KOMPAS.com - Beredar informasi adanya lowongan kerja di Perum Bulog bagi lulusan SMA hingga S1. Informasi itu beredar luas di media sosial, terutama Facebook.
Pengguna Facebook diminta untuk mengeklik link atau tautan untuk melakukan pendaftaran.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan rekrutmen Perum Bulog itu hoaks.
Informasi rekrutmen Perum Bulog bagi lulusan SMA hingga S1 disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Salah satu akun bahkan memakai nama "Rekrutmen Bulog Terkini" seolah informasi tersebut disampaikan oleh akun milik Perum Bulog.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 28 September 2024:
Perum Bulog, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang logistik pangan, kembali membuka kesempatan karier yang sangat menarik bagi lulusan SMA hingga S1.Bagi Anda yang tertarik dan memenuhi kualifikasi, pendaftaran dapat dilakukan klik link https://rekrutmenperusahaanbulog.vrezx.com/ atau klik daftar di bawah ini.
[HOAKS] Tautan untuk Rekrutmen Perum Bulog
Sumber:Tanggal publish: 21/10/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Akun-akun Facebook yang menginformasikan rekrutmen bukanlah akun resmi Perum Bulog.
Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek tautan yang disebarkan.
Sebagai syarat mendaftar, pelamar diminta memasukkan nama lengkap sesuai KTP dan nomor telepon.
Namun, tautan tersebut tidak mengarah ke alamat situs resmi Perum Bulog. Berikut hasil penelusurannya melalui URL Scan.
Alamat situs web resminya yakni www.bulog.co.id. Sementara, tautan rekrutmen ada di alamat www.bulog.rakamin.com.
Melalui akun Instagramnya, Perum Bulog mengimbau kepada masyarakat mengenai penipuan rekrutmen mengatasnamakan Perum Bulog.
"Perum BULOG tidak pernah bekerjasama dengan agen penjualan tiket (travel) manapun dan seluruh proses rekrutmen tidak dipungut biaya apa pun," tulisnya.
Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek tautan yang disebarkan.
Sebagai syarat mendaftar, pelamar diminta memasukkan nama lengkap sesuai KTP dan nomor telepon.
Namun, tautan tersebut tidak mengarah ke alamat situs resmi Perum Bulog. Berikut hasil penelusurannya melalui URL Scan.
Alamat situs web resminya yakni www.bulog.co.id. Sementara, tautan rekrutmen ada di alamat www.bulog.rakamin.com.
Melalui akun Instagramnya, Perum Bulog mengimbau kepada masyarakat mengenai penipuan rekrutmen mengatasnamakan Perum Bulog.
"Perum BULOG tidak pernah bekerjasama dengan agen penjualan tiket (travel) manapun dan seluruh proses rekrutmen tidak dipungut biaya apa pun," tulisnya.
Kesimpulan
Tautan rekrutmen Perum Bulog bagi lulusan SMA hingga S1 merupakan hoaks.
Tautan tersebut tidak mengarah ke situs resmi Perum Bulog. Akun Facebook yang menyebarkan juga bukan akun Facebook resmi.
Alamat situs web resmi Perum Bulog yakni www.bulog.co.id dan rekrutmennya dapat diakses di alamat www.bulog.rakamin.com.
Tautan tersebut tidak mengarah ke situs resmi Perum Bulog. Akun Facebook yang menyebarkan juga bukan akun Facebook resmi.
Alamat situs web resmi Perum Bulog yakni www.bulog.co.id dan rekrutmennya dapat diakses di alamat www.bulog.rakamin.com.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02fdZds97zT3DARzcWPyHUp8SH9pS6jbztktoDH3CfjvT6nSvxzxd7qzjwj25c8wXNl&id=61565424009498
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0hjmeh9Zxj3xgKkxNN8DYwnBkaf4jyq4Z38T9JWhHDz85KDu9cHXg6Rgm4m88fDkdl&id=61566044820757
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02HqEm8rZ8iMkeVY6qyEoKZ5guCEGphDApHKHcr2evhBgFK14PrUnxqovE9bZ74LQjl&id=61565665752242
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0s1rALTWSxrCmBripY2b5tt1tv1REvajAyjhMzU81w618jJH5t1JZ4NrTrrvnF5nnl&id=61564095122768
- https://www.facebook.com/bulogperum
- https://urlscan.io/result/9decc926-58f3-4e5c-9e31-22d8e13e93e0/
- https://www.bulog.co.id/
- https://bulog.rakamin.com/
- https://www.instagram.com/p/C_j2OVdvpuM/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
[HOAKS] Bantuan Dana untuk Pemegang Kartu BPJS Kesehatan
Sumber:Tanggal publish: 21/10/2024
Berita
KOMPAS.com - Beredar informasi mengenai adanya bantuan dana bagi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Informasi yang beredar di media sosial itu menyebutkan, pemegang kartu BPJS Kesehatan akan menerima tiga bantuan dana pada Oktober 2024.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, konten tersebut hoaks.
Informasi pemegang kartu BPJS Kesehatan akan menerima tiga bantuan dana dibagikan oleh akun Facebook ini pada 18 Oktober 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
Bantuan cair dari kartu BPJSBagi yang mempunyai kartu ini segera daftar mendapatkan bantuan Rp.600rb-1,2jtCara daftar klik link di bawah
Informasi yang beredar di media sosial itu menyebutkan, pemegang kartu BPJS Kesehatan akan menerima tiga bantuan dana pada Oktober 2024.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, konten tersebut hoaks.
Informasi pemegang kartu BPJS Kesehatan akan menerima tiga bantuan dana dibagikan oleh akun Facebook ini pada 18 Oktober 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
Bantuan cair dari kartu BPJSBagi yang mempunyai kartu ini segera daftar mendapatkan bantuan Rp.600rb-1,2jtCara daftar klik link di bawah
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com menghubungi BPJS Kesehatan untuk mengonfirmasi kebenaran informasi bantuan tersebut.
Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah mengatakan, informasi itu hoaks dan merupakan modus penipuan.
"Tidak ada bantuan dan program seperti hal tersebut. Masyarakat agar berhati-hati terhadap penipuan mengatasnamakan BPJS Kesehatan," kata Rizzky kepada Kompas.com, Senin (21/10/2024).
Rizzky mengatakan, masyarakat dapat menghubungi saluran komunikasi resmi BPJS Kesehatan apabila memiliki pertanyaan atau keluhan.
Salura komunikasi tersebut yaitu:
Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah mengatakan, informasi itu hoaks dan merupakan modus penipuan.
"Tidak ada bantuan dan program seperti hal tersebut. Masyarakat agar berhati-hati terhadap penipuan mengatasnamakan BPJS Kesehatan," kata Rizzky kepada Kompas.com, Senin (21/10/2024).
Rizzky mengatakan, masyarakat dapat menghubungi saluran komunikasi resmi BPJS Kesehatan apabila memiliki pertanyaan atau keluhan.
Salura komunikasi tersebut yaitu:
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi pemegang kartu BPJS Kesehatan akan menerima tiga bantuan dana pada Oktober 2024 adalah hoaks.
Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah mengatakan, informasi itu hoaks dan merupakan modus penipuan.
Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah mengatakan, informasi itu hoaks dan merupakan modus penipuan.
Rujukan
Cek Fakta: Hoaks Artikel Cak Imin Sudah Ajukan Nama Anies Baswedan ke Prabowo Sesuai Permintaan Anies
Sumber:Tanggal publish: 22/10/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan artikel Cak Imin mengajukan nama Anies Baswedan ke Prabowo sesuai permintaan Anies. Postingan itu beredar sejak akhir pekan lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 20 Oktober 2024.
Dalam postingannya terdapat cuplikan layar artikel dari Detik.com berjudul:
"Cak Imin: "Sebenarnya Saya Sudah Ajukan Nama Mas Anies ke Pak Prabowo, Sesuai Pesan Mas Anies, Tapi Mohon Maaf Mas Anies, Beliau Nyatakan Kursi Kabinet sudah Full."
Lalu benarkah postingan artikel Cak Imin mengajukan nama Anies Baswedan ke Prabowo sesuai permintaan Anies?
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan membuka laman Detiknews.com. Namun tidak ada artikel seperti yang disebutkan dalam postingan di atas.
Cek Fakta Liputan6.com justru menemukan artikel yang identik dengan postingan. Kesamaan terdapat pada foto yang dipakai dalam artikel.
Namun dalam artikel asli mempunyai judul "Cak Imin Ngaku Dapat Tugas dari Prabowo untuk 'Mengkoordinir'" yang tayang pada 17 Oktober 2024. Berikut isi artikelnya:
"Jakarta - Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengaku menerima arahan untuk menjadi bagian dari kabinet Presiden terpilih Prabowo Subianto. Cak Imin mengaku diberikan tugas untuk 'mengkoordinir'.Cak Imin tak menjelaskan lebih lanjut pos kementerian apa yang akan dipimpinnya. Ia mengaku akan mengikuti arahan Prabowo.
"Saya enggak tau (posisi menko) ha-ha, pokoknya kita ikuti aja. Belum (arahan khusus), ya pokoknya mengkoordinir aja," kata Cak Imin di The Westin Jakarta, Kamis (17/10/2024).
Cak Imin mengaku tidak ada keinginan perihal posisi yang akan diberikan. Dia menyebut penempatan posisi dalam kabinet sepenuhnya menjadi hak istimewa presiden.
"Enggak ada pengen-pengenan (posisi menteri), itu urusan prerogatif presiden," ungkap Cak Imin.
Seperti diketahui, Cak Imin turut mengikuti pembekalan calon menteri kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Cak Imin menyebut pembekalan ini membahas persiapan kabinet yang akan datang.
"Ya pokoknya hari ini briefing, hari ini briefing tantangan dan persiapan kabinet yang akan datang," kata Cak Imin kepada wartawan di Hambalang pada Rabu (16/10).
Cak Imin mengatakan Prabowo menyampaikan banyak hal dalam pembekalan tersebut. Namun, kata Cak Imin, inti pembekalan tersebut adalah perencanaan pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming mendatang.
"Semua.. semua, pemetaan, persiapan dan perencanaan," ucapnya."
Kesimpulan
Postingan artikel Cak Imin mengajukan nama Anies Baswedan ke Prabowo sesuai permintaan Anies. Faktanya judul dalam artikel itu merupakan hasil editan.
Rujukan
Keliru, Klaim Cacar Monyet Sama Dengan Herpes Zoster Dan Efek Samping Vaksin Covid-19
Sumber:Tanggal publish: 22/10/2024
Berita
Sejumlah konten di Facebook oleh akun ini, ini, ini, dan ini memuat klaim bahwa monkeypox (mpox) sama dengan herpes zoster atau cacar api dan efek samping dari vaksinasi Covid-19 jenis mRNA. Konten tersebut disertai video yang memperlihatkan berita Kompas TV tentang perawatan orang-orang sakit Mpox di Afrika.
Klaim itu disebut berasal dari Wolfgang Wodarg, seorang dokter di Jerman. Berikut tulis narasinya: Dokter Jerman Wolfgang Wodarg menawarkan pandangan alternatif mengenai cacar monyet lebih dari dua tahun yang lalu: Apa yang dianggap sebagai cacar monyet, dalam banyak kasus, sebenarnya adalah herpes zoster, salah satu efek samping yang diketahui dari vaksin COVID-19. Cacar adalah momok lain yang diciptakan untuk menutupi efek samping vaksin mRNA.
Namun, benarkah Mpox adalah herpes zoster dan merupakan efek samping vaksinasi Covid-19 jenis mRNA?
Hasil Cek Fakta
Mpox dan herpes zoster merupakan dua jenis yang berbeda meski sama-sama tergolong jenis cacar dan disebabkan oleh virus. Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV), salah satu spesies virus dari genus Orthopoxvirus. Sementara herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan varicella-zoster virus (VZV).
Cacar Monyet
Dilansir website Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), Mpox atau Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan cacar monyet dengan gejala ruam kulit atau lesi mukosa yang dapat berlangsung 2–4 minggu disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Penularan virus cacar monyet bisa terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang menderita penyakit tersebut, atau benda yang terkontaminasi, misal penggunaan jarum suntik bergantian. Bisa juga melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi.
Penularan pada bayi juga bisa terjadi saat kehamilan, kelahiran ataupun setelah kelahiran. Orang yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko lebih tinggi tertular Mpox.
Namun dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengetahui secara lebih detail dan lengkap, bagaimana virus ini menular. Termasuk untuk mengetahui hewan apa saja yang bisa menampung dan menularkannya pada manusia.
Pengobatannya sejauh ini dilakukan dengan perawatan suportif, tergantung gejala yang muncul, seperti nyeri dan demam. Perawatan dilakukan dengan cara memberi perhatian ketat pada nutrisi, hidrasi, perawatan kulit, pencegahan infeksi sekunder dan pengobatan infeksi penyerta, termasuk untuk HIV jika ada.
Herpes Zoster
Sementara herpes zoster, juga dari laman WHO, merupakan penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh VZV, anggota famili virus herpes. Penyakit yang diketahui hanya menular di antara manusia ini juga disebut cacar air dan cacar ular.
Sebanyak 10 sampai 20 persen orang yang dihinggapi virus ini, akan menyimpannya di ganglia (kelompok sel) saraf, dan kemudian di masa depan aktif lagi hingga menimbulkan sakit herpes zoster.
Kategori yang rentan terserang penyakit ini adalah orang berusia di atas 50 tahun atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Bahkan pada pada neonatus dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh, akibatnya bisa menjadi fatal.
Herpes zoster ditandai dengan gejala ruam gatal yang biasanya muncul di kulit kepala dan wajah dan awalnya disertai demam dan malaise. Ruam tersebut secara bertahap akan menyebar ke badan dan ekstremitas (anggota gerak pada tubuh manusia).
Vesikel atau ruang di dalam sel, secara bertahap akan mengering dan muncul krusta yang kemudian menghilang dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Kondisi kesehatan bisa lebih rumit bila pasien juga menderita pneumonia atau ensefalitis (radang otak), dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Mpox dan Covid-19 Tidak Berkaitan
Konten yang beredar mengatakan bahwa narasi Mpox berkaitan dengan vaksin Covid-19 berasal dari orang Jerman bernama Wolfgang Wodarg. Menurut pemeriksa fakta asal Jerman, DW.com, Wodarg adalah seorang dokter dan mantan anggota Partai Sosial Demokrat (SPD) Bundestag Jerman.
Ia kemudian bergabung dengan The Grassroots Democratic Party of Germany (dieBasis) yang merupakan partai kecil penolak lockdown yang berkaitan dengan Covid-19 di Jerman. Video dirinya membicarakan penyebab Mpox dirilis tahun 2022.
Namun, ahli mikrobiologi dan imunologi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat, Kari Moore Debbink, menyatakan Mpox bukan penyakit yang disebabkan vaksin Covid-19.
“Vaksin COVID mRNA digunakan secara global, sementara kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan beberapa kasus rendah di luar wilayah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin COVID mRNA dan kasus mpox," kata Debink.
Profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat, William Schaffner, juga membantah narasi yang beredar. "Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin melawan COVID tidak ada hubungannya dengan Mpox," kata Schaffner.
Dilansir pemeriksa fakta asal Prancis, AFP, beberapa akademisi di bidang kesehatan menyatakan Mpox tidak berkaitan dengan Covid-19 ataupun vaksin Covid-19. Mereka adalah dokter spesialis penyakit menular dan mikrobiolog di Fakultas Kedokteran Li Ka Shing, Universitas Hong Kong, Yuen Kwok-Yung, dan profesor epidemiologi penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, David Heymann.
"Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa epidemi cacar monyet terkait dengan vaksin," kata David Heymann kepada AFP pada Juni 2022.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan bahwa penyakit Mpox bukan efek samping dari vaksinasi Covid-19. Vaksin Covid-19 baru diedarkan secara masif tahun 2021, sementara WHO mencatat Mpox pertama kali diketahui menyerang manusia pada 1970 di Kongo, Afrika.
“Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,” kata Syahril.
Dia mengatakan virus Mpox menular lewat kontak langsung seperti berjabat tangan, bergandengan, termasuk juga kontak seksual. Dilansir CNBC.com, WHO mencatat bahwa 99 persen penderita Mpox adalah laki-laki.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Mpox adalah penyakit yang sama dengan herpes zoster dan merupakan efek samping dari vaksinasi Covid-19 jenis mRNA adalah klaimkeliru.
Mpox merupakan penyakit yang disebabkan virus cacar monyet (MPXV), herpes zoster berasal dari varicella-zoster virus (VZV), dan Covid-19 dari virus Sars-Cov-2. Sejumlah dokter spesialis dan akademisi di bidang kesehatan juga mengatakan narasi yang beredar tersebut salah.
Rujukan
- https://www.facebook.com/marasan.lubis.5/posts/1462420467745193/
- https://www.facebook.com/jeriko.simangunsong/posts/pfbid02Ek2MxH2yG1GDutWHLsHRA4aTMgaFDCHbB5jfyEhSrzzdh3G3LiQ9nyjrGYzWcYaal
- https://www.facebook.com/fahrez.arsyila/posts/pfbid0c785HjWx8edtLxMPUQ5NVyWyk9VG3yXg9PCEdtiKgYCf8ZFyBaZZuR93SSqeJdPNl
- https://www.facebook.com/hotma.j.sinambela.1/posts/pfbid03LebA9FzV6L1ikyfRv5xfDu5kRYV2wjDhf9MQXy3ogBPcKop7mTbgEx6WHgSa4uJl
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mpox
- https://www.who.int/teams/health-product-policy-and-standards/standards-and-specifications/norms-and-standards/vaccine-standardization/varicella
- https://www.dw.com/en/fact-check-no-link-between-mpox-and-covid-vaccination/a-69977565
- https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.36EN4YM
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240902/2746370/penyakit-mpox-bukan-karena-efek-vaksin-covid-19-2/
- https://www.cnbc.com/2022/07/27/monkeypox-who-recommends-gay-bisexual-men-limit-sexual-partners-to-reduce-spread.html mailto:cekfakta@tempo.co.id
Halaman: 192/6006