• [PENIPUAN] Anggota DPR Desy Ratnasari Bagi-Bagi Puluhan Juta Rupiah

    Sumber: Instagram.com
    Tanggal publish: 29/10/2024

    Berita

    Sejak Selasa (1/10/2024), beredar video [arsip] dari akun Instagram “adminbunda21” yang menunjukkan anggota Komisi I DPR RI Desy Ratnasari menyebut akan mentransfer Rp20 juta.

    Berikut narasi lengkapnya:

    “Assalamualaikum semua saya Desy Ratnasari saya adalah anggota DPR dewan perwakilan rakyat jika Anda menemukan postingan ini berarti Anda berhak saya transfer 20 juta karena ini rezeki, kamu artinya kamu orang yang membutuhkan bantuan ini doakan saya agar bisa terus berbagi untuk rakyat ya karena saya menerima. Amanah berbagi untuk yang membutuhkan di akun pertama yang saya buat, siapa saja yang sudah followers akan menerima 20 juta asal uangnya, jangan untuk foya-foya.”

    Per Selasa (29/10/2024), unggahan telah disukai 300-an akun, ditonton lebih dari 4.000 kali, dan menuai 123 komentar. Mayoritas warganet mempercayai konten tersebut, ditandai dengan adanya komentar seperti “semoga dapat hari ini” dan lainnya.

    Hasil Cek Fakta

    Hasil penelusuran gambar melalui Google Lens mengarah ke sejumlah artikel yang menampilkan foto Desy Ratnasari dengan pakaian serupa, tetapi diambil dari sudut berbeda. Dua di antaranya adalah artikel fimela.com (dipublikasikan Januari 2018) dan Liputan6.com (terbit November 2018).

    Tidak ada sumber valid dari hasil penelusuran Google Lens yang membenarkan klaim “Desy Ratnasari membagikan uang” seperti yang dinyatakan dalam unggahan Instagram ”adminbunda21”.

    Setelah video tersebut diunduh dan dianalisis menggunakan situs pendeteksi suara berbasis AI dari Hive Moderation, diketahui audio dalam video tersebut 99,8% merupakan hasil rekayasa AI.

    Kesimpulan

    Unggahan dengan klaim “Desy Ratnasari akan mentransfer Rp20 juta” merupakan konten palsu (fabricated content).

    (Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Tidak Ada Bukti Elon Musk Kembangkan Robot Ibu Pengganti

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/10/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi Elon Musk sedang mengembangkan robot yang akan berperan sebagai surrogate mother atau ibu pengganti.

    Menurut narasi tersebut, robot itu nantinya akan melakukan semua fungsi yang berkaitan dengan perkembangan anak, mulai dari pembuahan hingga kelahiran.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu belum terbukti.

    Narasi Elon Musk sedang mengembangkan robot yang akan berperan sebagai ibu pengganti dibagikan oleh akun Facebook ini pada Kamis (24/10/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Kalian semua lihat. Elon sedang mengerjakan versi baru Robot yang dapat membawa bayi Anda selama 9 bulan saat Anda bekerja.

    Anda dan pasangan Anda hanya perlu membawa telur dan telur Anda. Mereka membuahi dan membiarkannya tumbuh di dalam robot selama 9 bulan.

    Ini akan mengurangi jumlah wanita yang meninggal selama persalinan. Gila ini

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, narasi Elon Musk mengembangkan robot yang akan berperan sebagai surrogate mother atau ibu pengganti masih berupa rumor.

    Rumor itu, salah satunya, disebarkan di Binance Square, pada Rabu (23/10/2024).

    Dalam unggahan tersebut, robot Musk diklaim akan melakukan semua fungsi yang berkaitan dengan perkembangan anak, mulai dari pembuahan hingga kelahiran.

    Robot tersebut diklaim akan menyediakan lingkungan buatan untuk janin, mensimulasikan kondisi rahim sebagai tempat bayi akan tumbuh dan berkembang.

    Robot itu diklaim akan meminimalkan risiko terkait proses melahirkan secara tradisional, karena ibu tidak lagi perlu mengandung bayi dalam tubuh mereka.

    Namun, tidak ditemukan pernyataan dari Musk atau pemberitaan dari media arus utama terkait pengembangan robot ibu pengganti tersebut.

    Dilansir pemberitaan Kompas.com sebelumnya, robot teranyar yang dikembangkan Tesla, perusahaan Musk yang juga mengembangkan mobil listrik, adalah Optimus.

    Optimus adalah robot humanoid diperkenaklan pada 10 Oktober 2024. Robot itu dirancang untuk melakukan tugas manusia, seperti menerima paket dan menyiram tanaman di halaman.

    Saat ini, Optimus masih dalam tahap pengembangan dan versi finalnya belum rampung.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tidak ada bukti bahwa Elon Musk atau Tesla mengembangkan robot yang dapat berperan sebagai ibu pengganti.

    Saat ini, robot teranyar yang dikembangkan Tesla adalah Optimus. Robot itu dirancang untuk melakukan tugas manusia, seperti menerima paket dan menyiram tanaman di halaman.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Keliru, Video Kiper Timnas Bahrain Ebrahim Lutfalla Tantang Suporter Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 28/10/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di Twitter [ arsip ] serta akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini, yang diklaim memperlihatkan penjaga gawang atau kiper Timnas Bahrain, Ebrahim Lutfalla, menantang suporter Indonesia setelah laga Indonesia vs Bahrain.

    Video itu memperlihatkan Lutfalla yang mengenakan jersey hitam berteriak dan bersikap emosional ke arah tribun penonton di sebuah stadion sepak bola. Sejumlah orang tampak berusaha menenangkannya. “Gak terima dikata-katain, dibantu wasit. Kiper Bahrain nant*ng Ultras Garuda. Oke. Ditunggu di GBK ya,” tulis pengunggah konten



    Namun, benarkah video itu memperlihatkan Lutfalla saat bertanding dengan Timnas Indonesia melawan Bahrain?

    Hasil Cek Fakta



    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video yang memperlihatkan kiper Timnas Bahrain, Ebrahim Lutfalla emosional, tidak terjadi setelah pertandingan melawan Timnas Indonesia pada putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, 10 Oktober 2024. 

    Sejumlah petunjuk dalam video itu, tidak sesuai dengan video saat Timnas Bahrain bertanding dengan Indonesia. Perbedaan yang ada antara lain, nomor punggung Lutfalla saat membela Timnas Bahrain adalah 22, sebagaimana yang ditampilkan Transfermarket.com. Sementara dalam video yang beredar, Ebrahim Lutfalla mengenakan jersey bernomor 1. 

    Fakta lain menyatakan, Ebrahim Lutfalla adalah pemain yang memiliki nomor 1 di klub lokal yang bernama, Al Ahli Bahrain, menurut Transfermarket.com.



    Video yang beredar memperlihatkan Ebrahim Lutfalla mengenakan jersey bernomor 1. Namun, kejadian itu tidak ada kaitannya dengan laga Bahrain vs Indonesia, karena dalam pertandingan itu Lutfalla mengenakan jersey bernomor 22, sebagaimana ditayangkan saluran YouTube AFC Asian Cup.



    Jersey Ebrahim Lutfalla dalam video yang beredar juga bermotif di bagian lengan, sementara dalam pertandingan melawan Timnas Indonesia pada 10 Oktober 2024, lengan jersey yang dikenakannya tidak bermotif.



    Video yang beredar juga memperlihatkan tim yang bertanding menggunakan jersey kuning dan merah, terutama pada detik ke-12. 

    Padahal, pada laga Bahrain vs Indonesia, Timnas Indonesia mengenakan jersey putih, namun justru tak tampak dalam video yang beredar.

    Hal ini membuktikan bahwa video yang beredar tidak direkam dalam laga Bahrain vs Indonesia pada 10 Oktober 2024, melainkan pertandingan lain yang berlangsung antar klub di Bahrain pada 2024. 

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan kiper Timnas Bahrain Ebrahim Lutfalla marah dan menantang suporter Timnas Indonesia karena dituduh curang, adalah klaim keliru.

    Video itu memperlihatkan Ebrahim Lutfalla mengenakan jersey bernomor 1 yang merupakan nomornya sebagai pemain klub bola Al Ahli Bahrain. Sementara saat berlaga dengan Timnas Indonesia, ia mengenakan jersey bernomor 22 yang merupakan nomor dirinya di Timnas Bahrain.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • Sebagian Benar, Video Menkes Budi Gunadi tentang Vaksin Covid-19 di Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 28/10/2024

    Berita



    Sebuah konten beredar di Instagram [ arsip ] berisi klaim Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa keberhasilan vaksin di Indonesia karena banyak yang tidak tahu dampak negatif vaksin.

    Konten itu berisi video pendek isi wawancara Budi Gunadi terkait penanganan Covid-19 di Indonesia. Dalam teks yang menerjemahkan pernyataan Budi tersebut, tertulis bahwa Budi mengatakan bahwa orang Indonesia percaya pada vaksin karena tidak terekspos oleh efek negatif vaksin seperti di negara maju. Tapi beberapa dari mereka percaya dengan ajaran agamanya bahwa mereka berdoa kepada tuhan, mereka bisa sembuh dengan menggunakan vaksin.



    Benarkah Menkes Budi Gunadi menyatakan suksesnya vaksin di Indonesia karena tidak banyak yang tahu dampak negatif dari vaksin?

    Hasil Cek Fakta



    Hasil verifikasi Tempo, video Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tersebut merupakan bagian dari wawancara Menkes dengan Dekan Boston University School of Public Health, Sandro Galea. 

    Video tersebut pernah ditayangkan oleh akun YouTube Boston University School of Public Health pada 8 Oktober 2024 dengan judul “In Conversation with Budi Gunadi Sadikin”.

    Pada video aslinya, durasi wawancara tersebut mencapai 30 menit 37 detik. Video yang beredar di Instagram itu telah dipotong menjadi sekitar satu menit pada menit ke-03:15 hingga 03:46.

    Wawancara tersebut sebenarnya untuk menggali bagaimana Menkes Budi menangani pandemi Covid-19, tantangan mendapatkan dan memberikan vaksin Covid-19 di Indonesia. Dalam video yang dipotong itu, Budi sebenarnya menjawab pertanyaan bagaimana orang Indonesia percaya terhadap kampanye vaksin Covid-19. 

    Budi kemudian menjawab tantangan memberikan vaksin pada populasi di Indonesia:

    “Not as bad as developed country. I think they are not exposed as developed countries to the negative side of the vaccine, but some of them believe that by their religion that you know actually they can ask God to cure the sickness instead of using vaccines. So is the most difficult point.”

    Jawaban tersebut jika diterjemahkan menjadi:

    “Tidak seburuk negara maju. Menurut saya mereka tidak terekspos seperti masyarakat di negara maju lainnya tentang sisi negatif dari vaksin. Tetapi beberapa dari mereka, berdasarkan agama mereka, percaya  dapat berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan penyakitnya, daripada menggunakan vaksin. jadi poin itu yang paling sulit,” kata Budi.

    Dari jawaban tersebut Budi sebenarnya menjelaskan bahwa tantangan pemberian vaksin di Indonesia bukan karena terpapar informasi tentang sisi negatif vaksin, tapi karena ada yang lebih percaya dengan berdoa dapat sembuh dari penyakitnya, ketimbang melalui vaksin. Sehingga klaim dalam teks di Instagram bahwa Budi menjawab keberhasilan vaksin Covid-19 di Indonesia karena doktrin agama adalah tidak akurat.

    Berikut ini adalah terjemahan jawaban Budi Gunadi dalam wawancara tersebut:

    Host: Dapatkah kamu menjelaskan bagaimana Indonesia merespon Covid-19, dan apa saja yang telah kamu lakukan untuk menangani krisis?

    Saya diminta oleh presiden untuk menggantikan Menteri Kesehatan yang sebelumnya. Jadi saya hanya punya waktu tiga tahun sembilan bulan dan beliau hanya meminta saya melakukan dua hal, pertama menangani pandemi, melakukan vaksinasi, dan nomor dua melakukan reformasi sistem kesehatan.

    Jadi satu tahun enam bulan, saya berfokus untuk mendapatkan akses pada vaksin Covid-19, kami mendapatkan sekitar 2 juta suntikan sehari. Jadi 204 juta masyarakat Indonesia telah mendapatkan vaksin dalam waktu satu tahun enam bulan, setelah berfokus pada memperbaiki sistem layanan kesehatan.

    Host: Apa tantangan terbesar untuk mendapatkan akses ke vaksin?

    Tidak ada yang percaya Indonesia bisa bayar, jadi saya dekati semua perusahaan dan mereka cukup kapitalis. Jadi saya ke Cina, saya dapat vaksin pertama dari mereka. Setelah itu Astrazeneca mendekati saya, karena mereka tahu, oh Indonesia bisa membayar. Kita dapatkan dari Astrazeneca dan perusahaan vaksin lain mendekati kami. Tapi setelah itu saya pindah ke GAVI (organisasi internasional untuk memperluas akses terhadap vaksin). Saya menyadari ada sebuah organisasi bernama GAVI, jadi saya mendekati GAVI sehingga kami mendapatkan bantuan setara 1 miliar vaksin.

    Host: Soal kepercayaan orang pada vaksin, apakah masalahnya ada pada vaksin itu sendiri atau sistem vaksinasinya?

    Penyedia vaksin itu, mereka hanya memprioritaskan berdasarkan negara yang mampu membayar, jadi itulah yang terjadi. Sehingga negara seperti Singapura bisa mendapat akses ke vaksin lebih cepat. Saya pikir ini secara ilmiah dan etika salah. Anda tahu, jika Anda memberikan vaksin hanya kepada sekelompok negara yang mampu membayar, Anda tidak akan dapat menghentikan penyebaran virus di seluruh dunia.

    Host: Ceritakan bagaimana orang-orang di Indonesia dan kepercayaan mereka terhadap kampanye vaksinasi?

    Tidak seburuk negara maju. Menurut saya mereka tidak terekspos seperti masyarakat di negara maju lainnya tentang sisi negatif dari vaksin. Tetapi beberapa dari mereka, berdasarkan agama mereka, mereka percaya  dapat berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan penyakit, daripada menggunakan vaksin. jadi poin itu yang paling sulit..

    Host: Berapa persen populasi yang mendapatkan vaksinasi? 

    204 juta dari 280 juta, tetapi anak-anak tidak kita vaksinasi. Untuk vaksinasi pada sekitar 92-93 persen di 17,000 pulau. 

    Dikutip dari laman situs resmi Kementerian Kesehatan, Indonesia berhasil masuk dalam jajaran 5 besar negara dengan jumlah vaksinasi terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Menkes Budi menyatakan keberhasilan vaksin di Indonesia karena banyak yang tidak tahu dampak negatif vaksin dan doktrin agama adalah klaim yangsebagian benar.

    Wawancara Budi Gunadi tersebut menjelaskan tantangan pemberian vaksin di Indonesia bukan karena terpapar informasi tentang sisi negatif vaksin, tapi karena ada yang lebih percaya bahwa dengan berdoa dapat sembuh dari penyakitnya, ketimbang melalui vaksin. Jadi terjemahan aslinya pada pernyataan Budi adalah tidak terkait dengan doktrin agama.

    Rujukan

    • Tempo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini