Kami juga berterimakasih kepada AU RI di Jayapura yang telah menampung kami dan memenuhi kebutuhan kami selama di sini,” ucapnya.
Pengungsi lainnya, Abdullah Sihanudin (40) yang sejak 2014 lalu merantau ke Wamena, sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek dan agen tiket pesawat mengatakan, saat demonstrasi pecah, istrinya terlebih dahulu telah menyelamatkan diri bersama warga lain.
Ketika Abdullah bersama anak perempuannya yang masih balita akan menyelamatkan diri, ada yang bertanya kepadanya akan bersembunyi di mana. Ia pun menjawab mau bersembunyi sementara waktu di Honai, hingga ada polisi yang menolongnya.
Abdullah bersembunyi di rumah salah satu warga asli setempat yang biasa disapa Mama Lani.
“Seorang ibu di belakang rumah saya yang menyelamatkan saya. Anak saya langsung dirangkaul dan Mama Lani berteriak jangan dibunuh, pak de ini yang setiap hari membantu saya,” kata Abdullah.
Ketika demonstrasi berujung rusuh pecah di Wamena, sejumlah bangunan dibakar, termasuk kios milik istri Abdullah.
“Ketika itu sudah ada 10 orang yang pesan tiket pesawat, tapi karena kejadian itu akhirnya tiket semua hangus. Hingga kini uang orang yang sudah pesan tiket saya belum bisa ganti. Totalnya Rp 3,5 juta,” ucapnya.
Seperti Nani Susongki, Abullah juga berencana kembali ke kampung halamannya di Probolinggo. Ia merasa khawatir karena hingga kini sebagian besar warga Wamena mengungsi.
“Sudah tiga hari kami di Jayapura. Di Jayapura saya tidak punya keluarga. Saya ingin pulang secepatnya ke kampung halaman,” ujarnya.
Rujukan
BNPB: 99 Persen Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Adalah Manusia
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 23/10/2019
Berita
Merdeka.com - Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, pihaknya siap mempekerjakan masyarakat yang melakukan pembakaran hutan dan lahan (Karhutla). Pasalnya Karhutla yang terjadi di sejumlah wilayah diduga dilakukan manusia.
Hasil Cek Fakta
"Kami BNPB mengatakan kalau ada masyarakat yang dibayar untuk membakar ladang, kami siap menampung mereka, kami pekerjakan sebagai bagian dari satgas pemadaman api. Kita bayar, lebih baik kita membayar rakyat, dari pada rakyat dibayar orang lain untuk membakar," katanya di Kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (14/9).
"Saya bilang tadi, 99 persen penyebab kebakaran adalah manusia," sambungnya.
Menurutnya, tak menutup kemungkinan kebakaran ini akan terjadi tiap tahun. Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat lebih aktif untuk mencegah kebakaran.
"Masalah kebakaran hutan dan lahan bukan tanggung jawab pemerintah semata, tapi seluruh bangsa kita, harus timbul memahami dan ikut bertanggung jawab. Tahun depan bisa ada lagi," tutupnya. [fik]
Rujukan
Vlog Jokowi-Jan Ethes Dianggap Tak Peka Karhutla, Istana Angkat Bicara
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 23/10/2019
Berita
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memosting momen bersama cucunya Jan Ethes pada Sabtu pekan lalu, di tengah persoalan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang masih belum bisa diselesaikan. Akibat postingan itu, Jokowi dianggap oleh sejumlah netizen tidak simpatik terhadap fenomena kabut asap di Indonesia.
Postingan ini diunggah Jokowi lewat akun Twitter-nya. Jokowi mengajak Ethes berkeliling Istana Kepresidenan Bogor.
"Jalan-jalan pagi di sekitar Istana Bogor bersama Jan Ethes, melihat kuda, kambing, dan rusa merumput di pelataran. Ngomong-ngomong, Jan Ethes paling suka binatang apa?," kata Jokowi yang di-upload di akun YouTube-nya, Sabtu (21/9/2019)
Namun reaksi dari warganet justru menyoroti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Jokowi juga dianggap tidak peka terhadap situasi tersebut.
Postingan ini diunggah Jokowi lewat akun Twitter-nya. Jokowi mengajak Ethes berkeliling Istana Kepresidenan Bogor.
"Jalan-jalan pagi di sekitar Istana Bogor bersama Jan Ethes, melihat kuda, kambing, dan rusa merumput di pelataran. Ngomong-ngomong, Jan Ethes paling suka binatang apa?," kata Jokowi yang di-upload di akun YouTube-nya, Sabtu (21/9/2019)
Namun reaksi dari warganet justru menyoroti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Jokowi juga dianggap tidak peka terhadap situasi tersebut.
Hasil Cek Fakta
Saat dimintai konfirmasi detikcom, Stafsus Presiden Adita Irawati mengatakan Jokowi berkomitmen mengatasi karhutla. Ini dibuktikan dengan kunjungan Jokowi ke Riau pekan lalu.
"Kalau komitmen, beliau sangat komitmen untuk hal ini. Yang perlu diingat, soal karhutla banyak di pemda dan Presiden menekankan daerah lebih bisa komit ambil peran, dan dibantu pemerintah pusat," kata Adita lewat sambungan telepon.
Terkait reaksi negatif dari warganet, Adita memakluminya. Namun ia menepis Jokowi tidak peka terhadap kabut asap.
"Itu pandangan dari masyarakat ya bebas mereka menyampaikan pendapat itu. Tapi kalau disampaikan tidak peka menurut saya, Presiden sangat-sangat memberikan perhatian dan hampir setiap hari selalu memantau perkembangan," tuturnya.
(dkp/fjp)
"Kalau komitmen, beliau sangat komitmen untuk hal ini. Yang perlu diingat, soal karhutla banyak di pemda dan Presiden menekankan daerah lebih bisa komit ambil peran, dan dibantu pemerintah pusat," kata Adita lewat sambungan telepon.
Terkait reaksi negatif dari warganet, Adita memakluminya. Namun ia menepis Jokowi tidak peka terhadap kabut asap.
"Itu pandangan dari masyarakat ya bebas mereka menyampaikan pendapat itu. Tapi kalau disampaikan tidak peka menurut saya, Presiden sangat-sangat memberikan perhatian dan hampir setiap hari selalu memantau perkembangan," tuturnya.
(dkp/fjp)
Rujukan
Tinjau Kebakaran Hutan, Jokowi Salat Minta Hujan hingga Berikan Peringatan
Sumber:Tanggal publish: 23/10/2019
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan kunjungan kerja ke lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019).
Sebelum meninjau langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan, Jokowi ikut melaksanakan salat minta hujan atau Istisqa di Masjid Amrulloh, Kompleks TNI AU, Lanud RSN, Pekanbaru, Riau.
Sebelum meninjau langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan, Jokowi ikut melaksanakan salat minta hujan atau Istisqa di Masjid Amrulloh, Kompleks TNI AU, Lanud RSN, Pekanbaru, Riau.
Hasil Cek Fakta
Pelaksanaan salat tersebut menjadi salah satu upaya menanggulangi karhutla. Diharapkan hujan yang mengguyur mampu meredam api.
Tak sendiri, turut serta bersama rombongan Jokowi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Agus Gumiwang, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, dan Gubernur Riau Syamsuar.
Tak hanya meninjau langsung lokasi karhutla, Jokowi juga melihat kesiapan operasional pesawat penyemai. Pesawat itu hari ini akan membuat hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran.
Rapat tertutup juga digelar bersama sejumlah menteri, kepala daerah, Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajaran di Riau.
Berikut kegiatan dan pernyataan-pernyataan Jokowi saat meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan di Riau dihimpun Liputan6.com:
HomeNewsPeristiwa
Tinjau Kebakaran Hutan, Jokowi Salat Minta Hujan hingga Berikan Peringatan
Devira PrastiwiDevira Prastiwi
17 Sep 2019, 20:08 WIB
18
Tanpa Masker, Jokowi Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Tanpa mengenakan masker, Jokowi turun langsung ke lahan gambut yang sudah habis terbakar. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan kunjungan kerja ke lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019).
Sebelum meninjau langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan, Jokowi ikut melaksanakan salat minta hujan atau Istisqa di Masjid Amrulloh, Kompleks TNI AU, Lanud RSN, Pekanbaru, Riau.
BACA JUGA
Zainudin Amali Jadi Menpora di Kabinet Jokowi, Ini Komentar Exco PSSI
Pelaksanaan salat tersebut menjadi salah satu upaya menanggulangi karhutla. Diharapkan hujan yang mengguyur mampu meredam api.
Tak sendiri, turut serta bersama rombongan Jokowi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Agus Gumiwang, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, dan Gubernur Riau Syamsuar.
Tak hanya meninjau langsung lokasi karhutla, Jokowi juga melihat kesiapan operasional pesawat penyemai. Pesawat itu hari ini akan membuat hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran.
Rapat tertutup juga digelar bersama sejumlah menteri, kepala daerah, Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajaran di Riau.
Berikut kegiatan dan pernyataan-pernyataan Jokowi saat meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan di Riau dihimpun Liputan6.com:
Lakukan Salat Minta Hujan
Presiden Jokowi menggelar salat meminta hujan saat kunjungan kerja di Riau.
Presiden Jokowi dijadwalkan meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau pada Selasa (17/9/2019). Sebelum meninjau lokasi karhutla, Jokowi terlebih dahulu akan menjalankan salat Istisqa atau salat memohon hujan.
Salat Istisqa dilakukan di Masjid Amrullah, komplek militer Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Kota Pekanbaru, Riau.
Ada dua lokasi yang dikunjungi mantan Wali Kota Solo tersebut, yakni lokasi kebakaran di Desa Merbau, Bunut, Kabupaten Pelalawan dan Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar.
"Presiden akan melakukan peninjauan di lapangan untuk mengetahui secara pasti apa penyebab kebakaran itu, apa yang sudah dilakukan, hambatan apa yang ada di lapangan," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto seperti dilansir dari Antara.
Menurut Wiranto, hal itu dilakukan untuk memutuskan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah karhutla lebih besar dan luas lagi.
Wiranto menjelaskan, dalam rapat terbatas Jokowi mengatakan pencegahan karhutla lebih penting dibanding memadamkannya.
Jokowi menyebut, biaya yang harus dikeluarkan untuk memadamkan karhutla lebih besar ketimbang upaya pencegahan. Pemerintah akan menitikberatkan untuk mengaktifkan aparat dan perangkat di daerah untuk mencegah karhutla.
Sebut Upaya Pemadaman Terus Dilakukan
anpa Masker, Jokowi Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sedang berlangsung di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Tanpa mengenakan masker, Jokowi turun langsung ke lahan gambut yang sudah habis terbakar. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)
Jokowi memastikan bahwa pemerintah mengerahkan segala upaya untuk menangani kebakaran karhutla di Riau.
"Segala usaha sudah dilakukan. Yang di darat (pemadaman) sudah semuanya, tambahan pasukan kemarin sudah saya perintahkan juga. Kemarin datang, totalnya 5.600 (pasukan)," kata Jokowi di Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin Kota Pekanbaru.
Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya pemadaman dengan mengerahkan bom air (water bombing) yang diterbangkan melalui pesawat. Setidaknya, sebanyak 52 pesawat dikerahkan untuk melakukan pemadaman tersebut.
Sebelum menuju lokasi karhutla, mantan Gubernur DKI Jakarta itu terlebih dahulu meninjau kesiapan operasional pesawat penyemai. Pesawat itu hari ini akan membuat hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran.
"Ini mau berangkat (pesawat penyemai) hujan buatan. Hari Jumat lalu juga sudah kita perintahkan, sudah diterbangkan, dan alhamdulillah saat itu di Indragiri Hilir juga hujan turun. Sekarang kita lakukan lagi menabur garam," ujar Jokowi dikutip dari keterangan resmi Biro Pers Sekretariat Presiden.
"Karena awannya ada kita berdoa semoga nanti juga jadi hujan, insyaallah di hari ini," imbuh dia.
Pemerintah melakukan upaya maksimal telah dilakukan untuk memadamkan api yang terlanjur membesar dan meluas.
Namun, dia kembali menegaskan bahwa langkah terbaik ialah dengan melakukan pencegahan agar titik api tidak semakin membesar.
"Segala upaya kita lakukan. Tetapi memang yang paling benar itu adalah pencegahan sebelum kejadian. Ini api satu (terdeteksi) langsung padamkan, satu padam. Itu yang benar," tuturnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta seluruh pihak tidak melakukan pembakaran lahan gambut maupun hutan yang dapat menyebabkan bencana kebakaran hutan dan lahan semakin meluas. Terkait hal itu, Jokowi telah menginstruksikan jajarannya untuk menindak tegas para pelaku pembakaran baik dari kalangan korporasi maupun individu.
"Upaya hukum sudah kita lakukan. Baik yang perorangan baik korporasi semuanya sudah ada tindakan tegas ke sana," jelas Jokowi.
Amarah Jokowi
Tanpa Masker, Jokowi Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Jokowi menegaskan pentingnya menjaga komitmen agar karhutla tak terjadi lagi. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar rapat tertutup penanganan kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Novotel, Jalan Riau, Pekanbaru.
Rapat kabut asap pada Senin malam, 16 September 2019 diikuti sejumlah menteri, kepala daerah, Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajaran di Riau.
Dalam rapat ini, Jokowi tidak ingin laporan panjang, baik itu dari Gubernur Riau Syamsuar ataupun peserta rapat lainnya. Menurut Jokowi, seharusnya rapat seperti ini tidak perlu jika pencegahan Karhutla berjalan baik.
"Laporan singkat saja karena tahu setiap tahun, seharusnya tidak perlu yang namanya rapat ini. Otomatis menjelang, yang namanya menjelang musim kemarau, semuanya sudah siap. Tapi ini lalai lagi sehingga asapnya menjadi membesar," tegas Jokowi dalam pembukaan rapat itu.
Mengawali rapat, Jokowi mengingat rapat pada 15 Juli 2019 yang dihadiri kepala daerah, Pangdam, Danrem, Kapolda hingga Kapolres. Kala itu, Jokowi membahas pencegahan Karhutla mutlak harus dilakukan.
"Karena kalau sudah terjadi kebakaran, apalagi di lahan gambut, bertahun-tahun sudah mengalami, sangat sulit menyelesaikan," sebut Jokowi.
Jokowi menerangkan, gubernur punya perangkat sampai ke bawah. Begitu juga dengan bupati dan wali kota, Pangdam, Danrem, Dandi
Tak sendiri, turut serta bersama rombongan Jokowi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Agus Gumiwang, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, dan Gubernur Riau Syamsuar.
Tak hanya meninjau langsung lokasi karhutla, Jokowi juga melihat kesiapan operasional pesawat penyemai. Pesawat itu hari ini akan membuat hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran.
Rapat tertutup juga digelar bersama sejumlah menteri, kepala daerah, Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajaran di Riau.
Berikut kegiatan dan pernyataan-pernyataan Jokowi saat meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan di Riau dihimpun Liputan6.com:
HomeNewsPeristiwa
Tinjau Kebakaran Hutan, Jokowi Salat Minta Hujan hingga Berikan Peringatan
Devira PrastiwiDevira Prastiwi
17 Sep 2019, 20:08 WIB
18
Tanpa Masker, Jokowi Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Tanpa mengenakan masker, Jokowi turun langsung ke lahan gambut yang sudah habis terbakar. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)
Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan kunjungan kerja ke lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019).
Sebelum meninjau langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan, Jokowi ikut melaksanakan salat minta hujan atau Istisqa di Masjid Amrulloh, Kompleks TNI AU, Lanud RSN, Pekanbaru, Riau.
BACA JUGA
Zainudin Amali Jadi Menpora di Kabinet Jokowi, Ini Komentar Exco PSSI
Pelaksanaan salat tersebut menjadi salah satu upaya menanggulangi karhutla. Diharapkan hujan yang mengguyur mampu meredam api.
Tak sendiri, turut serta bersama rombongan Jokowi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Agus Gumiwang, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, dan Gubernur Riau Syamsuar.
Tak hanya meninjau langsung lokasi karhutla, Jokowi juga melihat kesiapan operasional pesawat penyemai. Pesawat itu hari ini akan membuat hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran.
Rapat tertutup juga digelar bersama sejumlah menteri, kepala daerah, Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajaran di Riau.
Berikut kegiatan dan pernyataan-pernyataan Jokowi saat meninjau langsung kebakaran hutan dan lahan di Riau dihimpun Liputan6.com:
Lakukan Salat Minta Hujan
Presiden Jokowi menggelar salat meminta hujan saat kunjungan kerja di Riau.
Presiden Jokowi dijadwalkan meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau pada Selasa (17/9/2019). Sebelum meninjau lokasi karhutla, Jokowi terlebih dahulu akan menjalankan salat Istisqa atau salat memohon hujan.
Salat Istisqa dilakukan di Masjid Amrullah, komplek militer Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Kota Pekanbaru, Riau.
Ada dua lokasi yang dikunjungi mantan Wali Kota Solo tersebut, yakni lokasi kebakaran di Desa Merbau, Bunut, Kabupaten Pelalawan dan Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar.
"Presiden akan melakukan peninjauan di lapangan untuk mengetahui secara pasti apa penyebab kebakaran itu, apa yang sudah dilakukan, hambatan apa yang ada di lapangan," kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto seperti dilansir dari Antara.
Menurut Wiranto, hal itu dilakukan untuk memutuskan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah karhutla lebih besar dan luas lagi.
Wiranto menjelaskan, dalam rapat terbatas Jokowi mengatakan pencegahan karhutla lebih penting dibanding memadamkannya.
Jokowi menyebut, biaya yang harus dikeluarkan untuk memadamkan karhutla lebih besar ketimbang upaya pencegahan. Pemerintah akan menitikberatkan untuk mengaktifkan aparat dan perangkat di daerah untuk mencegah karhutla.
Sebut Upaya Pemadaman Terus Dilakukan
anpa Masker, Jokowi Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sedang berlangsung di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Tanpa mengenakan masker, Jokowi turun langsung ke lahan gambut yang sudah habis terbakar. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)
Jokowi memastikan bahwa pemerintah mengerahkan segala upaya untuk menangani kebakaran karhutla di Riau.
"Segala usaha sudah dilakukan. Yang di darat (pemadaman) sudah semuanya, tambahan pasukan kemarin sudah saya perintahkan juga. Kemarin datang, totalnya 5.600 (pasukan)," kata Jokowi di Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin Kota Pekanbaru.
Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya pemadaman dengan mengerahkan bom air (water bombing) yang diterbangkan melalui pesawat. Setidaknya, sebanyak 52 pesawat dikerahkan untuk melakukan pemadaman tersebut.
Sebelum menuju lokasi karhutla, mantan Gubernur DKI Jakarta itu terlebih dahulu meninjau kesiapan operasional pesawat penyemai. Pesawat itu hari ini akan membuat hujan buatan di sekitar lokasi kebakaran.
"Ini mau berangkat (pesawat penyemai) hujan buatan. Hari Jumat lalu juga sudah kita perintahkan, sudah diterbangkan, dan alhamdulillah saat itu di Indragiri Hilir juga hujan turun. Sekarang kita lakukan lagi menabur garam," ujar Jokowi dikutip dari keterangan resmi Biro Pers Sekretariat Presiden.
"Karena awannya ada kita berdoa semoga nanti juga jadi hujan, insyaallah di hari ini," imbuh dia.
Pemerintah melakukan upaya maksimal telah dilakukan untuk memadamkan api yang terlanjur membesar dan meluas.
Namun, dia kembali menegaskan bahwa langkah terbaik ialah dengan melakukan pencegahan agar titik api tidak semakin membesar.
"Segala upaya kita lakukan. Tetapi memang yang paling benar itu adalah pencegahan sebelum kejadian. Ini api satu (terdeteksi) langsung padamkan, satu padam. Itu yang benar," tuturnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta seluruh pihak tidak melakukan pembakaran lahan gambut maupun hutan yang dapat menyebabkan bencana kebakaran hutan dan lahan semakin meluas. Terkait hal itu, Jokowi telah menginstruksikan jajarannya untuk menindak tegas para pelaku pembakaran baik dari kalangan korporasi maupun individu.
"Upaya hukum sudah kita lakukan. Baik yang perorangan baik korporasi semuanya sudah ada tindakan tegas ke sana," jelas Jokowi.
Amarah Jokowi
Tanpa Masker, Jokowi Tinjau Lokasi Kebakaran Hutan di Pekanbaru
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Jokowi menegaskan pentingnya menjaga komitmen agar karhutla tak terjadi lagi. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar rapat tertutup penanganan kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Novotel, Jalan Riau, Pekanbaru.
Rapat kabut asap pada Senin malam, 16 September 2019 diikuti sejumlah menteri, kepala daerah, Panglima TNI, dan Kapolri beserta jajaran di Riau.
Dalam rapat ini, Jokowi tidak ingin laporan panjang, baik itu dari Gubernur Riau Syamsuar ataupun peserta rapat lainnya. Menurut Jokowi, seharusnya rapat seperti ini tidak perlu jika pencegahan Karhutla berjalan baik.
"Laporan singkat saja karena tahu setiap tahun, seharusnya tidak perlu yang namanya rapat ini. Otomatis menjelang, yang namanya menjelang musim kemarau, semuanya sudah siap. Tapi ini lalai lagi sehingga asapnya menjadi membesar," tegas Jokowi dalam pembukaan rapat itu.
Mengawali rapat, Jokowi mengingat rapat pada 15 Juli 2019 yang dihadiri kepala daerah, Pangdam, Danrem, Kapolda hingga Kapolres. Kala itu, Jokowi membahas pencegahan Karhutla mutlak harus dilakukan.
"Karena kalau sudah terjadi kebakaran, apalagi di lahan gambut, bertahun-tahun sudah mengalami, sangat sulit menyelesaikan," sebut Jokowi.
Jokowi menerangkan, gubernur punya perangkat sampai ke bawah. Begitu juga dengan bupati dan wali kota, Pangdam, Danrem, Dandi
Rujukan
Halaman: 5889/6678