• [HOAKS] Rudi Hartono, Legenda Bulu Tangkis Meninggal

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/03/2018

    Berita

    Rudi Hartono pahlawan bulu tangkis meninggal dunia
    #RIP

    Rudi hartono meninggal
    Rudi hartono meninggal

    Hasil Cek Fakta

    Menanggapi isu tersebut, dilansir dari tempo.co, Hubungan Masyarakat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Deri Destanto mengatakan, kabar meninggalnya Rudi Hartono itu adalah bohong dan sudah dipastikan hoaks.
    “Tidak benar ya. Orangnya masih main golf,” ujar Deri.
    Senada dengan Deri, diansir dari bola.net (11/3), Yuni Kartika, Mantan Pebulutangkis yang kini masih aktif sebagai komentator pertandingan bulu tangkis, mengatakan, kondisi Rudi Harono masih baik-baik saja.
    “Koh Rudi baik-baik saja. Kondisinya segar bugar,” ujar Yuni.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] “Hoaks! Tak Ada Kapal Tiongkok ke Pulau Reklamasi”

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 14/10/2017

    Berita

    “Hoaks! Tak Ada Kapal Tiongkok ke Pulau Reklamasi”

    Hasil Cek Fakta

    “Judul artikel-artikel itu sebenarnya hanya tipuan. Tak ada tulisan apa pun di dalamnya.
    Berdasar penelusuran di Google Image, ternyata foto tersebut merupakan armada Angkatan Laut Jepang.
    Kapal paling depan tersebut bernama Kurama. Foto diambil ketika ada kegiatan kemaritiman di Jepang pada Oktober 2015.”

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [DISINFORMASI] Freddy Budiman Bongkar Pejabat Terlibat Jaringan Narkoba, Ini Daftarnya

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 29/07/2016

    Berita

    “Freddy Budiman Bongkar Pejabat Terlibat Jaringan Narkoba, Ini Daftarnya”
    POJOKSATU.id, JAKARTA – Detik-detik eksekusi mati terpidana kasus narkoba terhadap Freddy Budiman dkk ‘menggetarkan’ Tanah Air. Ada yang pro dan banyak yang kontra terhadap eksekusi mati ini. Mereka punya alasan masing-masing.

    Termasuk Harris Azhar, Koordinator Kontras. Dia menulis panjang cerita pengakuan Freddy Budiman, salah satu bandar kakap. Tulisan Harris atas pengakuan Freddy Budiman mengungkap fakta-fakta yang jarang diketahui banyak orang.

    Tulisan Harris ini diposting ulang Ulil Abshar Abdalla pada Jumat (29/7/2016) dini hari. Berikut tulisan kesaksian Harris Azhar dari Freddy Budiman:

    “Cerita Busuk dari seorang Bandit”

    Kesaksian bertemu Freddy Budiman di Lapas Nusa Kambangan (2014)

    Di tengah proses persiapan eksekusi hukuman mati yang ketiga dibawah pemerintahan Joko Widodo, saya menyakini bahwa pelaksanaan ini hanya untuk ugal-ugalan popularitas. Bukan karena upaya keadilan. Hukum yang seharusnya bisa bekerja secara komprehensif menyeluruh dalam menanggulangi kejahatan ternyata hanya mimpi. Kasus Penyeludupan Narkoba yang dilakukan Freddy Budiman, sangat menarik disimak, dari sisi kelemahan hukum, sebagaimana yang saya sampaikan dibawah ini.

    Di tengah-tengah masa kampanye Pilpres 2014 dan kesibukan saya berpartisipasi memberikan pendidikan HAM di masyarakat di masa kampanye pilpres tersebut, saya memperoleh undangan dari sebuah organisasi gereja. Lembaga ini aktif melakukan pendampingan rohani di Lapas Nusa Kambangan (NK). Melalui undangan gereja ini, saya jadi berkesempatan bertemu dengan sejumlah narapidana dari kasus teroris, korban kasus rekayasa yang dipidana hukuman mati. Antara lain saya bertemu dengan John Refra alias John Kei, juga Freddy Budiman, terpidana mati kasus Narkoba. Kemudian saya juga sempat bertemu Rodrigo Gularte, narapidana WN Brasil yang dieksekusi pada gelombang kedua (April 2015).

    Saya patut berterima kasih pada Bapak Sitinjak, Kepala Lapas NK (saat itu), yang memberikan kesempatan bisa berbicara dengannya dan bertukar pikiran soal kerja-kerjanya. Menurut saya Pak Sitinjak sangat tegas dan disiplin dalam mengelola penjara. Bersama stafnya beliau melakukan sweeping dan pemantauan terhadap penjara dan narapidana. Pak Sitinjak hampir setiap hari memerintahkan jajarannya melakukan sweeping kepemilikan HP dan senjata tajam. Bahkan saya melihat sendiri hasil sweeping tersebut, ditemukan banyak sekali HP dan sejumlah senjata tajam.

    Tetapi malang Pak Sitinjak, di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy budiman. Beliau menceritakan sendiri, beliau pernah beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusa Kambangan, agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy Budiman tersebut.

    Saya mengangap ini aneh, hingga muncul pertanyaan, kenapa pihak BNN berkeberatan adanya kamera yang mengawasi Freddy Budiman? Bukankah status Freddy Budiman sebagai penjahat kelas “kakap” justru harus diawasi secara ketat? Pertanyaan saya ini terjawab oleh cerita dan kesaksian Freddy Budiman sendiri.

    Menurut ibu pelayan rohani yang mengajak saya ke NK, Freddy Budiman memang berkeinginan bertemu dan berbicara langsung dengan saya. Pada hari itu menjelang siang, di sebuah ruangan yang diawasi oleh Pak Sitinjak, dua pelayan gereja, dan John Kei, Freddy Budiman bercerita hampir 2 jam, tentang apa yang ia alami, dan kejahatan apa yang ia lakukan.

    Freddy Budiman mengatakan kurang lebih begini pada saya:

    “Pak Haris, saya bukan orang yang takut mati, saya siap dihukum mati karena kejahatan saya, saya tahu, resiko kejahata yang saya lakukan. Tetapi saya juga kecewa dengan para pejabat dan penegak hukumnya.

    “Saya bukan bandar, saya adalah operator penyeludupan narkoba skala besar, saya memiliki bos yang tidak ada di Indonesia. Dia (bos saya) ada di Cina. Kalau saya ingin menyeludupkan narkoba, saya tentunya acarain (atur) itu. Saya telepon polisi, BNN, Bea Cukai dan orang-orang yang saya telpon itu semuanya nitip (menitip harga). Menurut Pak Haris berapa harga narkoba yang saya jual di Jakarta yang pasarannya 200.000 – 300.000 itu?”

    Saya menjawab 50.000. Fredi langsung menjawab:
    “Salah. Harganya hanya 5000 perak keluar dari pabrik di Cina. Makanya saya tidak pernah takut jika ada yang nitip harga ke saya. Ketika saya telepon si pihak tertentu, ada yang nitip Rp 10.000 per butir, ada yang nitip 30.000 per butir, dan itu saya tidak pernah bilang tidak. Selalu saya okekan. Kenapa Pak Haris?”

    Fredy menjawab sendiri. “Karena saya bisa dapat per butir 200.000. Jadi kalau hanya membagi rejeki 10.000- 30.000 ke masing-masing pihak di dalam institusi tertentu, itu tidak ada masalah. Saya hanya butuh 10 miliar, barang saya datang. Dari keuntungan penjualan, saya bisa bagi-bagi puluhan miliar ke sejumlah pejabat di institusi tertentu.”
    Fredy melanjutkan ceritanya. “Para polisi ini juga menunjukkan sikap main di berbagai kaki. Ketika saya bawa itu barang, saya ditangkap. Ketika saya ditangkap, barang saya disita. Tapi dari informan saya, bahan dari sitaan itu juga dijual bebas. Saya jadi dipertanyakan oleh bos saya (yang di Cina). ‘Katanya udah deal sama polisi, tapi kenapa lo ditangkap? Udah gitu kalau ditangkap kenapa barangnya beredar? Ini yang main polisi atau lo?’”

    Menurut Freddy, “Saya tau pak, setiap pabrik yang bikin narkoba, punya ciri masing-masing, mulai bentuk, warna, rasa. Jadi kalau barang saya dijual, saya tahu, dan itu ditemukan oleh jaringan saya di lapangan.”

    Fredi melanjutkan lagi. “Dan kenapa hanya saya yang dibongkar? Kemana orang-orang itu? Dalam hitungan saya, selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 Miliar ke BNN. Saya sudah kasih 90 Milyar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2, di mana si jendral duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil tersebut dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun.

    “Saya prihatin dengan pejabat yang seperti ini. Ketika saya ditangkap, saya diminta untuk mengaku dan menceritakan dimana dan siapa bandarnya. Saya bilang, investor saya anak salah satu pejabat tinggi di Korea (saya kurang paham, korut apa korsel- HA). Saya siap nunjukin dimana pabriknya. Dan saya pun berangkat dengan petugas BNN (tidak jelas satu atau dua orang). Kami pergi ke Cina, sampai ke depan pabriknya. Lalu saya bilang kepada petugas BNN, mau ngapain lagi sekarang? Dan akhirnya mereka tidak tahu, sehingga kami pun kembali.

    “Saya selalu kooperatif dengan petugas penegak hukum. Kalau ingin bongkar, ayo bongkar. Tapi kooperatif-nya saya dimanfaatkan oleh mereka. Waktu saya dikatakan kabur, sebetulnya saya bukan kabur. Ketika di tahanan, saya didatangi polisi dan ditawari kabur, padahal saya tidak ingin kabur, karena dari dalam penjara pun saya bisa mengendalikan bisnis saya. Tapi saya tahu polisi tersebut butuh uang, jadi saya terima aja. Tapi saya bilang ke dia kalau saya tidak punya uang. Lalu polisi itu mencari pinjaman uang kira-kira 1 miliar dari harga yang disepakati 2 miliar. Lalu saya pun keluar. Ketika saya keluar, saya berikan janji setengahnya lagi yang saya bayar. Tapi beberapa hari kemudian saya ditangkap lagi. Saya paham bahwa saya ditangkap lagi, karena dari awal saya paham dia hanya akan memeras saya.”

    Freddy juga mengekspresikan bahwa dia kasihan dan tidak terima jika orang-orang kecil, seperti supir truk yang membawa kontainer narkoba yang justru dihukum, bukan si petinggi-petinggi yang melindungi.

    Kemudian saya bertanya ke Freddy dimana saya bisa dapat cerita ini? Kenapa Anda tidak bongkar cerita ini? Lalu Freddy menjawab:

    “Saya sudah cerita ke lawyer saya, kalau saya mau bongkar, ke siapa? Makanya saya penting ketemu Pak Haris, biar Pak Haris bisa menceritakan ke publik luas. Saya siap dihukum mati, tapi saya prihatin dengan kondisi penegak hukum saat ini. Coba Pak Haris baca saja di pledoi saya di pengadilan, seperti saya sampaikan di sana.”

    Lalu saya pun mencari pledoi Freddy Budiman, tetapi pledoi t

    Hasil Cek Fakta

    Dalam isi berita dari media dariyang ditayangkan pada 29 Juli 2016 tersebut tidak dijelaskan daftar nama pejabat yang terlibat jaringan Freddy Budiman. Dengan begitu, informasi ini dapat dikategorikan sebagai disinformasi.

    Dalam Pledoi Freddy Budiman pun tak ditemui nama-nama pejabat yang dikatakan terlibat jaringan narkoba dengan dirinya.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAX] Penerimaan Mahasiswa UI Lewat Jalur MTQ Talent

    Sumber: www.whatsapp.com
    Tanggal publish: 20/01/2016

    Berita

    Assalamu’alaikum
    ada yg punya anak, adik, ponakan, saudara kelas 3 SMA yg hafidz 20 atau 30 juz yg mau masuk UI?
    UI Qur’an Center lagi nyari calon mahasiswa yg bisa direkomendasikan ke Rektor masuk jalur khusus MTQ talent.
    Kalo ada silakan hubungi Sdri. Haifa di +6285692210459.
    Terima kasih

    Hasil Cek Fakta

    Kabar pesan berantai diatas yang berisi tentang dibukanya jalur khusus MTQ talent yang dibuat oleh UI Qur’an Center untuk calon mahasiswa Universitas Indonesia (UI), banyak membuat masyarakat yang membaca percaya akan hal itu. Terutama para orangtua yang ingin anaknya masuk UI. Syarat yang ditentukan yaitu calon mahasiswa UI harus bisa mengahafal 20 atau 30 juz Al-Quran.

    Pesan berantai tersebut langsung diklarifikasi oleh pihak Universitas Indonesia, setelah menjawab pengaduan dari masyarakat yang penasaran akan kebenaran pesan berantai itu.

    “Pengumuman: Universitas Indonesia tidak melakukan kerjasama dengan pihak manapun dalam penerimaan mahasiswa baru. Seluruh informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru yang resmi dikeluarkan oleh Humas UI dan Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru UI. Mohon waspada pada pihak-pihak yang mengatasnamakan UI dan menjanjikan kemudahan untuk diterima di UI. -Kantor Humas dan KIP UI-,” jawab Haifa, perwakilan UI yang namanya tercantum dalam pesan berantai itu, dalam keterangan tertulis melalui pesan whatsapp kepada masyarakat.

    Haifa selaku staff Humas dari Universitas Indonesia menjelaskan bahwa UI tidak bekerja sama dengan pihak manapun dalam penerimaan mahasiswa Universitas Indonesia melalui jalur lain kecuali jalur resmi yang diumumkan oleh Humas UI dan Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru UI.

    ” Seluruh informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru resmi dikeluarkan oleh Humas UI dan Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru UI. Mohon waspada pada pihak-pihak yang mengatasnamakan UI dan menjanjikan kemudahan untuk diterima di UI,” terang Haifa ketika dihubungi oleh redaksi dream.co.id

    Dikutip dari kompas.com, Kepala Kantor Humas dan Komunikasi Informasi Publik UI, Rifelly Dewi Astuti menyatakan, saat ini seluruh proses penerimaan mahasiswa baru di UI telah selesai.

    “Tidak ada, tidak ada, itu hoax (bohong). Karena seluruh proses penerimaan sudah selesai. Tidak ada lagi proses penerimaan,” kata Rifelly kepada Kompas.com, Senin (11/7/2016).

    Menurut Rifelly, kabar tentang adanya penerimana mahasiswa baru melalui jalur MTQ Talent sudah pernah muncul sejak beberapa bulan silam. Ia menyatakan, pihak UI sudah pernah membantahnya.

    Karena itu, ia mengaku heran kabar yang sama muncul kembali.

    “Saya juga bingung kenapa muncul lagi. Iseng banget orang yang ngirim-ngirim itu,” ujar dia.

    Referensi : http://megapolitan.kompas.com/read/2016/07/11/16420941/penerimaan.mahasiswa.ui.lewat.jalur.mtq.talent.dipastikan.hoax.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini