Suara.com - Media sosial diramaikan dengan narasi terkait kasus pagar laut Tangerang yang sempat menghebohkan publik.
Kali ini narasi tersebut terkait klaim yang menyebut jika pagar laut kini diganti beton.
Adapun video itu dibagikan akun TikTok dani30167 pada Kamis (6/2/2025) dengan caption:
"habis bambu terbitlah BETON" dengan tagar #pagarlaut. Sementara narasi dalam video bertuliskan:
"LAPOR KOMANDANHabis bambu terbitlah beton".
Lantas benarkah kabar yang mengklaim jika pagar laut diganti beton?
CEK FAKTA: Pagar Laut dari Bambu Diganti Beton
Sumber:Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim Pemeriksa Fakta Mafindo, mengarah ke artikel periksa fakta kompas.com, "[HOAKS] Pagar Laut dari Bambu Dicabut dan Diganti Beton"
Dari artikel yang tayang pada Kamis (6/2/2025) itu diketahui bahwa tidak ada laporan atau berita yang membuktikan pagar bambu telah diganti dengan beton.
Tim sebelumnya memasukkan kata kunci "pagar laut diganti pagar beton" ke mesin pencari Google kemudian mencari konteks asli video unggahan akun TikTok "dani30167" dengan memanfaatkan Google Lens.
Dari artikel yang tayang pada Kamis (6/2/2025) itu diketahui bahwa tidak ada laporan atau berita yang membuktikan pagar bambu telah diganti dengan beton.
Tim sebelumnya memasukkan kata kunci "pagar laut diganti pagar beton" ke mesin pencari Google kemudian mencari konteks asli video unggahan akun TikTok "dani30167" dengan memanfaatkan Google Lens.
[SALAH] Video Ricuh Sidang DPR Mendesak RUU Perampasan Aset
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 04/04/2025
Berita
Akun Facebook “Erikson Sinurat” pada Kamis (20/03/2025) mengunggah video [arsip] yang diklaim kericuhan sidang di DPR untuk mendesak RUU Perampasan Aset.
Berikut narasi lengkapnya :
"DPR-RI ricuh Yang pro rakyat Mendesak RUU Perampasan aset bagi Koruptor, Tetapi wakil ketua DPR RI menolak uu perampasan aset bagi Para koruptor"
Hingga Minggu (23/03/2025) unggahan tersebut telah dilihat 4 juta kali, disukai 37 ribu pengguna dan menuai 26 ribu komentar.
Berikut narasi lengkapnya :
"DPR-RI ricuh Yang pro rakyat Mendesak RUU Perampasan aset bagi Koruptor, Tetapi wakil ketua DPR RI menolak uu perampasan aset bagi Para koruptor"
Hingga Minggu (23/03/2025) unggahan tersebut telah dilihat 4 juta kali, disukai 37 ribu pengguna dan menuai 26 ribu komentar.
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menelusuri potongan video tersebut dengan bantuan Google Image Search. Hasil penelusuran mengarah ke video Youtube Beritasatu berjudul “Breaking News: Sidang Paripurna Ricuh” diunggah Kamis (02/10/2014).
TurnBackHoax kemudian memasukkan kata kunci “sidang paripurna ricuh menentukan pimpinan DPR” ke mesin pencarian Google. Hasil mengarah ke pemberitaan detik.com “Paripurna Penetapan Pimpinan DPR Chaos!”
Puluhan anggota dewan merangsek ke meja pimpinan sidang Popong Otje Djunjunan atau Ceu Popong untuk melontarkan protes. Kericuhan itu berlangsung saat agenda sidang memasuki pembacaan fraksi-fraksi DPR dan alat kelengkapannya.
TurnBackHoax kemudian memasukkan kata kunci “sidang paripurna ricuh menentukan pimpinan DPR” ke mesin pencarian Google. Hasil mengarah ke pemberitaan detik.com “Paripurna Penetapan Pimpinan DPR Chaos!”
Puluhan anggota dewan merangsek ke meja pimpinan sidang Popong Otje Djunjunan atau Ceu Popong untuk melontarkan protes. Kericuhan itu berlangsung saat agenda sidang memasuki pembacaan fraksi-fraksi DPR dan alat kelengkapannya.
Kesimpulan
Unggahan dengan narasi “ricuh sidang DPR mendesak RUU perampasan aset” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2025/04/04/salah-video-ricuh-sidang-dpr-mendesak-ruu-perampasan-aset/ [Google] Arsip hasil pencarian Google Image Search [Beritasatu] Breaking News: Sidang Paripurna Ricuh [Detik.com] Paripurna Penetapan Pimpinan DPR Chaos!
- https://www.facebook.com/share/r/15fswcwnLp/ (tautan asli unggahan Akun Facebook “Erikson Sinurat”)
- https://archive.ph/wip/4fhWO (arsip unggahan Akun Facebook “Erikson Sinurat”)
[SALAH] Patung Penyu 16,5 Miliar di Sukabumi Berbahan Kardus
Sumber: facebook.comTanggal publish: 04/04/2025
Berita
Akun Facebook “Jakarta Keras” pada Selasa (04/03/2025) mengunggah video [arsip] yang mengklaim patung penyu di Sukabumi senilai 16,5 miliar berbahan kardus rusak.
Berikut narasi lengkapnya :
NETIZEN PERTANYAKAN ICON PENYU 16,5 MILIAR DI SUKABUMI RUSAK, TERNYATA BAHANNYA DARI KARDUS
Hingga Sabtu (23/03/2025) unggahan tersebut telah disukai 33.000 pengguna Facebook, dan menuai 12.000 komentar.
Berikut narasi lengkapnya :
NETIZEN PERTANYAKAN ICON PENYU 16,5 MILIAR DI SUKABUMI RUSAK, TERNYATA BAHANNYA DARI KARDUS
Hingga Sabtu (23/03/2025) unggahan tersebut telah disukai 33.000 pengguna Facebook, dan menuai 12.000 komentar.
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menelusuri kebenaran klaim dengan memasukan kata kunci “patung penyu 16,5 miliar di Sukabumi berbahan kardus” ke mesin pencarian Google. Hasilnya mengarah ke artikel cnnindonesia.com “Pemprov: Patung Penyu Sukabumi Tak dari Kardus, Rp15 M untuk Alun-alun” yang tayang pada Rabu (05/03/2025).
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Jabar Indra Maha dalam keterangan tertulis kepada CNN, biaya 15,6 miliar dipergunakan untuk membangun keseluruhan kompleks alun-alun di pinggir laut. Dalam kompleks itu ada replika penyu, sarana dan prasarana seperti selfie deck, leuit, hingga gedung kuliner.
Menurut Indra, bahan kardus pada patung penyu tersebut digunakan sebagai bahan pembentuknya saja. Lanjutnya, replika penyu tersebut terbuat dari bahan resin dan fiberglass.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Jabar Indra Maha dalam keterangan tertulis kepada CNN, biaya 15,6 miliar dipergunakan untuk membangun keseluruhan kompleks alun-alun di pinggir laut. Dalam kompleks itu ada replika penyu, sarana dan prasarana seperti selfie deck, leuit, hingga gedung kuliner.
Menurut Indra, bahan kardus pada patung penyu tersebut digunakan sebagai bahan pembentuknya saja. Lanjutnya, replika penyu tersebut terbuat dari bahan resin dan fiberglass.
Kesimpulan
Unggahan dengan narasi “patung penyu 16,5 miliar di Sukabumi berbahan kardus” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2025/04/04/salah-patung-penyu-165-miliar-di-sukabumi-berbahan-kardus/ [cnnindonesia.com] Pemprov: Patung Penyu Sukabumi Tak dari Kardus, Rp15 M untuk Alun-alun”
- https://www.facebook.com/story.php?story_fbid=1074172568072540&id=100064394217181&rdid=NHdKGm3O9JeJ9wXC# (tautan asli unggahan Akun Facebook “Jakarta Keras”)
- https://archive.ph/wip/oFIwB (arsip unggahan Akun Facebook “Jakarta Keras”)
Tidak Benar Narasi Respon Imun dari Vaksin Sebabkan Keracunan
Sumber:Tanggal publish: 03/04/2025
Berita
tirto.id - Media sosial menjadi tempat beropini masyarakat secara bebas, tidak terkecuali terkait isu kesehatan. Hal ini membuat beragam narasi narasi dan teori dari siapapun bisa beredar di internet.
Tirto menemukan sebuah unggahan di platform X (dulu Twitter) seputar teori kesehatan yang mencurigakan. Unggahan dari akun @blue_berets7 (arsip) pada 12 Maret 2025 lalu, menjabarkan teori yang mengaitkan respon imun dengan reaksi tubuh yang menerima racun.
“‘Respons imun’ sebenarnya berarti orang tersebut keracunan.
Carilah asal usul kata "antibody" itu artinya antitoksin.
‘Respons imun’ adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun,” begitu bunyi cuitan akun tersebut, mengutip seorang lainnya.
Narasi ini mengaitkan respon imun yang disebut menyebabkan tubuh keracunan tersebut dengan vaksin. Narasi tersebut terdapat dalam gambar dalam unggahan. "Sebuah vaksin 'menyebabkan respons imun yang kuat,' itu berarti peningkatan antibodi, yang berarti Anda diracuni,” begitu bunyi keterangan dalam unggahan gambar dalam unggahan.
Narasi tersebut memang hanya mendapat sedikit atensi, namun tersebar di berbagai media sosial. Kami menemukan unggahan berikut dari akun Threads @auggy_auggy_ dan di unggahan Facebook "Richard Minick" berikut, yang tersebar beberapa waktu sebelumnya.
Meski tak banyak mendapat respon dari netizen, narasi soal kesehatan seperti ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berkepanjangan, sehingga perlu dicek kebenarannya.
Lalu, benarkah narasi yang mengaitkan respon imun dari vaksin dengan keracunan?
Tirto menemukan sebuah unggahan di platform X (dulu Twitter) seputar teori kesehatan yang mencurigakan. Unggahan dari akun @blue_berets7 (arsip) pada 12 Maret 2025 lalu, menjabarkan teori yang mengaitkan respon imun dengan reaksi tubuh yang menerima racun.
“‘Respons imun’ sebenarnya berarti orang tersebut keracunan.
Carilah asal usul kata "antibody" itu artinya antitoksin.
‘Respons imun’ adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun,” begitu bunyi cuitan akun tersebut, mengutip seorang lainnya.
Narasi ini mengaitkan respon imun yang disebut menyebabkan tubuh keracunan tersebut dengan vaksin. Narasi tersebut terdapat dalam gambar dalam unggahan. "Sebuah vaksin 'menyebabkan respons imun yang kuat,' itu berarti peningkatan antibodi, yang berarti Anda diracuni,” begitu bunyi keterangan dalam unggahan gambar dalam unggahan.
Narasi tersebut memang hanya mendapat sedikit atensi, namun tersebar di berbagai media sosial. Kami menemukan unggahan berikut dari akun Threads @auggy_auggy_ dan di unggahan Facebook "Richard Minick" berikut, yang tersebar beberapa waktu sebelumnya.
Meski tak banyak mendapat respon dari netizen, narasi soal kesehatan seperti ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berkepanjangan, sehingga perlu dicek kebenarannya.
Lalu, benarkah narasi yang mengaitkan respon imun dari vaksin dengan keracunan?
Hasil Cek Fakta
Tirto mencoba membedah narasi yang disampaikan di media sosial soal reaksi imun dari vaksin yang menyebabkan keracunan. Mengutip MedlinePlus, respon imun didefinisikan sebagai cara tubuh mengenali dan mempertahankan diri terhadap bakteri, virus, dan zat yang tampak asing dan berbahaya.
MedlinePlus adalah situs bagian dari layanan National Library of Medicine (NLM), perpustakaan medis terbesar di dunia, yang merupakan bagian dari National Institutes of Health (NIH).
Berdasar penjelasan lebih lanjut, sistem imun disebut akan melindungi tubuh dari zat yang berbahaya. Paparan dari berbagai zat berbahaya akan memacu sistem imun atau kekebalan tubuh untuk berkembang dan terbentuk. Vaksinasi menjadi salah satu cara memperoleh kekebalan atau imunisasi tanpa perlu mengalami infeksi dari zat berbahaya terlebih dahulu.
“Vaksinasi (imunisasi) adalah cara untuk memicu respons imun. Dosis kecil antigen, seperti virus hidup yang sudah mati atau dilemahkan atau bagian dari virus, diberikan untuk mengaktifkan "memori" sistem imun (sel B yang diaktifkan dan sel T yang peka). Memori memungkinkan tubuh Anda bereaksi dengan cepat dan efisien terhadap paparan di masa mendatang,” tulis keterangan dari artikel yang telah di-review oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, David C. Dugdale, MD.
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), Iris Rengganis juga membantah soal narasi yang beredar di media sosial tersebut. Dia menyebut kalau narasi "respons imun" adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun tidaklah tepat.
“Tidak benar, vaksin tidak bikin keracunan,” jawabnya kepada Tirto, Rabu (26/3/2025) lewat pesan singkat. Proses pemberian vaksin adalah dengan memasukan penyebab penyakit yang telah dilemahkan, untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.
Sementara itu Dokter Romsyah Maryam, peneliti di Pusat Riset Veteriner Organisasi Riset Kesehatan, di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan terdapat sistem imun yang adaptif yang menghasilkan antibodi.
"Antibodi sendiri adalah antinya dari antigen. Apabila ada antigen masuk, otomatis membentuk sistem kekebalan. Antibodi ini merupakan respon imun yang adaptif, contohnya saat pemberian vaksin. Antibodi merupakan immunoglobulin (Ig) sebagai protein berukuran besar yang dapat memberikan respon imun, akan bergerak menetralkan atau mencegah patogen, atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,” terangnya.
Antigen sendiri adalah zat yang ada permukaan sel, virus, jamur, atau bakteri. Sistem imun bekerja untuk mengenali dan menghancurkan zat yang mengandung antigen ini.
Terkait narasi vaksin berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan juga mendapat bantahan dari Pan American Health Organization (PAHO).
“Meskipun bahan-bahan dalam label vaksin mungkin tampak menakutkan (misalnya merkuri, aluminium, dan formaldehida), bahan-bahan tersebut biasanya ditemukan secara alami dalam tubuh, makanan yang kita makan, dan lingkungan sekitar kita - misalnya, dalam ikan tuna. Jumlahnya dalam vaksin sangat kecil dan tidak akan ‘meracuni’ atau membahayakan tubuh,” tulis informasi dari halaman 'Membongkar Mitos Imunisasi'.
Organisasi ini juga menyebut, vaksin yang diedarkan telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
MedlinePlus adalah situs bagian dari layanan National Library of Medicine (NLM), perpustakaan medis terbesar di dunia, yang merupakan bagian dari National Institutes of Health (NIH).
Berdasar penjelasan lebih lanjut, sistem imun disebut akan melindungi tubuh dari zat yang berbahaya. Paparan dari berbagai zat berbahaya akan memacu sistem imun atau kekebalan tubuh untuk berkembang dan terbentuk. Vaksinasi menjadi salah satu cara memperoleh kekebalan atau imunisasi tanpa perlu mengalami infeksi dari zat berbahaya terlebih dahulu.
“Vaksinasi (imunisasi) adalah cara untuk memicu respons imun. Dosis kecil antigen, seperti virus hidup yang sudah mati atau dilemahkan atau bagian dari virus, diberikan untuk mengaktifkan "memori" sistem imun (sel B yang diaktifkan dan sel T yang peka). Memori memungkinkan tubuh Anda bereaksi dengan cepat dan efisien terhadap paparan di masa mendatang,” tulis keterangan dari artikel yang telah di-review oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, David C. Dugdale, MD.
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), Iris Rengganis juga membantah soal narasi yang beredar di media sosial tersebut. Dia menyebut kalau narasi "respons imun" adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun tidaklah tepat.
“Tidak benar, vaksin tidak bikin keracunan,” jawabnya kepada Tirto, Rabu (26/3/2025) lewat pesan singkat. Proses pemberian vaksin adalah dengan memasukan penyebab penyakit yang telah dilemahkan, untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.
Sementara itu Dokter Romsyah Maryam, peneliti di Pusat Riset Veteriner Organisasi Riset Kesehatan, di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan terdapat sistem imun yang adaptif yang menghasilkan antibodi.
"Antibodi sendiri adalah antinya dari antigen. Apabila ada antigen masuk, otomatis membentuk sistem kekebalan. Antibodi ini merupakan respon imun yang adaptif, contohnya saat pemberian vaksin. Antibodi merupakan immunoglobulin (Ig) sebagai protein berukuran besar yang dapat memberikan respon imun, akan bergerak menetralkan atau mencegah patogen, atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,” terangnya.
Antigen sendiri adalah zat yang ada permukaan sel, virus, jamur, atau bakteri. Sistem imun bekerja untuk mengenali dan menghancurkan zat yang mengandung antigen ini.
Terkait narasi vaksin berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan juga mendapat bantahan dari Pan American Health Organization (PAHO).
“Meskipun bahan-bahan dalam label vaksin mungkin tampak menakutkan (misalnya merkuri, aluminium, dan formaldehida), bahan-bahan tersebut biasanya ditemukan secara alami dalam tubuh, makanan yang kita makan, dan lingkungan sekitar kita - misalnya, dalam ikan tuna. Jumlahnya dalam vaksin sangat kecil dan tidak akan ‘meracuni’ atau membahayakan tubuh,” tulis informasi dari halaman 'Membongkar Mitos Imunisasi'.
Organisasi ini juga menyebut, vaksin yang diedarkan telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan narasi respon imun dari vaksin yang menyebabkan keracunan bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Sejumlah ahli kesehatan menjelaskan kalau respon imun dari vaksin bekerja dengan melawan zat berbahaya dalam tubuh. Vaksin memicu respon imun untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Cara kerja vaksin sendiri memasukkan dosis kecil virus yang sudah mati sehingga tidak dapat menyebabkan keracunan.
Vaksin yang diedarkan juga telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
Sejumlah ahli kesehatan menjelaskan kalau respon imun dari vaksin bekerja dengan melawan zat berbahaya dalam tubuh. Vaksin memicu respon imun untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Cara kerja vaksin sendiri memasukkan dosis kecil virus yang sudah mati sehingga tidak dapat menyebabkan keracunan.
Vaksin yang diedarkan juga telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
Rujukan
- https://x.com/blue_berets7/status/1899677236103729230?t=ceHipqvKJTZy5w1-1tXUzw&s=19
- https://ghostarchive.org/archive/4Ekdx
- https://www.threads.net/@auggy_auggy_/post/DGeHGDARfok/when-they-say-a-vaccine-causes-a-robust-immune-response-it-means-an-increase-in-
- https://www.facebook.com/rjminick/photos/when-they-say-a-vaccine-causes-a-robust-immune-response-it-means-an-increase-in-/3109228652551109/?_rdr
- https://medlineplus.gov/ency/article/000821.htm
- https://brin.go.id/news/118921/respon-imun-cara-tubuh-cegah-penyebaran-penyakit
- https://www.paho.org/en/topics/immunization/debunking-immunization-myths
Halaman: 72/6597