KOMPAS.com - Tautan undian berhadiah mengatasnamakan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam rangka perayaan akhir tahun beredar di media sosial.
Undian itu menawarkan beberapa hadiah, seperti mobil dan paket umrah. Narasi yang dibentuk pun terlihat menggiurkan.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.
Tautan undian akhir tahun mengatasnamakan BRI muncul di media sosial, salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini dan ini.
Akun tersebut membagikan tautan dengan keterangan:
Promo Undian Akhir Tahun Bank BRI. Menangkan Hadiah nya.?(???????????????????????? ????????????????????)
• 10 Unit Mobil Hyundai Careta• 10 Unit Mobil Pajero Sport• 10 Unit Mobil Wuling( ???????????????????????? ???????????????????????????? ???????????????????????????? )
• 70 Paket Umroh Gratis• 50 Emas 10.Gram• 65 Unit Motor Honda Beat• 100 Unit Sepeda Listrik• 10 Unit Vespa Primavera
Pendaftaran Gratis Tidak Ada Biaya !!
Ayo Dapatkan Hadiah nya sekarang#NasabahBRI #PenggunaBRImo #BankRakyatIndonesia
Akun Facebook Tangkapan layar Facebook, undian akhir tahun mengatasnamakan BRI
[HOAKS] Tautan Undian Akhir Tahun dari BRI
Sumber:Tanggal publish: 25/11/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Ketika dibuka, tautan tersebut tidak mengarah ke situs resmi BRI, yakni www.bri.co.id.
Saat dikonfirmasi, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi memastikan unggahan tersebut adalah hoaks.
BRI tidak mengadakan undian akhir tahun seperti dalam unggahan yang beredar.
"Info tersebut tidak benar," ujar Hendy, Jumat (22/11/2024).
Menurut Hendy, unggahan yang beredar mengarah pada penipuan. Sehingga, ia mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tidak memberikan data pribadi maupun perbankan kepada pihak yang mengatasnamakan BRI.
"BRI mengimbau agar nasabah lebih berhati-hati dan tidak menginformasikan kerahasiaan data pribadi serta data perbankan kepada orang lain termasuk yang mengatasnamakan BRI," kata Hendy.
Hendy mengungkapkan, BRI hanya menggunakan situs dan media sosial resmi sebagai sarana komunikasi yang bisa diakses masyarakat.
Situs resmi BRI adalah www.bri.co.id, sementara media sosial resmi BRI ditandai dengan centang biru.
Saat dikonfirmasi, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi memastikan unggahan tersebut adalah hoaks.
BRI tidak mengadakan undian akhir tahun seperti dalam unggahan yang beredar.
"Info tersebut tidak benar," ujar Hendy, Jumat (22/11/2024).
Menurut Hendy, unggahan yang beredar mengarah pada penipuan. Sehingga, ia mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tidak memberikan data pribadi maupun perbankan kepada pihak yang mengatasnamakan BRI.
"BRI mengimbau agar nasabah lebih berhati-hati dan tidak menginformasikan kerahasiaan data pribadi serta data perbankan kepada orang lain termasuk yang mengatasnamakan BRI," kata Hendy.
Hendy mengungkapkan, BRI hanya menggunakan situs dan media sosial resmi sebagai sarana komunikasi yang bisa diakses masyarakat.
Situs resmi BRI adalah www.bri.co.id, sementara media sosial resmi BRI ditandai dengan centang biru.
Kesimpulan
Tautan undian akhir tahun mengatasnamakan BRI tidak benar atau hoaks.
Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy memastikan pihaknya tidak pernah mengadakan undian akhir tahun seperti dalam unggahan. Selain itu, unggahan yang beredar juga mengarah pada penipuan.
Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy memastikan pihaknya tidak pernah mengadakan undian akhir tahun seperti dalam unggahan. Selain itu, unggahan yang beredar juga mengarah pada penipuan.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0wXRhbuAQsAt8BaTXAQH4tB4jZHXu6TUJUsn7SBUMhkLNkmnfZdY9S6D4oAio8uRTl&id=61569355227712
- https://www.facebook.com/share/p/15YKK5nEo4/
- https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=122097127412643203&id=61569296098986&rdid=p7Pt6cCNy2hhpQzT&_rdc=1&_rdr
- http://www.bri.co.id
- http://www.bri.co.id,
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Cek Fakta: Hoaks Video Penampakan Burung Bertopi
Sumber:Tanggal publish: 25/11/2024
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim penampakan burung bertopi beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 18 November 2024.
Video berdurasi 50 detik itu memperlihatkan dua ekor burung yang sedang bertengger di sebuah dahan. Dua burung tersebut memiliki warna hitam dan dibagian perutnya berwarna oranye. Pada bagian kepala, burung tersebut tampak mengenakan topi.
"Burung bertopi....😊😊👍," tulis salah satu akun Facebook.
Video yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 1.200 kali ditonton dan mendapat 6 komentar dari warganet.
Benarkah dalam video tersebut merupakan penampakan burung bertopi? Berikut penelusurannya.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim penampakan burung bertopi. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar tangkapan layar dari video tersebut ke laman pendeteksi artificial intelligence (AI), hivemoderation.com.
Hasilnya, video tersebut merupakan hasil rekayasa menggunakan perangkat AI. Video itu memiliki probabilitas 99,1 persen dibuat oleh AI.
Berikut gambar tangkapan layarnya.
Kesimpulan
Video yang diklaim penampakan burung bertopi ternyata tidak benar alias hoaks. Faktanya, video tersebut merupakan hasil rekayasa digital menggunakan AI.
Keliru, Cara Hadapi Mpox dengan Hindari Informasi Media Massa, Kemenkes, dan Pemerintah
Sumber:Tanggal publish: 25/11/2024
Berita
Sebuah narasi beredar di Threads [ arsip ] yang menyatakan bahwa cara menghadapi merebaknya wabah Mpox adalah dengan menghindari informasi dari media massa, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan rezim yang terkait.
Konten Gambar yang disertakan memperlihatkan tangkapan layar artikel tentang status darurat kesehatan global yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyusul merebaknya kembali wabah Mpox. Konten itu menyarankan masyarakat mengabaikan informasi dari media massa, Kemenkes, dan rezim terkait.
Namun, benarkah cara itu tepat untuk menghadapi wabah Mpox?
Hasil Cek Fakta
Menurut Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), selama wabah penyakit apa pun, tidak terkecuali keadaan darurat cacar monyet yang sedang berlangsung, media memainkan peran penting dalam mengkomunikasikan risiko kesehatan dan tindakan yang dapat diambil orang untuk melindungi diri mereka sendiri terhadap risiko tersebut.
Hal ini memberi orang-orang kesempatan untuk membuat keputusan mereka sendiri yang tepat bagaimana menjaga kesehatan, khususnya yang tergolong paling riskan.
Dalam panduan pencegahan dan penanganan Mpox yang dilansir oleh WHO maupun ahli terkait, langkah-langkah menghindari informasi dari media maupun otoritas tidak termasuk di dalamnya.
Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mpox. Ini adalah infeksi virus yang dapat menyebar di antara orang-orang, terutama melalui kontak dekat, dan kadang-kadang dari lingkungan ke manusia melalui benda-benda dan permukaan yang telah disentuh oleh penderita cacar monyet. Di lingkungan di mana virus cacar monyet ada di antara beberapa hewan liar, virus ini juga dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi ke orang yang melakukan kontak dengan mereka.
Penularan Mpox bisa terjadi melalui kontak erat meliputi kulit-ke-kulit (misalnya sentuhan, seks anal atau vagina); tatap muka (misalnya; berbicara, menyanyi atau bernapas); mulut ke kulit (misalnya, seks oral); dan mulut ke mulut (misalnya berciuman). Anda juga dapat tertular mpox dari tempat tidur, handuk, permukaan, atau benda yang terkontaminasi.
Untuk melindungi diri, masing-masing masyarakat perlu menghindari kontak erat dengan orang lain yang didiagnosis atau dicurigai terinfeksi Mpox. Selain itu mempelajari gejala, dan melakukan isolasi mandiri bila merasa tertular Mpox.
Jika terdapat kasus infeksi Mpox di daerah tempat tinggal, isolasi mandiri bisa dilakukan sambil tetap tinggal serumah dengan anggota keluarga lain, dengan tetap menghindari potensi penularan.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Dr. Syahrizal Syarif, M.P.H., Ph.D., dikutip dari laman Universitas Indonesia, menjelaskan wabah Mpox diperkirakan tidak akan menjadi pandemi global. Menurutnya penanganan wabah ini membutuhkan edukasi pada kelompok berisiko tinggi, deteksi dini, penanganan isolasi yang tepat, serta pengobatan yang efektif.
Dia menjelaskan strain virus mpox yang pernah ditemukan di Indonesia adalah Clade 2 yang sulit menular dan memiliki tingkat kematian yang rendah yani di bawah 1 persen dari total orang yang terinfeksi.
Hal ini berbeda dengan strain Clade 1 yang lebih umum menginfeksi di Afrika yang memiliki tingkat kematian 5 sampai 10 persen. Menurutnya, meskipun mpox yang ditemukan di Indonesia tidak memiliki tingkat kematian tinggi, namun harus diwaspadai bila menginfeksi kelompok masyarakat berisiko tinggi.
Dia mengatakan diagnosis seseorang terinfeksi mpox atau tidak bisa dilakukan dengan PCR. Sementara orang yang terinfeksi mpox pada umumnya bisa sembuh dengan isolasi mandiri selama 2 sampai 4 minggu. Sementara orang-orang yang pernah kontak erat dengan orang yang terinfeksi Mpox, disarankan untuk menerima vaksin mpox. Namun, vaksinasi mpox ini tidak disarankannya dilakukan secara massal kepada masyarakat umum.
“Vaksin Mpox direkomendasikan untuk mereka yang pernah kontak erat dengan penderita mpox. Vaksin ini terbukti efektif hingga 86% dalam mencegah penularan, dan diberikan dalam dua dosis dengan jarak 28 hari,” kata Syahrizal.
Peneliti virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si dalam artikel cek fakta Tempo edisi 24 Oktober 2024 mengatakan, walaupun sebagian besar kasus mpox yang terlapor adalah di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, penyakit ini tidak eksklusif untuk kelompok tertentu saja. Mpox dapat menular ke siapa saja yang melakukan kontak kulit dekat dengan orang yang terinfeksi, baik melalui hubungan seksual maupun kontak fisik lainnya.
“Oleh karena itu, menyebut penyakit ini sebagai ‘penyakit LGBT’ adalah salah dan berpotensi menimbulkan stigma yang tidak berdasar,” kata Arif menegaskan.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan cara menghadapi wabah Mpox dengan hindari berita dari media massa, pernyataan Kemenkes dan lembaga pemerintah lainnya, adalah klaimkeliru.
Masyarakat justru diimbau untuk mencari dan menyimak informasi perkembangan sebaran Mpox di daerahnya, jika ada, dan bersiap melakukan pencegahan penularan dan penanganan yang efektif.
Rujukan
- https://www.threads.net/@prasetyocapster/post/C-uZmQUvmym?fbclid=IwY2xjawGsyX5leHRuA2FlbQIxMAABHTdKBhgjBm1sunF4UG8wleQYXyjHbPAy637GmWLNKzXQJwof5zp4nPg8NQ_aem_s9AOK8i-G29SSpXfth3NPQ
- https://web.archive.org/web/20241122025424/
- https://www.threads.net/favicon.ico
- https://www.who.int/europe/news/item/27-11-2022-putting-monkeypox-front-and-centre--two-journalists-explain-the-importance-of-continuing-to-talk-about-the-outbreak
- https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/mpox
- https://www.who.int/news-room/public-advice/protecting-yourself-from-monkeypox
- https://www.ui.ac.id/pencegahan-dan-pengobatan-monkey-pox/
- https://www.tempo.co/cekfakta/keliru-klaim-vaksin-cacar-monyet-sebagai-vaksin-eksperimental-dan-dikaitkan-sebagai-penyakit-lgbt-1165122 /cdn-cgi/l/email-protection#4724222c21262c33260733222a3728692428692e23
Cek Fakta: Benjamin Netanyahu Terbaring di Rumah Sakit
Sumber:Tanggal publish: 26/11/2024
Berita
Suara.com - Baru-baru ini, media sosial ramai dengan beredarnya foto yang memperlihatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terbaring di rumah sakit. Foto tersebut disertai dengan narasi yang mengklaim Netanyahu menderita penyakit serius dan sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Tel Aviv.
Namun, setelah dilakukan penelusuran, foto tersebut terbukti sebagai konten manipulatif.
Tim Cek Fakta Kompas.com melakukan investigasi terhadap gambar yang beredar, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis keaslian foto tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa foto tersebut memiliki probabilitas 99,2 persen dibuat dengan menggunakan AI. Teknologi pendeteksi gambar AI, Hive Moderation, juga mengonfirmasi hal ini.
Selain itu, terdapat sejumlah kejanggalan dalam gambar tersebut. Misalnya, posisi tali masker yang tampak tidak sesuai dengan desain masker pada umumnya, serta perbedaan bentuk telinga Netanyahu jika dibandingkan dengan foto-foto asli yang lebih dikenal.
Sebagai contoh, foto yang diunggah oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat menampilkan wajah Netanyahu dari profil kiri, di mana bentuk telinga terlihat berbeda dengan yang ada pada foto yang beredar di media sosial.
Hingga saat ini, tidak ada pengumuman resmi atau laporan kredibel dari pemerintah Israel yang menyatakan bahwa Netanyahu sedang terbaring di rumah sakit. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa foto yang beredar tersebut adalah hasil manipulasi dan tidak menggambarkan kondisi nyata Benjamin Netanyahu.
Namun, setelah dilakukan penelusuran, foto tersebut terbukti sebagai konten manipulatif.
Tim Cek Fakta Kompas.com melakukan investigasi terhadap gambar yang beredar, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis keaslian foto tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa foto tersebut memiliki probabilitas 99,2 persen dibuat dengan menggunakan AI. Teknologi pendeteksi gambar AI, Hive Moderation, juga mengonfirmasi hal ini.
Selain itu, terdapat sejumlah kejanggalan dalam gambar tersebut. Misalnya, posisi tali masker yang tampak tidak sesuai dengan desain masker pada umumnya, serta perbedaan bentuk telinga Netanyahu jika dibandingkan dengan foto-foto asli yang lebih dikenal.
Sebagai contoh, foto yang diunggah oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat menampilkan wajah Netanyahu dari profil kiri, di mana bentuk telinga terlihat berbeda dengan yang ada pada foto yang beredar di media sosial.
Hingga saat ini, tidak ada pengumuman resmi atau laporan kredibel dari pemerintah Israel yang menyatakan bahwa Netanyahu sedang terbaring di rumah sakit. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa foto yang beredar tersebut adalah hasil manipulasi dan tidak menggambarkan kondisi nyata Benjamin Netanyahu.
Hasil Cek Fakta
Kesimpulan
Foto yang mengklaim menunjukkan Benjamin Netanyahu terbaring di rumah sakit adalah konten manipulatif yang dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan dan tidak dapat dipercaya sebagai gambar asli.
Halaman: 328/6300