• [HOAKS] WHO Akui Mpox adalah Efek Samping Covid-19

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi mengenai Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang mengakui bahwa penyakit cacar monyet atau Mpox adalah efek samping Covid-19.

    Pengakuan itu diklaim dapat diakses di situs web VigiAccess milik WHO.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.

    Informasi mengenai WHO mengakui mpox adalah efek samping Covid-19 disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Pengguna Facebook menyertakan tangkapan layar sebuah artikel dengan judul berikut:

    WHO Admits Monkeypox Is 'Side Effect' of Covid 'Vaccine'

    Sementara, berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 22 Oktober 2024:

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Perserikatan Bangsa-Bangsa* (PBB) telah mengakui bahwa "cacar monyet* sebenarnya adalah "efek samping" dari "vaksin mRNA" Covid. Pengakuan tersebut dikubur di situs web VigiAccess milik WHO.

    Situs web tersebut berisi basis data yang mencantumkan semua efek samping yang diketahui dari semua obat dan vaksin yang telah disetujui untuk penggunaan publik.

    Di bawah "efek samping potensial" untuk vaksin COVID-19 Prizer BioNTech, WHO mencantumkan cacar monyet," *cacar air,* dan "cacar sapi" di antara ratusan gangguan lainnya.

    Kalo sama kominfo langsung di buat berita hoax

    Hasil Cek Fakta

    Tangkapan layar situs yang beredar bersumber dari Slay News. Situs web tersebut memiliki rekam jejak menyebarkan disinformasi.

    Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs Slay News memiliki bias ekstrem sayap kanan dan kredibilitas rendah.

    Secara keseluruhan, Slay News menyebarkan teori konspirasi, pseudosains, propaganda, sumber tidak jelas, kurangnya transparansi, dan plagiarisme.

    Situs web VIgiAccess merupakan database WHO, yang memungkinkan individu membuat laporan gejala atau penyakit apa pun yang terjadi setelah mengkonsumsi atau mendapat sebuah produk obat.

    Data tersebut lantas diserahkan ke otoritas kesehatan nasional negara terkait.

    Kendati demikian, VigiAccess tidak dapat digunakan untuk menyimpulkan hubungan antara dugaan efek samping dan obat tertentu.

    Basis data yang dikelola oleh Uppsala Monitoring Center mencantumkan enam laporan cacar monyet, lima cacar sapi, dan 15 cacar setelah menerima Pfizer-BioNTech Vaksin Covid-19.

    Namun sejauh ini, tidak ada kasus cacar yang disebabkan langsung oleh vaksin Covid-19, yang tercatat di dunia selama beberapa dekade.

    Sejauh ini, tidak ada pengumuman dari WHO bahwa kasus mpox yang disebabkan oleh vaksin Covid-19.

    Laporan mengenai kemungkinan efek samping bersifat sukarela dan tidak terverifikasi.

    Laporan yang dimasukkan pada VigiAccess perlu dikonfirmasi hubungan sebab akibatnya melalui proses kompleks, penilaian menyeluruh, dan evaluasi terperinci terhadap semua data.

    Otoritas kesehatan hanya melakukan intervensi jika terdapat kecenderungan antara produk obat dan kejadian yang dilaporkan.

    "Informasi di VigiAccess mengenai potensi efek samping tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa produk obat atau zat aktifnya menyebabkan efek yang diamati atau tidak aman untuk digunakan," kata juru bicara WHO dilansir Reuters.

    “Informasi di situs web ini tidak mencerminkan hubungan yang dikonfirmasi antara produk obat dan efek samping,” imbuhnya.

    Kesimpulan

    Narasi mengenai WHO mengakui mpox adalah efek samping Covid-19 merupakan hoaks.

    Narasi tersebut bersumber dari Slay News, situs web yang memiliki rekam jejak menyebarkan disinformasi, memiliki bias ekstrem sayap kanan dan kredibilitas rendah.

    Situs web VigiAccess milik WHO berisi laporan efek samping suatu produk obat yang bersifat sukarela dan belum terverifikasi.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAKS] Raffi Ahmad Bagikan Rp 200 Juta Melalui Akun Instagram

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video yang menampilkan selebritas Raffi Ahmad membagikan Rp 200 juta melalui akun Instagram-nya.

    Namun, setelah ditelusuri video tersebut merupakan hasil manipulasi. Waspada, jangan sampai terjerat aksi penipuan.

    Video yang mengeklaim Raffi Ahmad membagikan Rp 200 juta melalui akun Instagram dibagikan oleh akun ini.

    Dalam video Raffi mengatakan akan memberikan Rp 200 juta untuk dua puluh orang.

    Syaratnya, yakni mengikuti akun Instagram @raffi.nagita17_ dan membagikan video tersebut ke sepuluh orang teman.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri akun @raffi.nagita17_ bukan Instagram resmi milik Raffi Ahmad. Instagram resmi Raffi yakni @raffinagita1717 yang ditandai dengan centang biru.

    Kemudian Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan teknik reverse image search untuk menelusuri video yang menampilkan Raffi menjanjikan uang Rp 200 juta.

    Hasilnya, video tersebut identik dengan unggahan akun Instagram Raffi pada 2 Oktober 2024.

    Dalam video aslinya Raffi tidak menjanjikan uang Rp 200 juta. Namun, ia mengucapkan selamat bertugas kepada Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. 

    Anindya terpilih menjadi Ketua Umum di Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Kadin Indonesia pada 14 September 2024, melengserkan Arsjad Rasjid.

    Tim Cek Fakta Kompas.com lantas mengecek suara Raffi menjanjikan bantuan 200 juta menggunakan Hive Moderation.

    Tools tersebut dapat mendeteksi sebuah suara dihasilkan oleh artificial intelligence (AI) atau bukan.

    Setelah dicek, hasilnya suara Raffi memiliki probabilitas 97.8 persen dihasilkan oleh AI.

    Kesimpulan

    Video yang mengeklaim Raffi Ahmad membagikan Rp 200 juta melalui akun Instagram merupakan hasil manipulasi,  Akun tersebut bukan Instagram resmi milik Raffi Ahmad. 

    Dalam video aslinya Raffi tidak menjanjikan bantuan Rp 200 juta. Namun, ia mengucapkan selamat bertugas kepada Anindya Bakrie yang terpilih menjadi Ketua Umum Kadin Indonesia pada Munaslub 14 September 2024. 

    Setelah dicek, suara Raffi menjanjikan bantuan Rp 200 juta terdeteksi dihasilkan oleh AI. 

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Cek Fakta: Hamas Tembaki Pesawat yang Kirim Bantuan

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/11/2024

    Berita

    Suara.com - Beredar di media sosial sebuah video dengan narasi yang mengklaim bahwa Hamas menembaki pesaaawat yang mengirimkan bantuan.

    Berikut narasi lengkap yang diunggah oleh akun X “vianratulangu” pada Rabu (23/10/2024):

    “Hamas menembaki pesawat pengirim bantuan kemanusiaan dan tempat bantuan itu jatuh. Mereka membenci pengiriman bantuan melalui udara, karena langsung sampai ke warga. Lebih memilih bantuan UNRWA, karena didistribusikan melalui mereka untuk di jual.”

    Dilihat Jumat (1/11/2024), unggahan telah ditonton 250 kali.

    Hasil Cek Fakta

    Melansir hasil penelusuran fakta oleh Kompas yang menelusuri klaim tersebut menggunakan Google Lens, ditemukan fakta video itu adalah gabungan dari dua klip berbeda.

    Potongan video pertama berasal dari unggahan akun TikTok “louvoresadeu” pada Senin (14/10/2024), yang memperlihatkan orang-orang di dalam pangkas rambut berlarian ke luar. Sementara audionya terdengar seperti teriakan seorang wanita. Kemudian dilanjutkan dengan video manipulasi awan berbentuk tangan raksasa, tidak diketahui asal mula video awan tersebut.

    Video kedua terdeteksi sebagai insiden kegagalan parasut yang mengakibatkan airdrop terjun bebas dan melukai orang-orang. Dokumentasi tersebut dibagikan oleh Al Jazeera pada Jumat (08/03/2024). Tujuh orang dilaporkan terluka dan lima lainnya tewas akibat insiden barang bantuan terjun bebas di Gaza.

    Diketahui pula bahwa video yang dipublikasikan Al Jazeera tersebut mirip dengan unggahan X “vianratulangi”, tetapi tidak terdengar suara tembakan saat pesawat menjatuhkan bantuan.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa unggahan berisi informasi ”Hamas menembaki pesawat pengirim bantuan kemanusiaan” merupakan konten yang dimanipulasi (manipulated content).
    • Suara.com
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAKS] Imbauan Mematikan Ponsel untuk Hindari Radiasi Kosmik

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar pesan berantai berisi imbauan untuk mematikan ponsel dan perangkat elektronik lainnya untuk menghindari dampak radiasi kosmik.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.

    Imbauan mematikan ponsel dan perangkat elektronik untuk menghindari dampak radiasi kosmik dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada Kamis (31/10/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Malam ini antara jam 00:30pagi hingga 3.30pagi pastikan off hp, laptop dll dan jauhkn dr badan anda. TV Singapore tlh mengumumkn berita tersebut. Tlg beritahu keluarga dan sahabat2 anda.

    Malam ini antara jam 00:30 pagi hingga 3.30 pagi bumi kita akan menghadapi radiasi yg paling tinggi. Pancaran cahaya Cosmic akan melintasi dekat dgn bumi. Oleh itu off hp dll dan jauhkn dr badan anda sbb akn menyebabkan kita mendapat efek radiasi yg berbahaya....

    Boleh lihat di google dan NASA dan berita BBC. Bagikan pesan ini kpd org2 lain yg penting bagi keluarga ,Teman,Sahabat, dan juga anak istri anda. Anda blh menyelamatkan nyawa banyak orang denganberbuat demikian...

    Semoga bermanfaat Amiin... Semoga kita smua selalu dalam perlindungan Nya

    Hasil Cek Fakta

    Narasi mematikan ponsel dan perangkat elektronik lainnya untuk menghindari radiasi kosmik merupakan hoaks berulang yang telah beredar sejak 2017.

    Dilansir Tribunnews.com, 27 Juli 2018, narasi tersebut beredar dalam bentuk pesan berantai WhatsApp, dan sering muncul ketika ada fenomena alam seperti gerhana.

    Kepala Bagian Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jasyanto menegaskan, informasi dalam pesan berantai itu hoaks.

    "Itu hoaks, tidak benar," kata Jasyanto.

    Pada 24 Agustus 2022, Kompas.com menemukan narasi serupa beredar di India. Narasi tersebut dibantah oleh Badan Antariksa India atau ISRO.

    "Pesan itu tampaknya tipuan dan tidak ada bukti yang kredibel tentang peristiwa semacam itu. Selain itu, tidak ada hubungan yang diketahui tentang modulasi sinar kosmik saat ponsel digunakan," demikian bantahan ISRO.

    Menurut ISRO, Bumi terus terpapar sinar kosmik, tetapi medan magnet atmosfer bertindak sebagai pelindung sehingga Bumi tidak mengalami dampak buruk sinar tersebut.

    Pesan berantai itu juga mencatut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

    Namun, imbauan mematikan ponsel untuk menghindari radiasi kosmik tidak ditemukan di situs resmi maupun akun media sosial lembaga tersebut.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, pesan berantai untuk mematikan ponsel dan barang elektronik lain karena radiasi kosmik telah beredar sejak 2017.

    Lapan telah menegaskan bahwa informasi dalam pesan berantai itu hoaks.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini