• [HOAKS] Tautan untuk Dapat Kompensasi Pertamax Oplosan Rp 300.000 dari Pertamina

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar tautan yang diklaim untuk mendapatkan kompensasi Rp 300.000 dari Pertamina terkait kasus Pertamax oplosan.

    Sebagaimana diketahui, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan (RS) telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tata kelola minyak mentah.

    Kejaksaan Agung (Kejagung) menyebutkan, Pertamina diduga membeli Pertalite untuk kemudian "di-blending" atau dioplos menjadi Pertamax.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan yang diklaim untuk mendapatkan kompensasi itu adalah hoaks.

    Tautan yang diklaim untuk mendapatkan kompensasi Rp 300.000 dari Pertamina terkait kasus Pertamax oplosan dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini pada Selasa (8/4/2025).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Halo sobat pertamina

    Sebagai permintaan maaf, kami melakukan bagi-bagi konpensasi terhadap korban oplosan pertamax sebesar Rp 300,000,-

    Silahkan melakukan pendaftaran atau klik daftar untuk mendapatkannya

    Screenshot Hoaks, tautan kompensasi korban Pertamax oplosan

    Hasil Cek Fakta

    Setelah diperiksa, tautan yang dibagikan oleh sejumlah akun Facebook tersebut tidak mengarah ke situs resmi Pertamina.

    Tautan itu mengarah ke situs yang meminta pengunjung memasukkan nama lengkap, asal provinsi, dan nomor Telegram aktif.

    Tautan tersebut kemungkinan adalah modus phishing atau pencurian data untuk mengambilalih akun Telegram.

    Sementara itu, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari mengatakan, tautan kompensasi mengatasnamakan Pertamina tersebut hoaks.

    "Itu hoaks," kata Heppy saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (10/4/2025).

    Kesimpulan

    Tautan yang diklaim untuk mendapatkan kompensasi Rp 300.000 dari Pertamina terkait kasus Pertamax oplosan adalah hoaks.

    Pertamina mengatakan bahwa tautan kompensasi tersebut hoaks. Selain itu, tautan tersebut terindikasi sebagai modus phishing atau pencurian data.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Atraksi di Bangkok secara Keliru Dinarasikan Penyiksaan TKI di Kamboja

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Tenaga kerja Indonesia (TKI) di Kamboja disebut mengalami penyiksaan, yang menyebabkan TKI itu meninggal dunia.

    Bersamaan dengan narasi tersebut, beredar tangkapan layar video kejadian penyiksaan.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut merupakan informasi keliru.

    Informasi mengenai penyiksaan WNI di Kamboja disebarkan melalui video oleh Twitter ini pada 29 Maret 2025.

    Tampak seseorang dilempar dalam tong raksasa, kemudian ketika diangkat hanya tersisa tulang belulang.

    Tangkapan layar bagian awal video lantas disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (6/4/2025):

    Tragedi ini bukan sekadar berita, tetapi luka mendalam bagi kemanusiaan. Mereka pergi mencari nafkah, namun pulang hanya sebagai cerita pilu. Sudah saatnya kita bersuara untuk keadilan mereka—agar tak ada lagi nyawa yang hilang dengan cara sekejam ini.

    Sementara, berikut teks yang tertera pada video:

    detik2 WNI mengalami penyiksaan sampae meninggal

    tki di kambojasungguh kejam wni di rebus hidup2 pas di angkat tinggal tulang

    Hasil Cek Fakta

    Video yang beredar bukanlah penyiksaan WNI, melainkan atraksi yang dilakukan di taman hiburan.

    Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan teknik reverse image search untuk mengecek jejak digital video dan tangkapan layar yang beredar.

    Hasilnya diketahui, video atraksi taman hiburan disebarkan oleh akun TikTok Panuwat Kaenpech pada 21 April 2024.

    Label pada TikTok menyebutkan, aksi dalam video diperagakan oleh profesional dan pengguna diimbau untuk tidak menirunya.

    Video dari atraksi serupa ditemukan di kanal YouTube Piyanat Jeamwong dan Krisada Mingquanta.

    Keterangan video menyebutkan bahwa atraksi tersebut merupakan hiburan yang ada di Dream World Bangkok, Thailand.

    Kasus WNI meninggal akibat kekerasan di Kamboja memang ada.

    Dikutip dari Antara, seorang WNI berinisial RAH (30) meninggal pada 23 September 2024 di Kota Poipet, Kamboja.

    "Penyebab kematiannya adalah kekerasan yang dilakukan oleh sesama WNI, yang jumlahnya 22 orang, termasuk dua perempuan, terhadap RAH," kata Judha.

    RAH dan 22 WNI tersebut bekerja di sebuah perusahaan judi daring Kamboja.

    Pelaku telah ditahan kepolisian Kamboja, kata Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha.

    Kemudian, perusahaan tempat korban bekerja bersedia bertanggung jawab memulangkan jenazah ke Indonesia.

    Kesimpulan

    Tangkapan layar dari video atraksi di taman hiburan Bangkok, Thailand disebarkan dengan konteks keliru.

    Atraksi itu keliru diklaim sebagai kasus kekerasan WNI di Kamboja. Informasi ini perlu diluruskan agar tidak terjadi kabar bohong yang beredar di masyarakat.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [HOAKS] Lumpur Lapindo Berhenti Menyembur

    Sumber:
    Tanggal publish: 10/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Tersiar kabar yang mengeklaim semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur telah berhenti.

    Semburan lumpur tersebut berhenti setelah hampir 20 tahun mengeluarkan lumpur panas, asap putih, dan gas.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi mengenai berhentinya semburan lumpur Lapindo disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Kamis (10/4/2025):

    Viral semburan lumpur Lapindo berhenti setelah 19 tahun berjalan, lebih cepat setahun dari prediksi 20 tahun

    Hasil Cek Fakta

    Semburan lumpur Sidoarjo terletak di Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur berlokasi sekitar 200 meter dari pengeboran gas Banjar Panji 1 milik PT Lapindo Brantas.

    Lokasi tersebut menyemburkan lumpur sejak 29 Mei 2006.

    Dilansir situs web Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), para ahli geologi memperkirakan fenomena semburan akan berlangsung lebih dari 30 tahun.

    Saat pengeboran dilakukan, sumber gas keluar membawa lumpur dan air ke permukaan.

    Pakar Geologi dari Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo mengatakan, semburan lumpur Lapindo belum berhenti.

    “Sampai sekarang belum berhenti, masih keluar sedikit-sedikit jadi sulit diprediksi. Nanti akan berhenti sendiri, banyak yang berhenti sendiri juga,” kata Amien dikutip dari Kompas.com, 14 Maret 2025.

    Ia menjelaskan, sumber gasnya sangat besar, dengan kedalaman mencapai 2 hingga 3 kilometer, sehingga diperkirakan masih aktif selama puluhan tahun.

    Faktanya, asap putih pekat masih terlihat di pusat semburan disertai aroma gas.

    Sementara, area pinggir tanggul terlihat endapan lumpur yang padat dan pecah-pecah akibat pengeringan.

    Video kondisi lumpur Lapindo dapat disaksikan melalui liputan Kompas.com ini.

    "Di beberapa titik dibuka sumur baru untuk memproduksi dan mengolah kandungan gasnya menjadi LPG melalui pembuangan saluran seperti PDAM," ujar Legiman warga Sidoarjo.

    Kesimpulan

    Narasi mengenai berhentinya semburan lumpur Lapindo merupakan hoaks.

    Warga sekitar dan pakar geologi menyatakan bahwa lumpur masih keluar di pusat semburan.

    Asap putih dan aroma gas juga masih ada di wilayah tersebut.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [KLARIFIKASI] Video Ledakan Pipa Gas di Malaysia, Bukan di Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 10/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar video yang diklaim memperlihatkan ledakan pipa gas bawah tanah.

    Dalam video, tampak kobaran api membumbung tinggi di kawasan permukiman. Namun, tidak ada keterangan lokasi kejadian tersebut.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut perlu diperjelas dengan konteks tambahan agar tidak menimbulkan misinformasi.

    Video yang diklaim menunjukkan ledakan pipa gas bawah tanah dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, dan ini pada April 2025.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Gas bawah tanah meledak..besar sekali apinya

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri menggunakan Google Lens, ditemukan bahwa visual tersebut merupakan ledakan pipa gas di Malaysia.

    Visual yang sama ditemukan dalam unggahan video YouTube, 3 April 2025 berjudul "Gas bawah tanah milik petronas meledak di depan rumah warga".

    Diberitakan Kompas.id, pipa gas Petronas, badan usaha milik negara Malaysia, meledak dan terbakar pada 1 April 2025.

    Peristiwa itu terjadi di Subang Jaya, Negara Bagian Selangor, Malaysia. Pipa gas tersebut berada di Puchong yang terletak 5 kilometer dari perumahan Putra Heights.

    Menurut laporan regu pemadam kebakaran, ketinggian api mencapai 300 meter. Sebanyak 112 orang terdampak dan ada yang dilarikan ke rumah sakit akibat menderita luka bakar.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang diklaim menunjukkan ledakan pipa gas bawah tanah perlu diluruskan.

    Video itu dibagikan tanpa keterangan lokasi, sehingga berpotensi disalahpahami sebagai kejadian di Indonesia.

    Peristiwa dalam video adalah ledakan pipa gas Petronas di Subang Jaya, Negara Bagian Selangor, Malaysia pada 1 April 2025.

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini