• [SALAH] Foto Sandiaga Uno membawa dokumen “SEJARAH HITAM DKI”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 18/11/2019

    Berita

    Gambar suntingan. Foto aslinya, kertas yang dibawa Sandiaga adalah tanda terima Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 14 Agustus 2018. LHKPN merupakan salah satu syarat untuk verifikasi KPU sebagai calon peserta pilpres 2019.

    Akun Longgar Longgar (fb.com/nusa.nusa.7146) mengunggah sebuah gambar yang menampilkan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dengan narasi :

    “cebong selalu Mencemooh Pak Anies, tp dia Lùpa Jakarta pernah punya Gubernur Yang memiliki Sejarah Hitam.”

    Di gambar, terdapat kertas yang dipegang oleh Sandiaga dengan narasi;
    “SEJARAH HITAM DKI
    Pernah punya Gubernur yg Istrinya selingkuh selama 7 tahun.
    Bahkan Gubernur tersebut pernah di penjara selama 2 tahun”

    dan “YG JELAS BUKAN MR. TUKUL”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    foto Sandi yang seolah sedang membawa kertas bertuliskan “Sejarah Hitam DKI” merupakan hasil editan. Foto itu diambi oleh juru foto ANTARA bernama Sigid Kurniawan.

    Foto yang diambil di depan gedung KPK, Selasa 14 Agustus 2018 itu, salah satunya tayang di Tempo.co dengan artikel berjudul “Triliunan, Ini Angka Kekayaan Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto”.

    Foto aslinya, kertas yang dibawa Sandi tidak bertuliskan “Sejarah Hitam DKI”, melainkan berisi tanda terima Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Saat itu, Sandi maju sebagai bakal calon wakil presiden.

    Foto itu berisi keterangan bertuliskan:
    Bakal calon wakil presiden dalam pilpres 2019, Sandiaga Uno (kanan), menunjukkan tanda terima laporan harta kekayaan penyelenggara negara di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 14 Agustus 2018. LHKPN merupakan salah satu syarat untuk verifikasi KPU sebagai calon peserta pilpres 2019. ANTARA/Sigid Kurniawan.

    Sedangkan narasi “SEJARAH HITAM DKI
    Pernah punya Gubernur yg Istrinya selingkuh selama 7 tahun. Bahkan Gubernur tersebut pernah di penjara selama 2 tahun” adalah narasi sindiran. Sindiran ini ditunjukkan kepada Gubernur sebelum era Gubernur Anies Baswedan, Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] “Di Rusia Juga Ada Yang Bersholawat”

    Sumber: www.facebook.com
    Tanggal publish: 18/11/2019

    Berita

    Sebuah video beredar melalui media sosial Facebook mengenai seorang wanita yang tengah melantunkan sholawat badar, yang diklaim terjadi di Rusia. Namun setelah ditelusuri, melalui beberapa akun Youtube, tidak benar bahwa lokasi dalam video tersebut terjadi di Rusia.

    NARASI:

    Di Rusia jg ada yg bersholawat,,

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN: Sebuah akun Facebook bernama @MuhammadNur membagikan sebuah video berdurasi 30 detik pada 11 November 2019. Yang terlihat dalam video tersebut adalah seorang wanita tengah melantunkan sholawat badar yang juga diikuti oleh para penonton. Dalam klaimnya, @MuhammadNur menyebut bahwa lokasi dalam video tersebut adalah di Rusia.

    Namun setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, belakangan diketahui bahwa video tersebut terjadi bukan di Rusia melainkan di Bosnia Herzegovina. Hal tersebut terungkap melalui tayangan video di situs web berbagi video Youtube. Video yang diunggah melalui Youtube dan diberi judul “Kehebatan Shafirah Khasif” diunggah pada 26 Maret 2018.

    Bisa disimpulkan bahwa klaim seperti halnya yang disebut oleh @MuhammadNur mengenai tempat kejadian tersebut adalah di Rusia tidak benar adanya. Hal tersebut mengacu kepada ketidaksesuaian narasi dengan video yakni dari segi lokasi.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Video Produksi Beras Plastik

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 18/11/2019

    Berita

    Mesin yang terlihat dalam video adalah granulator plastik yang menghasilkan pelet plastik daur ulang, bukan beras plastik.
    Merupakan bahan baku setengah jadi untuk membuat kembali produk plastik. Alasan mengapa dibuat menjadi butiran adalah untuk memudahkan penyimpanan dan transportasi.

    [NARASI]

    *) Sereem iiiiih beras dari kantong plastik….penjahat bnget nieeh orng..

    *) Ya allah beras plastik…
    Jauhkanlah kita dari beras ini

    Hasil Cek Fakta

    [PENJELASAN]

    Baru-baru ini beredar kembali video yang diklaim sedang memproduksi beras plastik.
    Sebelumnya video tersebut telah diposting oleh akun facebook Ida Idha [https://www.facebook.com/ida.idha.92] https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=373854746282794&id=100009748153079 pada 13 November 2016 pukul 10:27. Dalam postingannya Ida menambah narasi “Sereem iiiiih beras dari kantong plastik….penjahat bnget nieeh orng..”. Postingan ini sudah dibagikan 97.209 kali.

    Pada 1 Oktober 2019 akun Facebook Rini Cono [https://www.facebook.com/rini.cono] juga memposting video yang sama (https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=418061165754514&id=100026519024354) kali ini Rini menambahkan narasi “Ya allah beras plastik…
    Jauhkanlah kita dari beras ini” selanjutnya postingan ini sudah dibagikan sebanyak 96.193 kali.

    Dikutip dari cek fakta yang dilakukan liputan6.com, situs berbahasa Mandarin sohu.com pada 8 Mei 2017 memberikan penjelasan terkait video yang viral, yang mirip dengan apa yang diunggah akun Facebook Ida Idha dan Rini Cono.

    Dalam artilkel tersebut dijelaskan bahwa apa yang terpampang dalam video bukan menunjukkan proses produksi beras plastik.

    Mesin yang terlihat dalam video adalah granulator plastik yang menghasilkan pelet plastik daur ulang.

    “Butiran tersebut adalah bahan baku setengah jadi untuk membuat kembali produk plastik. Alasan mengapa dibuat menjadi butiran adalah untuk memudahkan penyimpanan dan transportasi,” demikian dimuat sohu.com.

    Juga disebutkan dalam artikel bahwa harga pelet plastik itu lebih mahal dari beras.

    KESIMPULAN:

    Tidak benar dalam video yang diunggah tersebut merupakan pembuatan beras plastik. Melainkan proses pembuatan pelet plastik atau biji plastik untuk selanjutnya dijadikan bahan baku pembuatan produk plastik.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [SALAH] Spanduk “Warga Nahdliyin Rindu Khilafah” Milik NU

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 18/11/2019

    Berita

    Spanduk itu bukan milik NU. Menurut Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini, spanduk tersebut mencatut nama warga NU. Spanduk itu muncul bukan pada 2003 seperti yang tertulis di klaim, melainkan pada 2007 saat Konferensi Khilafah Internasional di Stadion Gelora Bung Karno. Tidak ada perwakilan PBNU yang menghadiri Konferensi Khilafah Internasional pada 2007.

    Akun Volt (fb.com/profile.php?id=100008426552066) menunggah sebuah gambar dengan narasi “Sebelum ada penunggang gelap yg bernama SEKULER.”

    Foto dalam gambar menampilkan suasana di salah satu sudut sebuah stadion yang dipenuhi orang berpakaian putih. Terdapat juga dua bendera yang diikatkan di pagar. Pada bagian kiri atas foto, terdapat tulisan “sektor 11”.

    Di gambar tersebut, terdapat narasi sebagai berikut :

    “NU sebelum di jangkiti penyakit sekuler”

    Spanduk yang bertuliskan “WARGA NAHDLIYIN RINDU KHILAFAH” dan logo NU.

    “Nemu foto thn 2003 sebelum SAS jadi ketua PBNU. Ayoo podho melek NU sing manut mbah Hasyim kwi iki do matla’ah ben ngerti !!”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    1. Waktu Pengambilan Foto
    Tim CekFakta Tempo melakukan pencarian gambar di Google dengan kata kunci “Warga NU Rindu Khilafah”. Hasilnya, muncul sebuah foto yang identik dengan foto di atas, namun diambil dari sudut pandang yang berbeda. Foto itu digunakan dalam artikel opini dengan judul “NU, NKRI dan Khilafah” di situs Visimuslim.org yang dimuat pada 25 April 2013.

    Dalam foto ini, tidak tampak tribun stadion dengan tulisan “sektor 11”. Namun, terdapat spanduk yang bertuliskan “Warga Nahdliyin Rindu Khilafah” serta dua bendera yang diikatkan ke pagar. Selain itu, terdapat backdrop di kanan atas foto yang bertuliskan “Konferensi Khilafah Internasional 2007”.

    Tempo pun menelusuri pemberitaan mengenai Konferensi Khilafah Internasional 2007. Konferensi itu diberitakan oleh BBC Indonesia pada 12 Agustus 2007. Menurut berita tersebut, konferensi yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno itu diselenggarakan oleh Hizbut Tahir Indonesia (HTI).

    Dalam berita tersebut, disebutkan pula bahwa konferensi itu bertujuan untuk menegakkan kembali khilafah. Juru bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto, mengatakan khilafah dan syariah Islam adalah cara terbaik untuk menyelesaikan berbagai masalah dunia Islam.

    Menjelang konferensi, panitia menyebut nama pejabat dan tokoh dari berbagai organisasi Islam, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, yang bakal hadir. Namun, menurut BBC Indonesia, yang benar-benar hadir hanya Ketua Umum Pengurus Pusat Muhamadiyah, Dien Syamsuddin, serta ulama Abdullah Gimnastiar alias AA Gim.

    Dalam arsip pemberitaan Tempo edisi 12 Agustus 2007, niat HTI untuk mengundang sejumlah tokoh dalam Konferensi Khilafah Internasional 2017 tidak terlalu sukses. Dari begitu banyak tokoh yang diundang, hanya hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dien Syamsuddin; Abdullah Gymnastiar; dan Fuad Bawazier. Nama lain seperti Amien Rais, Kyai Haji Zainuddin MZ, dan Adyaksa Dault abstain tanpa alasan yang jelas.

    2. Nama NU Dicatut
    Tempo pun menghubungi Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU, Helmy Faishal Zaini, untuk mengkonfirmasi spanduk yang bertuliskan “Warga Nahdliyin Rindu Khilafah” itu. Dia menegaskan bahwa spanduk dalam foto yang diunggah akun Volt tersebut mencatut nama warga NU.

    Menurut Helmy, sejak 1984, yakni dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Situbondo, Jawa Timur, NU telah menyatakan bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final Indonesia. “Atas dorongan dari Kyai Haji Ahmad Shidiq dan Gus Dur (Kyai Haji Abdurrahman Wahid),” kata Helmy pada Rabu, 13 November 2019.

    Bukan kali itu saja nama NU dicatut. Dikutip dari situs resmi PBNU, nama salah satu badan otonom NU, Pagar Nusa, dicatut dalam spanduk yang dipasang di Muktamar Khilafah 2013 yang diselenggarakan HTI pada 2 Juni 2013. Dalam spanduk itu, tercantum tulisan “Pagar Nusa Wilayah Tanjungsari-Sumedang Siap Mengawal Tegaknya Syariah dan Khilafah”.

    Menurut Sekretaris Pengurus Cabang NU Kabupaten Sumedang, Aceng Muhyi, Pagar Nusa di Sumedang hanya ada di tingkat pimpinan cabang atau kabupaten, belum ada di tingkat kecamatan. Tanjungsari merupakan salah satu kecamatan di Sumedang. Aceng pun menegaskan bahwa spanduk-spanduk itu palsu dan tidak terkait dengan Pengurus Cabang NU Kabupaten Sumedang.

    3. NU dan Paham Khilafah
    Mustasyar PBNU, Kyai Haji Muchith Muzadi, menegaskan bahwa NU menolak gagasan dan sistem Khilafah Islamiyah (Pemerintahan Islam). “NU memiliki khittah (landasan) sendiri. NU tidak memaksakan syariat Islam dalam sebuah negara, apalagi dengan cara kekerasan. Berbeda dengan kelompok liberal yang menolak syariat agama dalam bentuk apapun,” katanya pada 21 Agustus 2007.

    Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, pun pernah menyatakan harapannya agar khilafah tidak benar-benar berdiri di Indonesia. Hal itu diungkapkannya setelah PBNU bertemu dengan Pengurus Pusat Muhammadiyah pada 31 Oktober 2018.

    “Saya baca, kalau enggak salah, 2024 harus sudah ada khilafah di ASEAN ini, termasuk di Indonesia. Mudah-mudahan mimpi ini tidak terjadi, tidak akan terlaksana, berkat NU dan Muhammadiyah sebagai ormas menjaga civil society, menjaga konstitusi empat pilar bahasa politiknya, dulu, sekarang, dan seterusnya,” katanya.

    Said Aqil tak segan menyebut bahwa pihak yang bermimpi mendirikan khilafah adalah HTI. Dia pun menegaskan bakal melawan siapa pun yang merongrong Indonesia.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini