• [HOAX] “Alasan Presiden Jokowi Tak Mau Kasus Reklamasi Diusut, karena Dimungkinkan Uangnya untuk Dana Mantu Anaknya”

    Sumber: www.twitter.com
    Tanggal publish: 21/11/2017

    Berita

    “Ternyata ini alasan dibalik kenapa Jokowi nggak mau kasus reklamasi diusut, Mungkin uangnya untuk dana mantu anaknya.”.

    Hasil Cek Fakta

    Pernyataan akun twitter @ASU_1945 yang mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak mau mengusut kasus reklamasi, tidak berdasarkan data dan fakta yang jelas.
    Juru Bicara Presiden Jokowi, Johan Budi mengatakan bahwasannya Presiden mendukung penuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memproses secara hukum dugaan korupsi pada rancangan peraturan daerah (raperda) terkait reklamasi Teluk Jakarta.
    “Soal reklamasi, Presiden menyerahkan sepenuhnya ke KPK. Silakan saja diproses secara hukum, domain di KPK,” kata Johan Budi, Senin (18/4/2016).
    Pernyataan Johan Budi tersebut dibuktikan Presiden Jokowi dengan mengundang KPK dalam rapat terbatas tentang Reklamasi Jakarta atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), di Kantor Presiden, Jakarta. Namun, Presiden Jokowi meminta agar tindakan mengundang KPK, penilaiannya jangan dipersempit dengan menganggap hanya akan membahas dugaan kasus korupsi reklamasi.
    “Jadi jangan dipersempit yang berkaitan dengan reklamasi Jakarta dan pada sore hari ini kita tidak berbicara masalah hukum yang berkaitan dengan reklamasi, meskipun di sini kita undang KPK,”, Rabu (27/4/2016).
    Dalam kasus korupsi terkait reklamasi, KPK sudah menetapkan tiga tersangka yaitu Ketua Komisi D DPRD DKI Mohamad Sanusi, karyawan PT Agung Podomoro Land Triananda Prihantoro, serta Presdir PT Agung Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja.
    Sedangkan untuk dana menikahkan putrinya, Kahiyang Ayu dengan Bobby Afif Nasution, Presiden Jokowi berusaha untuk ngirit. Caranya dengan memanfaatkan apa yang sudah dipunya. “Ngirit. Digelar di gedung sendiri, dikateringin sendiri,” kata Jokowi, Senin (30/1/2017).
    Terakhir, Muhammad Fauzi, owner dari Fokus Wedding Planner yang menangani acara ngunduh mantu mengatakan telah melakukan presentasi kepada keluarga Bobby Nasution. Kisaran dananya diakui hanya puluhan juta.
    “Rp 30 juta, segitu aja,” kata Fauzi, Minggu (19/11/2017).
    Catatan:
    Tudingan akun twitter @ASU_1945 bahwa Presiden Jokowi enggan mengusut kasus reklamasi dan dimungkinkan uang dari kasus reklamasi digunakan untuk dana mantu anaknya, tidak terbukti atau hoax dan mengandung fitnah serta hasut.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAX] TRAGIS! 5 Biksu Tewas Diserang Buaya Saat Mengejar dan Menembaki Pengungsi Rohingya

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 21/09/2017

    Berita

    TENTARA ALLAH MENEWASKAN PENJAHAT KAFIR

    TRAGIS! 5 Biksu Tewas Diserang Buaya Saat Mengejar dan Menembaki Pengungsi Rohingya[...]

    Hasil Cek Fakta

    Pertama, https://goo.gl/FMWuuM, salahsatu situs yang memuat foto (PERINGATAN: GAMBAR TIDAK DISENSOR).
    Kedua, foto yang digunakan adalah foto mayat yang dibuang di Sungai Ezu di Negara Bagian Anambra, Nigeria.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] “Festival Durian 2017 di Klaten, Jawa Tengah”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 21/11/2017

    Berita

    “50 RIBU MAKAN DURIAN SEPUASNYA (hanya on the spot di lokasi festival)
    TAK PERLU KHAWATIR KEHABISAN
    STOK DURIAN MELIMPAH RUAH
    PENGUNJUNG YANG TAK BISA MEMBELAH DURIAH SIAP SIAGA PETUGAS STAND
    #visitklaten #ayomakanduren”.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar iklan dan pesan singkat yang menyebutkan jika akan ada pesta durian di Pasar Kembang, Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 31 november 2017. Jika dilihat lebih teliti, postingan yang menyebutkan tanggal 31 november sangatlah tidak masuk akal. Pasalnya bulan november 2017 akan habis hingga tanggal 30 saja. Dari tanggal saja bisa diketahui jika si pembuat hoax hanya ingin mengecoh masyarakat setempat.
    Melansir dari timlo.net dan sieradmu.com , diketahui jika iklan dan pesan singkat yang beredar tidaklah benar adanya. Hal tersebut dipastikan setelah Tim Publikasi Bagian Humas Setda Klaten, Joko Priyono menyatakan poster tersebut adalah HOAX.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAX] “Penjual Air Kesehatan Sebar Hoax Pemanis Buatan”

    Sumber: www.facebook.com
    Tanggal publish: 21/11/2017

    Berita

    “Para ayah dan bunda hati2 memberi minuman instan untuk buah hati anda karena minuman tersebut sudah terbukti mengandung zat berbahaya siklamat yang menyebabkan penyakit lupus yang dpat mrusak antibodi Efeknya
    1. dapat mengalami gangguan otak
    2. penyebab kanker
    Netralkan dan keluarkan zat2 brbhaya yang terlanjur masuk kedalam tbuh dengn minum air Milagros..
    #Milagrosmiracleinside”

    Hasil Cek Fakta

    “HOAX berikut ini terindikasi sebagai bagian dari tindakan culas pedagang dalam memasarkan produk.
    Bentuknya berupa pesan tentang bahaya mengonsumsi beberapa merek minuman karena diduga mengandung siklamat.
    Kandungan itu disebut bisa mengakibatkan rusaknya antibodi dan menyebabkan penyakit lupus. ”Efeknya, dapat mengalami gangguan otak, penyebab kanker,” tulis pesan tersebut.
    Di akhir pesan tertulis cara menetralkan dan mengeluarkan zat-zat berbahaya yang telanjur masuk ke tubuh. Yakni, meminum air Milagros.
    Milagros merupakan salah satu merek minuman yang diklaim bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penjualan minuman itu sendiri melalui sistem jaringan seperti multilevel marketing.
    Agar lebih meyakinkan, pembuat pesan menyertakan foto kertas berlogo Lembaga Penanggulangan Sel Karsinogen Indonesia.
    Di kertas itu tertuang daftar 43 minuman yang disebut berbahaya.
    Kata sang pembuat pesan, daftar minuman berbahaya itu bersumber dari laboratorium Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan dan rilis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tertanggal 11 Juni 2009.
    BPOM sebenarnya sudah pernah membuat rilis bahwa daftar 43 minuman berbahaya itu hoax.
    Mereka juga memastikan bahwa surat berkop Lembaga Pengayom Masyarakat Peduli Kanker tersebut tidak benar.
    Menurut BPOM, pemberian nomor izin edar (NIE) pada minuman dan makanan diawali dengan tulisan BPOM RI MD atau BPOM RI ML.
    Minuman dan makanan yang mendapatkan izin tersebut berarti aman untuk dikonsumsi.
    Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) berupa pemanis buatan siklamat dalam produk pangan di Indonesia juga tidak sembarangan.
    Ada regulasi yang mengatur hal tersebut. Yakni, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 033 Tahun 2002 tentang Bahan Tambahan Pangan.
    Juga Peraturan Kepala BPOM RI No 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pemanis.
    Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No 4 Tahun 2014, siklamat terbagi tiga jenis.
    Yakni, asam siklamat, kalsium siklamat, dan natrium siklamat. Untuk minuman, kebanyakan batas maksimum asam siklamat adalah 200 mg/kg sampai 250 mg/kg.
    Hoax soal pemanis buatan bukan kali ini saja terjadi. Pada 1 September lalu Jawa Pos membahas informasi abal-abal tentang pemanis buatan aspartame.
    Ketika itu disebutkan ada 19 minuman berenergi berbahaya. Menurut si pembuat hoax, aspartame yang terkandung dalam 19 minuman itu bisa memicu kanker.
    Sama halnya dengan hoax pemanis siklamat, BPOM melalui sentra informasi keracunan juga memberikan tanggapan atas kabar aspartame.
    Menurut BPOM, penggunaan aspartame masih diizinkan dalam kadar batas tertentu.
    Itu didasarkan pada Surat Keputusan Kepala Badan POM No H.K.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan.
    Isi surat itu, intinya, aspartame dapat digunakan secara aman dan tidak bermasalah bila sesuai takaran yang diperbolehkan.
    Untuk kategori pangan minuman berkarbonasi dan nonkarbonasi, batas maksimum penggunaan aspartame adalah 600 mg/kg.
    BPOM memastikan bahwa daftar 43 minuman berbahaya karena mengandung siklamat adalah hoax. Kandungan pemanis siklamat dalam minuman itu masih dalam ambang batas yang diizinkan, sehingga aman dikonsumsi.”

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini