Hoax Politik dan (Minimnya) Keteladanan Elit
Dalam acara talkshow Opini Dua Sisi bersama Aviliani Malik Senin 28 Agustus 2017, saya menyoroti fenomena sindikat bisnis hoax ini dari dua sisi. Pertama, betapa seriusnya persoalan literasi digital di masyarakat kita. Masyarakat kita terlanjur menggunakan gadget dan media sosial, tapi banyak yang belum mengetahui rambu-rambunya baik dari sudut pandang budaya, agama, hukum. Ibarat anak-anak langsung naik motor di jalanan, tanpa belajar rambu-rambunya terlebih dahulu. Kedua, hoax yang paling banyak disebar belakangan ini adalah hoax terkait issue sosial politik dan SARA, atau yang saling terkait diantaranya. Dan hoax jenis ini yang paling berbahaya, karena bisa men-trigger konflik horizontal di akar rumput. Saya menyoroti minimnya keteladanan dari para elit politik dalam berkompetisi di era digital ini. Tidak banyak dari mereka yang mampu menjaga martabat dengan menjauhkan kebencian dan kebohongan hanya untuk memenuhi nafsu memenangkan sebuah kontestasi, dengan mengorbankan kedamaian masyarakat. Mereka gagal menjadi role model yang memberikan contoh, bagaimana seharusnya berkompetisi secara sehat dan positif, tanpa menggunakan hoax dan kebencian untuk menjatuhkan lawan politiknya.
[INFORMASI] Hoax Politik dan (Minimnya) Keteladanan Elit
Sumber:Tanggal publish: 29/08/2017
Berita
Hasil Cek Fakta
Rujukan
[INFORMASI] Menyikapi Penangkapan Pelaku Terduga Sindikat Berita Hoax
Sumber:Tanggal publish: 29/08/2017
Berita
Tertangkapnya beberapa pelaku yang diduga sindikat berita hoax yang selama ini meresahkan atmosfer media sosial membuka mata bahwa ada beberapa pihak yang memanfaatkan rendahnya literasi digital masyarakat dan situasi bangsa yang masih tepolarisasi, untuk menyebarkan perpecahan dan permusuhan di media sosial dengan menggunakan berita hoax/hasut/fitnah.
Untuk itu kami mengapresiasi Kepolisian Republik Indonesia yang telah meningkatkan upaya pemberantasan terhadap sindikat berita hoax seperti ini, dengan melakukan investigasi dan penangkapan terhadap anggota terduga sindikat berita hoax. Kami juga menghimbau masyarakat untuk selalu memastikan penggunaan media sosial yang sesuai dengan kaidah norma, kaidah hukum, dan kaidah agama.
Kami menghimbau para pelaku edukasi di masyarakat, baik guru, dosen, ustadz, tokoh agama, komunitas, aktivis, untuk memasukkan materi edukasi literasi, termasuk literasi media sosial, dalam pengajarannya. Dibutuhkan peran aktif dari media arus utama, lembaga pemerintah, NGO, perusahaan sosial media, asosiasi jurnalis, untuk saling bersinergi dalam menyerukan pentingnya literasi ini. Hanya dengan bergerak bersama-sama, maka bangsa Indonesia bisa terbebas dari pemanfaatan media sosial yang negatif sekaligus menghindari perpecahan masyarakat, dan mengambil kekuatan positif media sosial sebagai katalis bagi sinergi dan percepatan pembangunan bangsa.
Untuk itu kami mengapresiasi Kepolisian Republik Indonesia yang telah meningkatkan upaya pemberantasan terhadap sindikat berita hoax seperti ini, dengan melakukan investigasi dan penangkapan terhadap anggota terduga sindikat berita hoax. Kami juga menghimbau masyarakat untuk selalu memastikan penggunaan media sosial yang sesuai dengan kaidah norma, kaidah hukum, dan kaidah agama.
Kami menghimbau para pelaku edukasi di masyarakat, baik guru, dosen, ustadz, tokoh agama, komunitas, aktivis, untuk memasukkan materi edukasi literasi, termasuk literasi media sosial, dalam pengajarannya. Dibutuhkan peran aktif dari media arus utama, lembaga pemerintah, NGO, perusahaan sosial media, asosiasi jurnalis, untuk saling bersinergi dalam menyerukan pentingnya literasi ini. Hanya dengan bergerak bersama-sama, maka bangsa Indonesia bisa terbebas dari pemanfaatan media sosial yang negatif sekaligus menghindari perpecahan masyarakat, dan mengambil kekuatan positif media sosial sebagai katalis bagi sinergi dan percepatan pembangunan bangsa.
Hasil Cek Fakta
Rujukan
[DISINFORMASI] Umat Budha di Indonesia Disebut Hanya Diam Melihat Kekerasan Yang Menimpa Suku Rohingya di Myanmar
Sumber: Media SosialTanggal publish: 31/08/2017
Berita
UMAT BUDHA INDONESIA TIDAK PERNAH MENGECAM
KEJAHATAN KEMANUSIAAN BIKSU BUDHA TERHADAP ROHINGYA
DIAM ARTINYA SETUJU
KEJAHATAN KEMANUSIAAN BIKSU BUDHA TERHADAP ROHINGYA
DIAM ARTINYA SETUJU
Hasil Cek Fakta
Hasil penelusuran melalui google akan sangat mudah ditemui kecaman dan penolakan dari umat Budha terhadap tragedi kemanusiaan di Myanmar. Dan ini sudah konsisten dilakukan sejak beberapa tahun belakangan. Melansir dari viva.co.id pada tahun 2013, "Sekertaris Jenderal Sangha Agung Indonesia (Sagin), Bhiksu Bhadraruci menyampaikan duka yang mendalam atas berlanjutnya krisis kemanusiaan yang menimpa kelompok etnis Rohingya di negara bagian Rakhine pertengahan tahun lalu, dan kelompok minoritas muslim lainnya di Burma Tengah dan utara Rangoon baru-baru ini".
Rujukan
[KLARIFIKASI] Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring Sebar Hoax
Sumber: Media SosialTanggal publish: 04/09/2017
Berita
LAPORAN
Live on the spot oleh Yang Dipertuan Agung Kakanda Tifatul Sembiring, mantan mentri kominfo, anggota DPR bahwa Tsunami Aceh thn 2004 disebabkan oleh Junta Militer Myanmar juga.
Sekian dan terima kasih
Live on the spot oleh Yang Dipertuan Agung Kakanda Tifatul Sembiring, mantan mentri kominfo, anggota DPR bahwa Tsunami Aceh thn 2004 disebabkan oleh Junta Militer Myanmar juga.
Sekian dan terima kasih
Hasil Cek Fakta
Klarifikasi dari Tifatul Sembiring melalui akun Twitternya @tifsembiring,”@sahaL_AS iya maaf lahir bathin mas Sahal, sudah saya delete. Substansi yg ingin saya ungkapkan: telah terjadi genosida di Myanmar…”
Saat dimintai konfirmasi, Tifatul meminta maaf karena sempat mem-posting foto tersebut. Ia juga meminta maaf kepada Akhmad Sahal, yang turut di-cc oleh Tifatul. “Bisa saja kita salah dalam menerima. Salah kita koreksi, kan begitu. Koreksi yang penting. Itu pun cc ke Akhmad Sahal. Saya minta maaf ke dia. Biasa saja,” ucap Tifatul di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/9/2017).”
Saat dimintai konfirmasi, Tifatul meminta maaf karena sempat mem-posting foto tersebut. Ia juga meminta maaf kepada Akhmad Sahal, yang turut di-cc oleh Tifatul. “Bisa saja kita salah dalam menerima. Salah kita koreksi, kan begitu. Koreksi yang penting. Itu pun cc ke Akhmad Sahal. Saya minta maaf ke dia. Biasa saja,” ucap Tifatul di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/9/2017).”
Rujukan
Halaman: 6087/6697