• [SALAH] Terciduk! Diduga Oknum BAIS TNI PROVOKASI Massa di Aksi 22 Mei dan Menyudutkan POLRI

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 25/07/2019

    Berita

    “Informasi yang disebar bersama video itu adalah hoax. Data tentang Serma Aris dalam video viral tersebut adalah data palsu yang dibuat orang yang tidak tahu tentang TNI AD,” kata Kapuspen TNI, Mayjen Sisriadi dalam keterangan tertulis, Jumat (24/5/2019). Selengkapnya di bagSebuah video viral memperlihatkan pria memprovokasi massa di dalam masjid.

    Di akun youtube pengunggah video tersebut, dituliskan narasi sebagai berikut :
    “#TangkapProvokator#BAISTNI#PERUSUHNKRI
    Oknum BAIS TNI Provokasi Massa Aksi 22 Mei
    JAKARTA- Salah satu oknum anggota TNI yang diduga berperan memprovokasi massa di Aksi 22 Mei terungkap.
    Hal tersebut terungkap terkait beredarnya video provokatif yang diduga dilaksanakan di Masjid AL ISLAH Petamburan, Jakarta Barat.
    Adapun biodata salah satu provokator adalah anggota Intelijen TNI AD bernama Serma Inf Aris oknum Intel AD diketahui Dikjur Intel di Pusdik BAIS TNI Cilendek, Bogor, Jawa Barat sewaktu berpangkat Sertu. Data yang berhasil dihimpun, riwayat kepangkatannya adalah Tamtam 1996 dengan mendapatkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) pada tahun 1988 dan Secaba Reg AD angkatan 2005 dari kesatuan Yonif 315/Garuda, Bogor, Jawa Barat.
    Informasi yang beredar, diketahui Serma Aris juga aktif di grup Bakor Intelijen, yang bersangkutan merupakan salah satu penetran TNI AD yang sempat mengikuti pembentukan dan dilatih di gunung pancar Bogor dibawah pimpinan pelatihan Mayor Iwan alias kurniawan yang katanya mantan ajudan Prabowo.
    Selanjutnya, informasi yang berhasil dihimpun diketahui Serma Aris juga merupakan salah satu pengendali operasi cipkon di beberapa daerah termasuk wilayah Jateng, Jabar dan Jatim.
    Dalam video yang beredar, kegiatan pertemuan di masjid Al Islah Petamburan tersebut, tampak Serma Aris menyampaikan pendapat provokatif yang condong menyudutkan Polri dan memprovokasi untuk melakukan gerakan perlawanan terhadap Polri.”ian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    TNI menegaskan informasi yang menyebutkan pria itu oknum TNI adalah hoax.

    Kapuspen TNI, Mayjen Sisriadi, memberi klarifikasi terkait video viral dengan judul ‘Terciduk! Diduga Oknum BAIS TNI PROVOKASI Massa di Aksi 22 Mei dan Menyudutkan POLRI’. Video itu disebut diambil seseorang di Masjid Al-Ishlah, Petamburan, pada 22 Mei 2019 pukul 11.45 WIB saat kerusuhan terjadi.

    Sisriadi mengatakan personel yang berpakaian loreng adalah anggota Yonif 315 yang BKO Kodam Jaya yang ditugaskan di Petamburan. Personel itu sedang melakukan pendekatan kepada tokoh agama untuk menenangkan massa yang emosional, tiba-tiba masuk seseorang ke dalam mesjid dan menyampaikan ujaran provokatif.

    Berdasarkan informasi masyarakat sekitar Masjid Al-Ishlah, orang yang melakukan provokasi tersebut tidak dikenal dan bukan warga Petamburan.

    “Informasi yang disebar bersama video itu adalah hoax. Data tentang Serma Aris dalam video viral tersebut adalah data palsu yang dibuat orang yang tidak tahu tentang TNI AD,” kata Sisriadi dalam keterangan tertulis, Jumat (24/5/2019).

    Sisriadi lalu menjabarkan hal-hal yang membuktikan tuduhan oknum itu anggota TNI adalah informasi palsu. Berikut ini datanya:

    – Penyebutan nama ditambah pangkat dan korps (Serma Inf Aris) adalah data palsu. Yang benar, Bintara TNI AD tidak memiliki korps.

    – Disebutkan yang bersangkutan lulusan Secaba tahun 2005 adalah data palsu. Yang benar, lulusan Secaba tahun 2005 baru akan berpangkat Serma paling cepat pada 1 April 2021.

    – Berdasarkan daftar nominatif personil Yonif 315, tidak ada anggota Yonif 315 bernama Serma Aris.

    “Kesimpulan: informasi yang disebarluaskan bersama video yang diunggah dari YouTube https://youtu[dot]be/cOFapD_1TzE adalah hoax, yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan TNI dan untuk melemahkan soliditas TNI-Polri,” ungkap Sisriadi.

    “TNI tetap berkomitmen untuk mem-back up Polri dalam pelaksanaan pengamanan Pemilu 2019,” tegasnya.

    Rujukan

    • Mafindo
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [BERITA] Berawal dari Ketahuan Beli Kertas Papir, Ini 5 Fakta Kasus Ganja Jefri Nichol

    Sumber:
    Tanggal publish: 25/07/2019

    Hasil Cek Fakta

    JAKARTA, KOMPAS.com - Artis peran, Jefri Nichol dan sutradara berinisial RE diamankan kepolisian atas kasus penyalahgunaan narkotika jenis ganja pada Senin (22/7/2019) lalu. Jefri ditangkap di apartemennya yang berada di kawasan Kemang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sementara RE diamankan di kediamannya yang juga berada di kawasan Kemang. Berikut fakta-fakta mengenai penangkapan Jefri Nichol:
    1. Kedapatan beli kertas papir Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Indra Jafar mengatakan penangkapan Jefri berawal saat petugas dari Satuan Narkoba mendapati Jefri sedang membeli kertas papir di kawasan Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Saat itu petugas langsung mengintrogasi Jefri namun ia terbata-bata dalam menjawab pertanyaan kepolisian. Pengakuan Jefri Nichol Setelah Jadi Tersangka Penyalahgunaan Ganja "Terus coba dikembangkan dan setelah sampai di tempat tinggal ditemukan barang bukti obat narkoba jenis ganja seberat 6,01 gram disimpan di kulkas," kata Indra di kantornya, Rabu (24/7/2019).
    2. Tangkap sutradara berinisial RE Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Vivick Tjangkung menyampaikan, beberapa jam setelah penangkapan Jefri, pihaknya mengamankan seorang sutradara berinisial RE. "Orang tersebut berinisial RE ditangkap pada saat di rumahnya di wilayah Kemang," ujar Vivick. Dalam penangkapan tersebut, polisi mengamankan barang bukti berupa ganja seberat 15 gram. Dari hasil interogasi, RE mengakui bahwa ia menggunakan ganja bersama-sama dengan Jefri dengan motif coba-coba.
    3. Dapatkan ganja gratis Lebih lanjut Indra menyampaikan, ganja tersebut didapatkan dari seorang DPO (daftar pencarian orang) berinisial T. "(Tersangka) kami periksa, termasuk juga ada DPO inisial T, pemasok (ganja) itu," ucap Indra Ganja tersebut diberikan T pada tanggal 5 Juli 2019 sekitar pukul 11.00 WIB di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Jefri Nichol Dapat Ganja Gratis dari Seorang Berinisial T Ia memberikan barang haram tersebut kepada Jefri dan RE secara cuma-cuma. "Yang bersangkutan (Jefri dan RE) memang awalnya ajakan (dari T), kemudian biar daya tahan tubuh lebih kuat," kata dia.
    4. Baru dua kali gunakan ganja Kepada Wartawan, Jefri menyebutkan baru dua kali menggunakan barang haram tersebut. "Baru dua kali (dalam) seminggu. Kedua itu 19 Juli pertama 17 Juli," kata Jefri di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Rabu. Ia mengaku sangat menyesal dan suatu kebodohan bagi dirinya telah mengonsumsi ganja.
    5. Pakai ganja untuk persiapan film Selain itu, Jefri mengaku mencoba menggunakan ganja karena dirinya sangat tegang dalam persiapan shooting film layar lebar. "(Saya) sangat tegang, karena persiapan film juga akhirnya kebodohan saya mencoba itu untuk lebih rileks," ucapnya. Ia berharap dengan tertangkapnya dirinya bisa menjadi contoh bagi orang-orang untuk menghindari mengkonsumsi narkoba.
    Penulis : Jimmy Ramadhan Azhari
    Editor : Jessi Carina

    Rujukan

    • Kompas
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [BERITA] Pangdam Udayana Tolak Istilah Islam Radikal

    Sumber:
    Tanggal publish: 17/05/2018

    Berita

    Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Benny Susianto mengikuti pertemuan dengan Kapolda Bali dan tokoh-tokoh masyarakat serta agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali. Ini termasuk langkah preventif untuk memastikan Bali aman dari aksi terorisme. Mantan wakil komandan jenderal (wadanjen) Akademi TNI ini mengatakan, pihaknya mengajak tokoh-tokoh agama untuk menyebarkan ajaran baik kepada masyarakat. Pihaknya juga meminta umat Islam legawa jika mungkin terdapat komponen masyarakat di luar Muslim yang mencibir Islam.
    "Jika ada yang mencibir kepada kita, jangan ditanggapi berlebihan. Namun, jika ada provokasi, catat dan laporkan," katanya kepada Republika, Kamis (17/5).
    Benny juga mengajak umat non-Muslim untuk bersama-sama memahami bahwa aksi terorisme dilakukan kelompok radikal. Istilah 'Islam radikal' itu tidak ada sebab tidak satu pun ajaran agama mengajarkan perbuatan radikal. "Agama mana pun tidak ada yang mengajarkan radikalisme. Tidak ada Islam yang radikal. Jika ada oknum yang melakukan tindakan radikal menggunakan atribut Muslim maka mereka adalah kelompok radikal," katanya.
    Benny mengatakan, masih ada sutradara besar di balik sejumlah serangan teroris yang terjadi di beberapa kota di Indonesia. Tujuan mereka adalah menghancurkan keragaman masyarakat.
    "Keragaman harus kita jadikan kekuatan, bukan perbedaan," katanya.
    Seluruh pimpinan lembaga umat di Kabupaten Badung menggelar doa bersama beberapa waktu lalu. Mereka adalah Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Musyawarah Pelayanan Antar Gereja (MPAG), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Kabupaten Badung.
    "Semoga umat beragama di Badung, terutama Bali, diberikan kekuatan lahir batin sehingga seluruh masyarakat semakin teguh dan bersatu menegakkan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," ujarnya.
    Kepolisian Daerah (Polda) Bali sejak terjadinya teror di Mako Brimob Jakarta telah menetapkan status Bali siaga satu. Teror bom di Surabaya dan Riau membuat aparat di wilayah hukum Polda Bali mempertahankan status tersebut.
    "Kami tetap waspada, patroli dan menyisir seluruh tempat," kata Kepala Bidang Humas Polda Bali AKBP Hengky Widjaja.

    Hasil Cek Fakta

    Rujukan

    • Republika Online
    • 1 media telah memverifikasi klaim ini

  • [BERITA] Ini Pesan Ajakan Mengebom Massal yang Disebar Guru di Garut

    Sumber:
    Tanggal publish: 21/05/2019

    Berita

    Polisi menangkap seorang guru di Kabupaten Garut lantaran menyebarkan ajakan pengeboman massal di Jakarta pada 22 Mei 2019. Guru berinisial AS (54) itu menyebar ajakannya via WhatsApp. Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan AS menyebar ajakan itu di sejumlah grup WhatsApp. "Modusnya saat ini didapat dengan konten kata-kata di dalam WhatsApp di HP yang bersangkutan," ujar Truno kepada wartawan di Mapolres Garut, Jalan Sudirman, Karangpawitan, Selasa (21/5/2019).

    Begini isi pesan tersebut :

    MARI HANCURKAN PERUSAK NKRI

    UNDANGAN PENGEBOMAN MASSAL DI JAKARTA!!!

    PERANG BADAR DI LAKUKAN KETIKA RAMADHAN, MARI KITA BERPERANG DI BULAN RAMADHAN INI, INGAT TANGGAL 21-22 MEI !!!
    Baca juga: Guru di Garut Gunakan WhatsApp Sebar Ajakan Mengebom KPU Pusat

    CATATAN: Bagi yang ingin membantu jihad kami, dapat data ke Jl HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta untuk mengambil peralatan peledakan (jangan membawa antum)

    #2019PrabowoHarusPresiden
    #KPUCurang.

    Melansir dari merdeka.com, AS diketahui sebagai guru ASN yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di salah satu SMA Negeri di Garut. Ia membagikan pesan teror ancaman pengeboman massal di Jakarta pada 21-22 Mei. Diantara grup yang dikirimi pesan tersebut adalah PAI, media Islam, sedulur Banten, SGT, dan Indonesia for Palestin.
    Adapun untuk lokasi ancaman pengeboman tersebut, Trunoyuda menyebut bahwa hanya dituliskan nama Jakarta saja, tidak ada lokasi jelas yang dituliskan. "Yang jelas ini semua hoaks dan pelaku asal menyebarkan informasi yang diterimanya. Kami masih mendalami darimana pelaku dapat informasi tersebut," katanya.
    Selain itu Trunoyudo menyebut bahwa AS posisinya sebagai penyebar pesan saja ke grup dan kontak whatsapp miliknya. Untuk pembuat pesan itu sendiri, berdasarkan pengakuan AS bukanlah dirinya. Pihak kepolisian sendiri terus melakukan pendalaman untuk pembuat pesannya. Pihak kepolisian sendiri mengamankan sejumlah barang bukti dalam kasus tersebut, seperti smartphone milik AS dan saksi. Selain itu juga, pihak kepolisian mengambil postingan twitter akun atas nama Nona Cebong Manado.

    Hasil Cek Fakta

    Rujukan

    • Detik
    • Merdeka.com
    • 2 media telah memverifikasi klaim ini